Sudah hampir lima
tahun lamanya aku tak lagi bertemu denganmu. Sosok wanita yang selalu aku
banggakan di depan kedua orangtuaku. Sosok wanita yang selalu menjadi bidadari
idamanku. Kini, rasa rindu ini manyelimuti hatiku. Rindu yang terbendung oleh
kondisi dimana aku tak lagi bisa menemuimu.
Arraya Nisa
Wahdah, wanita yang akrab kupanggil Raya. Wanita yang selalu hadir di setiap
mimpiku. Bagaimana aku bisa melupakanmu, sedangkan sampai detik ini aku masih
sendiri. Aku masih belum berpikir untuk mencari penggantimu. Andai saja kau
tahu, Cinta itu Masih Tetap Kamu.
=====
Lima tahun yang
lalu
“Mas, maaf. Apa Mas
yang bernama Habib?” tanyamu memecah keheninganku.
Entah sejak
kapan wanita berhijab ini ada di hadapanku. Yang jelas dari awal kehadirannya
aku sudah terpesona. Wajahnya menyiratkan bahwa dia wanita yang luar biasa. Kecerdasan
Dan kesantunannya belum pernah aku jumpai pada wanita manapun.
“Iya, kamu Raya
ya?” tanyaku.
“Betul. Maaf
Mas, selama Mas Habib cuti, aku disuruh kepala cabang Bimbel ini untuk
menggantikan sementara posisi Mas Habib, gak papa kan?”
“Tentu saja ndak
papa, lagipula aku masih punya banyak adek les privat. Kalau ikut lembaga
bimbingan belajar seperti ini, aku sering bingung ngatur waktunya”
“Alhamdulillah
kalau ndak papa. Ini aku Cuma ngisi waktu aja. Kebetulan kalau pagi aku sibuk
nglamar pekerjaan disana sini, Dan sorenya nganggur, makanya aku ngasih
bimbingan les disini?”
“Ambil pelajaran
apa?”
“Apa aja,
matematik, fisika, kimia, sama bahasa inggris untuk SMP Dan SMA”
“Wow, Memangnya
Mbak kuliahnya jurusan apa?”
“Jurusan Mesin”
Aku terdiam
sejenak, kulihat dia juga tidak tertawa. Berarti wanita ini serius.
Awal pertemuan
itulah yang membawa kami akrab satu sama lain, sampai akhirnya aku mendapat
pekerjaan di Jakarta. Aku juga saat itu baru lulus kuliah Dan aku juga jobseeker sama seperti Raya. Namun
selama enam bulan di Jakarta, membuatku tidak betah. Aku resign Dan kembali menjadi tentor les di Surabaya. Sayangnya, Raya
sudah tidak berada di Surabaya. Dia sudah diterima kerja di suatu perusahaan. Karena
masih training, dia belum ditempatkan
di satu kota. Dia masih berpindah-pindah kota. Setelah itu komunikasi kami
terputus oleh kesibukan kami masing-masing.
=====
“Apa kabar Mbak Raya?” tanyaku saat
menelponmu. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suaramu.
“Maaf ini siapa ya?” tanyamu
“Ini Habib, temen ngajar waktu di Surabaya”
“Oh Mas Habib gimana kabarnya, Raya
sekeluarga Alhamdulillah sehat.”
“Alhamdulillah sehat. Mbak Raya
gimana, udah punya calon suami?”
“Wah anakku udah mau setahun Mas. Aku
menikah dua tahun yang lalu. Mas Habib sudah menikah?”
Lama aku terdiam sampai akhirnya
Raya menegurku.
“Halo, Mas Habib masih tersambung
kan telponnya?”
“Masih, Oh ya Mbak Raya udah menikah
ya? Wah beruntung sekali lelaki yang menikahi Mbak Raya”
“Mas Habib bisa aja, justru Raya
yang beruntung dapet lelaki sesabar suami Raya. Belum ada lelaki sesabar itu
dalam hidup Raya”
“Wow, maaf ya ndak hadir di nikahan
Mbak Raya, habisnya, Mbak Raya ndak ngasih kabar”
“Iya Mas Habib, maaf ya. Nomer HP
Mas Habib hilang waktu Raya ganti HP Baru”
“Ndak papa”
“Kok Mas Habib masih simpen nomer
Raya?”
“Hehe, iya”
“Mas Habib sudah menikah? Tadi kok
belum jawab pertanyaan Raya?”
“Belum, tadinya mau lamar Mbak Raya.
Eh udah keduluan”
“Mas Habib bisa aja”
“Anaknya Mbak Raya udah bisa apa
aja?”
“Udah mulai belajar jalan”
“ Mbak Raya masih tinggal di
Jakarta kan?
“Masih kok. Mas Habib masih di
Tengerang?”
“Masih”
Hening
“Ya udah Mbak Raya, aku off dulu ya”
“Okay”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Kupandangi layar ponselku yang
tertulis call Bidadariku ended
Arraya Nisa
Wahdah, wanita yang selalu hadir di setiap mimpiku. Bagaimana aku bisa
melupakanmu, sedangkan sampai detik ini aku masih sendiri. Aku masih belum
berpikir untuk mencari penggantimu. Andai saja kau tahu, Cinta itu Masih Tetap
Kamu.