Kamis, 04 September 2014

Biarkan aku jatuh cinta




30 Oktober  2011
Aldi Wira Adhitama

Wanita itulah semangatku. Wanita itulah denyut nadiku. Wanita itulah detak jantungku. Namun wanita itu pula yang membuatku terjatuh. Wanita itu pula yang hampir membuatku kehilangan semua impianku.

Hasna, kecantikan hatimu telah meluluhkan hatiku. Membuat bibirku kelu saat ada di dekatmu. Bagaimana ada seorang lelaki yang membencimu. Ketulusan hatimu selalu terpancar dalam raut wajahmu. Santun bicaramu membuat setiap orang akan berdecak kagum melihatmu.

Anggun parasmu, santun sapamu, indah suaramu. Aku benar-benar telah jatuh hati kepadamu. Namun kali ini aku tak sanggup berkata apa-apa. Saat engkau ada dihadapanku.

“Maaf Mas, aku tak bisa” katamu.
“Kita bisa saling bertemu” kilahku, “Dan aku akan setia di sana”
“Tapi Bontang itu jauh Mas”
“Sekarang kan ada pesawat. Jika rindu tinggal kesana naik pesawat terbang”
Dirimu menggeleng pelan, “Semoga Mas Aldi mendapatkan wanita yang terbaik”
“Lalu Hasna?”
“Aku juga akan terus berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik untukku”
====
30 Oktober 2011
Hasna Syarifah

Jantungku berdegup kencang. Aku ingin semua ini segera berakhir. Penantian cintaku atas seorang yang mampu dan mau untuk tempatku berlabuh. Kali ini aku akan menemui teman lamaku. Seorang yang sejak pertama kali bertemu telah jatuh hati kepadaku. Sosok sederhana yang mungkin lelaki yang terbaik untuk kehidupanku. Jujur, aku pasrahkan semua ini kepada Allah. Tentunya Allah jauh lebih mengerti siapa yang terbaik untuk mendampingi hidupku.

Terminal Kalideres ini cukup ramai di hari minggu. Terburu aku meninggalkan acara Jalan Sehat di daerah Blok M Jakarta, aku akan menemui lelaki itu. Tampak lelaki itu asyik menghisap rokok di tangannya. Lelaki itu kemudian melihatku lalu melambaikan tangan.

Aku menghampirinya.
“Mau minum?” tawarnya
“Boleh” jawabku
Lelaki itupun kemudian masuk sebuah toko, lalu keluar membawa dua botol minuman isotonic. Aku heran mengapa dia tidak menawari aku dulu mau minum apa. Aku paling tidak suka dengan minuman isotonic merk apapun. Jika saja aku boleh memilih, aku mau minum susu atau es krim.
“Jadi bagaimana jawaban atas pertanyaanku tempo hari lewat sms?” tanyanya.
“Maaf Mas, aku tak bisa” kataku.
“Kita bisa saling bertemu” kilahmu, “Dan aku akan setia di sana”
“Tapi Bontang itu jauh Mas”
“Sekarang kan ada pesawat. Jika rindu tinggal kesana naik pesawat terbang”
Aku menggeleng pelan, “Semoga Mas Aldi mendapatkan wanita yang terbaik”
“Lalu Hasna?”
“Aku juga akan terus berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik untukku”

Mungkin saja dirimu merasa terluka atas jawabanku saat itu. Namun seandainya saja dirimu tahu, aku juga merasa terluka. Hatiku sungguh menangis. Aku tak tahu apakah Allah masih memberikan seorang lelaki yang mampu mencintaiku seperti dirimu. Aku tak tahu apakah ini kehendak Allah. Semalam dalam sujud Tahajudku aku meminta petunjuk dari-Nya. Saat berangkat dari Blok M tadi aku sudah mantap akan menerima pinangan darimu. Namun saat ini tiba-tiba aku menolak pinanganmu.

Kulihat parasmu pucat mendengar jawabanku. Tanpa menghentikan hisapan rokokmu, dirimu menatapku. Mungkin ini untuk terakhir kalinya kita bertemu. Mungkin Allah telah menuliskan jodoh wanita terbaik untukmu, yang mau mendampingimu kemanapun kakimu melangkah.

Selanjutnya adalah keheningan mencekam antara kita berdua. Meski terminal ini begitu ramai, namun hatiku sangat sepi. Perlahan aku memohon pada Allah untuk menghapus tetesan airmata di hatiku. Baru kali ini ada lelaki yang mencintaiku dan memintaku untuk menjadi istrinya. Namun serta merta aku menolaknya. Aku tahu kami sama-sama terluka. Namun aku juga tak mampu berkata-kata lagi.
====
30 Oktober 2014
Aldi Wira Adhitama

Aku berada di terminal Kalideres. Sendiri, tanpa ditemani seorangpun. Aku juga tak tahu mengapa aku berada di sini. Seharusnya aku sudah tidak mengingatnya kembali. Walaupun masih tampak di pelupuk mata senyum indah darinya.

Wahai bidadariku, aku masih belum bisa melupakanmu.
Bertahun telah berlalu, namun rasanya baru kemarin aku mengenalmu.
Usiaku terus bertambah, aku masih tak bisa memutuskan untuk menikah.
Aku tak bisa membayangkan jika menikah dengan wanita yang tak pernah kucintai.
Wahai bidadariku, aku masih belum bisa menerima kabar tentangmu.
Kini dirimu telah memiliki keluarga kecil bahagia.
Seandainya saja lelaki beruntung itu adalah diriku.
Hatiku masih saja menangisimu.
Hasna Syarifah

“Maaf” ucap seorang wanita yang entah darimana tiba-tiba menjatuhkan minuman di mejaku.
Mungkin karena aku masih asyik melamun, membayangkan tiga tahun lalu. Saat Hasna ada di hadapanku. Saat pertama kalinya aku bertemu dirinya di Jakarta.
“Tak apa” jawabku.
“Maaf ya Mas”ulangnya.
Aku menoleh ke arah wanita yang tampak tersipu.
Aku tersenyum sejenak, “Tidak apa-apa kok”
Jantungku berdetak semakin cepat. Wanita itu pun berlalu seraya menolehku kembali. Entah mengapa aku merasa suatu saat kami pasti akan bertemu lagi. Karena baru kali ini aku merasakan jatuh cinta lagi. Biarkan aku jatuh cinta.
 ===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar