Selasa, 01 April 2014

Cinta itu Masih Tetap Kamu





Sudah hampir lima tahun lamanya aku tak lagi bertemu denganmu. Sosok wanita yang selalu aku banggakan di depan kedua orangtuaku. Sosok wanita yang selalu menjadi bidadari idamanku. Kini, rasa rindu ini manyelimuti hatiku. Rindu yang terbendung oleh kondisi dimana aku tak lagi bisa menemuimu.

Arraya Nisa Wahdah, wanita yang akrab kupanggil Raya. Wanita yang selalu hadir di setiap mimpiku. Bagaimana aku bisa melupakanmu, sedangkan sampai detik ini aku masih sendiri. Aku masih belum berpikir untuk mencari penggantimu. Andai saja kau tahu, Cinta itu Masih Tetap Kamu.
=====
Lima tahun yang lalu
“Mas, maaf. Apa Mas yang bernama Habib?” tanyamu memecah keheninganku.
Entah sejak kapan wanita berhijab ini ada di hadapanku. Yang jelas dari awal kehadirannya aku sudah terpesona. Wajahnya menyiratkan bahwa dia wanita yang luar biasa. Kecerdasan Dan kesantunannya belum pernah aku jumpai pada wanita manapun.
“Iya, kamu Raya ya?” tanyaku.
“Betul. Maaf Mas, selama Mas Habib cuti, aku disuruh kepala cabang Bimbel ini untuk menggantikan sementara posisi Mas Habib, gak papa kan?”
“Tentu saja ndak papa, lagipula aku masih punya banyak adek les privat. Kalau ikut lembaga bimbingan belajar seperti ini, aku sering bingung ngatur waktunya”
“Alhamdulillah kalau ndak papa. Ini aku Cuma ngisi waktu aja. Kebetulan kalau pagi aku sibuk nglamar pekerjaan disana sini, Dan sorenya nganggur, makanya aku ngasih bimbingan les disini?”
“Ambil pelajaran apa?”
“Apa aja, matematik, fisika, kimia, sama bahasa inggris untuk SMP Dan SMA”
“Wow, Memangnya Mbak kuliahnya jurusan apa?”
“Jurusan Mesin”
Aku terdiam sejenak, kulihat dia juga tidak tertawa. Berarti wanita ini serius.
Awal pertemuan itulah yang membawa kami akrab satu sama lain, sampai akhirnya aku mendapat pekerjaan di Jakarta. Aku juga saat itu baru lulus kuliah Dan aku juga jobseeker sama seperti Raya. Namun selama enam bulan di Jakarta, membuatku tidak betah. Aku resign Dan kembali menjadi tentor les di Surabaya. Sayangnya, Raya sudah tidak berada di Surabaya. Dia sudah diterima kerja di suatu perusahaan. Karena masih training, dia belum ditempatkan di satu kota. Dia masih berpindah-pindah kota. Setelah itu komunikasi kami terputus oleh kesibukan kami masing-masing.
=====
“Apa kabar Mbak Raya?” tanyaku saat menelponmu. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suaramu.
“Maaf ini siapa ya?” tanyamu
“Ini Habib, temen ngajar waktu di Surabaya”
“Oh Mas Habib gimana kabarnya, Raya sekeluarga Alhamdulillah sehat.”
“Alhamdulillah sehat. Mbak Raya gimana, udah punya calon suami?”
“Wah anakku udah mau setahun Mas. Aku menikah dua tahun yang lalu. Mas Habib sudah menikah?”
Lama aku terdiam sampai akhirnya Raya menegurku.
“Halo, Mas Habib masih tersambung kan telponnya?”
“Masih, Oh ya Mbak Raya udah menikah ya? Wah beruntung sekali lelaki yang menikahi Mbak Raya”
“Mas Habib bisa aja, justru Raya yang beruntung dapet lelaki sesabar suami Raya. Belum ada lelaki sesabar itu dalam hidup Raya”
“Wow, maaf ya ndak hadir di nikahan Mbak Raya, habisnya, Mbak Raya ndak ngasih kabar”
“Iya Mas Habib, maaf ya. Nomer HP Mas Habib hilang waktu Raya ganti HP Baru”
“Ndak papa”
“Kok Mas Habib masih simpen nomer Raya?”
“Hehe, iya”
“Mas Habib sudah menikah? Tadi kok belum jawab pertanyaan Raya?”
“Belum, tadinya mau lamar Mbak Raya. Eh udah keduluan”
“Mas Habib bisa aja”
“Anaknya Mbak Raya udah bisa apa aja?”
“Udah mulai belajar jalan”
“ Mbak Raya masih tinggal di Jakarta kan?
“Masih kok. Mas Habib masih di Tengerang?”
“Masih”
Hening
“Ya udah Mbak Raya, aku off dulu ya”
“Okay”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Kupandangi layar ponselku yang tertulis call Bidadariku ended
Arraya Nisa Wahdah, wanita yang selalu hadir di setiap mimpiku. Bagaimana aku bisa melupakanmu, sedangkan sampai detik ini aku masih sendiri. Aku masih belum berpikir untuk mencari penggantimu. Andai saja kau tahu, Cinta itu Masih Tetap Kamu.