Kamis, 30 Juni 2016

Suatu Hari saat Kuliah dulu



Aku sengaja datang agak pagi ke kampus. Hari ini akan ada pameran di jurusanku, Jurusan Teknik Mesin ITS. Sebenarnya jurusan ini tak perlu dipromosikan, karena peminatnya pasti berjubel. Secara, katanya alumni jurusan ini paling cepat dapat pekerjaan.

Lelaki itu tiba-tiba saja ada disampingku, bertanya ini itu di stand metalurgi. Ini adalah spesialisasi yang aku pilih, bidang Metalurgi. Lelaki itu tidak begitu tinggi, juga tidak begitu rendah. Tubuhnya tidak gemuk, gerakannya lincah. Dibanding alumni-alumni yang lain, alumni yang satu ini tampak begitu mencolok. Dengan celananya yang hanya dibawah lutut, lalu rambutnya yang dicat pirang tak tersisir rapi. Tentu semua itu menarik perhatian bagi orang yang melihatnya. Tapi secara pribadi, aku tidak suka lelaki yang tidak rapi.

“Apa syarat terjadinya api” tanyanya pada salahsatu temanku yang sedang sibuk menjelaskan tentang pengelasan. Temanku yang ditanya malah terdiam. Entah karena kaget tiba-tiba ada yang bertanya, atau kaget melihat penampilan alumninya yang hanya pakai kaos  berkerah. Memang sih berkerah, tapi tetap saja KAOS, tidak rapi menurutku.

“Ada panas, bahan bakar dan oksigen” jawabku sekenanya, tanpa melihat kearah lelaki itu.
Mungkin dirinya tersenyum atas jawabanku. Aku tak tahu, lebih tepatnya tak mau tahu.
“Itu  prinsip dasar Le…(kepanjangan dari Tole)sebelum kamu ngomong panjang lebar tentang pengelasan. Kalau ingin sukses kita harus mempelajari filosopi” tuturnya seraya menatap keras temanku yang sedang presentasi tadi.

Tapi rupanya beliau tidak hanya  bertanya sekali itu. Ia pun bertanya tentang berbagai hal yang membuat temanku tadi membeku. Akupun menjawab semua pertanyaannya dengan santai. Tapi hatiku benar-benar jengkel dibuatnya. Sebenarnya siapa sih alumni ini. Dia datang  apa hanya untuk mengolok olok ilmu yang ada di otak kami. Ah sudahlah….

“Kamu pintar juga, nama kamu siapa?” tanyanya renyah  ke arahku.
Aku yang tidak pernah bermanis-manis dalam menghadapi makhluk berjenis kelamin laki-laki itu hanya menatapnya kaku. Sementara tangan lelaki itu sudah terjulur ke arahku.
Aku katupkan kedua tanganku, “namaku Eka”
“Oooo….kamu mau nggak kerja di Petronas. Kalau mau kamu kirim CV aja nanti aku bantu” katanya masih dengan wajah ramah dan suara yang renyah. Rupanya dia tidak terganggu dengan sikapku yang dingin. Punya nyali juga lelaki ini. Biasanya kalau aku lagi bersikap dingin, teman-temanku yang laki-laki sudah malas bicara sama aku. Lebih tepatnya, takut aku marahin.
“Kalau kerja di Petronas harus pakai bahasa inggris ya?” tanyaku polos.
“Iya. Tapi nggak usah khawatir. Kalau kamu belum lancar bahasa inggris, kamu akan disekolahkan lagi ke London, kayak aku” katanya.
Wah, London…keren banget kan kalau bisa sekolah di sana. Membayangkan akan ke benua Eropa saja aku tidak pernah.
“Oh ya, kamu harus sering-sering baca text book biar wawasan kamu bertambah” sarannya.
“Tapi aku nggak suka baca textbook, susah dimengerti” kilahku.
“Ya, aku tahu. Tapi pengetahuan dasarmu bagus loh, rugi kalau tidak dilanjutkan”
“Hmm, tapi aku ngga mau kerja di luar negeri ah…” kataku tiba-tiba memutuskan, entah karena ingat bapak ibu dan adikku yang ada di Indonesia.
“Bayarannya besar loh…” bujuknya.
“Aku ingin jadi dosen” jawabku sekenanya.
“Oooo…bagus itu. Ya sudah teruskan cita-citamu”
Jujur, aku sangat risih ada lelaki yang berani menginterogasiku seperti itu. Biasanya laki-laki cenderung tidak mau berdebat denganku. Apalagi dengan raut mukaku yang dingin. Lalu, siapakah sebenarnya lelaki ini???

“Sal” Pak Santo, karyawan di jurusanku memanggil laki-laki yang kini ada di sebelahku, “Kapan kamu datang ke Indonesia?”
“Tadi malam Pak” jawab sosok yang dipanggil Sal itu.
Lalu mereka bersalaman. Tampak begitu akrab. Tak lama kemudian karyawan yang lain pun menghampiri.

