Selasa, 25 November 2014

Tentangnya



Kutulis, lalu kuhapus lagi
Kutulis dan kuhapus lagi
Meski nama itu begitu lekat dalam kehidupanku
Meskipun terkadang dirinya hadir dalam mimpiku
Lalu benar-benar  muncul di dunia nyataku

Jantungku berdetak kencang ketika melewatinya
Seolah rasa itu masih ada
Dan rasa itu terus bergejolak ketika ada dirinya

Lalu dirinya menyapaku begitu saja
Diiringi senyum menawan yang selalu membuatku terpaku
Membuat sang waktu seolah berhenti begitu saja
Lalu menyadarkanku, takkan pernah ada cinta
Antara aku dan  dirinya

Kutulis, lalu kuhapus lagi
Kutulis dan kuhapus lagi
Aku tak sanggup lagi bertemu dengannya
Bahkan hanya sekedar menulis namanya
Kutulis…
Dan kuhapus lagi
Kuhapus nama dan bayangannya dari kehidupanku

Jumat, 07 November 2014

Luka Lalu



“ Ya, kamulah alasanku bertahan” ucap Hilman padaku
Aku menatapnya tenang, “ Seharusnya semua sudah berakhir saat itu, saat Mas Hilman meninggalkanku”
“Kamu tidak tahu alasannya mengapa aku tiba-tiba meninggalkanmu”
“Apa perlu alasan? Mas Hilman sudah membuatku sangat sedih saat itu”
“Aku juga sedih”
“Tapi Mas Hilman sama sekali tak peduli tentangku”
“Aku peduli, tapi aku tak bisa…”
“Ya, tak bisa karena wanita itu telah merenggut hatimu”
“Aku hanya…”
“Sudahlah Mas, sebaiknya kita jalani kehidupan sekarang ini saja”
“Apa kau mencintai suamimu?”

Deggg…ada hentakan keras di hatiku. Tentu saja aku mencintai suamiku. Lelaki yang mau menerima kekuranganku dan mengangkatku dari keterpurukan.

“Ya” jawabku kesal.

Aku kesal karena Hilman tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupanku. Setelah bertahun lamanya tanpa kabar. Aku kesal karena aku juga belum bisa melupakan Hilman, senior SMA yang sempat ada dalam kehidupan cintaku.

Hilman menatapku tajam. Seolah tak percaya dengan ucapanku tadi. Apapun itu, tak baik jika aku terus menanggapi ucapannya. Aku takut aku akan terjatuh lagi pada seorang Hilman. Lelaki yang dengan sengaja menyakiti hatiku, lelaki yang dengan sengaja meninggalkanku. 

“Istriku meninggalkanku dan aku merasa tak berguna sama sekali” keluhnya.
“Sudahlah Mas, Mas harus bangkit dari keterpurukan ini”
“Bersamamu?”
“Aku sudah punya keluarga”
“Tapi kamu masih mencintaiku”
“Menikah itu bukan hanya sekedar ada atau tidaknya cinta. Menikah adalah masalah komitmen yang harus dijaga. Bukan hanya sekedar mementingkan kepentingan dua orang. Tapi juga keluarga besar dan anak keturunan kami”
“Jadi selama ini kamu mampu bertahan karena komitmen? Tanpa cinta?”
“Cinta bagiku adalah sebuah proses, akan terus berkembang seiring perjalanan waktu”
“Jadi?”
“Aku akan tetap bersama keluarga kecil kami”
“Tanpa aku?”
“Tanpa Mas Hilman”

Hilman menatap mataku tajam. Dua kali tak percaya atas ucapanku.

“Aku pergi” ucapku seraya meninggalkannya. Meninggalkan kenangan masalalu yang pernah indah di mataku. Meninggalkan luka yang pernah membuatku menangis. Aku akan tetap bertahan dengan jalan yang kupilih. Jalan dimana ada seorang lelaki tangguh yang menyuntingku. Menghadirkan kebahagiaan dalam keluarga kecil kami.

===
Aku terbangun dari mimpi panjangku bersama Hilman. Berharap lelaki itu mendapatkan yang terbaik setelah perceraiannya dengan Vita.