Seorang temanku menghampiriku, “Ka, kamu tahu tadi kamu ngobrol sama siapa?”
Aku mengangkat bahu, yang berarti aku tidak tahu.
“Coba kamu lihat daftar tamu”  kulihat nada dingin bicara temanku.
Aku mencari nama yang mengandung unsur  “SAL” dan aku menemukan di daftar nomer satu. FAISAL REZA. Aku melongo….
Ternyata orang yang selama ini aku kagumi di milis Mesin ITS itu adalah lelaki yang acak-acakan tadi. Nada bicaranya yang tidak formal, rambut dicat pirang, celana pendek.

=====
Itu kejadian hampir sepuluh tahun yang lalu. Hal berikutnya yang terjadi setelah aku lulus kuliah adalah aku ditolak untuk menjadi dosen. Karena pendidikanku hanya sebatas S1. Semua dosen menyarankan agar aku mengambil kuliah S2 di luar negeri.

Cita-cita jadi dosen pun pupus. Sekarang aku berada di satu sudut di kawasan Jakarta Utara. Di belakan kantorku ada asap yang mengebul dari cerobong. Ya, dibelakang kantorku adalah pabrik setrum. Aku menjadi pegawai BUMN yang menangani listrik Negara, khususnya ibukota Jakarta. Tapi apapun pekerjaanku saat ini, aku bersyukur bisa membalas budi negara yang telah menyekolahkanku dari SD hingga strata 1.

Hehe…seandainya aku jadi pegawai petronas, sudah sekaya apakah diriku. Sudahkah aku keliling dunia. Atau malah punya tittle dari Universitas di luar negeri. Ah…keren kali ya. # sambil ngucek-ucek mata, sudah selesai baca novel  Dilan 2, lalu nulis di blog sambil nunggu jam pulang kerja tiba.

Hidup itu indah loh kalau kita punya mimpi. Apa mimpimu?

Rabu, 29 Juni 2016

ILUSI GEMERLAP DUNIA



Dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Tempat untuk bermegah, berbangga diantara kamu. Semula akan tampak indah seperti tanaman yang tersapu hujan, tapi kemudian mengering hingga kuning kerontang. Dan semua hanyalah kesenangan yang menipu. (QS Al Hadid: 20)

Dunia. Ilusi. Delusi. Hingga halusinasi.
Manusia mengatakan makanan paling enak adalah escargot. Sejatinya, ia hanyalah keong yang menjijikkan. Minuman termahal mungkin adalah wine. Mereka lupa minuman warna merah marun atau putih itu hanyalah anggur yang membusuk.
Manusia mengatakan tidak ada yang mengalahkan manisnya madu. Meski mereka tahu madu terlahir dari air liur lebah. Kain termahal adalah sutra. Dan mereka membohongi diri sendiri bahwa sutra adalah kulit ulat yang mengelupas.

Ada yang membeli parfum dengan harga mahal untuk wangi musk, dan sang penjual tidak memberi tahu bahwa sejatinya biang wangi adalah sampah yang keluar dari usus rusa. Begitu juga dengan kopi luwak, kopi yang enak itu merupakan biji-biji kopi hasil digesti kotoran binatang hewan luwak.

(kutipan dari novel faith and the city oleh Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra)

Begitu banyak hal didunia ini yang menipu. Masya Allah. Semoga saya pribadi dan kita semua sadar bahwa apa yang kini ada pada kita, apa yang saat ini kita nikmati adalah titipan semata. Harta, jabatan, istri, anak dan semuanya itu hanyalah amanah yang dititipkan Allah pada kita. Allah ingin kita menjaga amanah itu, tapi ada yang lebih penting yaitu tugas kita untuk beribadah kepada-Nya. Untuk meraih akhirat yang sempurna.

Dan kejarlah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan (melenakan) bahagianmu dari (kenikmatan) dunia. (QS Al Qashas : 77).

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa prioritas utama kita adalah negeri akhirat. Dengan perantara rezeki dunia, insya Allah jika diniatkan ibadah akan menghasilkan keindahan akhirat. Menilik novel faith and the city mengajarkan kita bahwa kita harus gigih memperjuangkan mimpi-mimpi kita namun kita tak boleh terlena oleh perolehan kita di dunia. Ingatlah Allah, Dia-lah penentu rezeki kita. Ingatlah Allah, niscaya kita tidak akan lupa pada amanah kita, anak-anak kita, istri atau suami kita, orangtua kita dan saudara kita yang seiman.

Semoga Allah senantiasa melindungi langkah kita. Aamiin.

Selasa, 28 Juni 2016

Ayat-ayat Cinta

Desir pasir di padang tandus

Segersang pemikiran hati
Terkisah ku di antara cinta yang rumit
Bila keyakinanku datang
Kasih bukan sekadar cinta
Pengorbanan cinta yang agung
Ku pertaruhkan
Reff:
Maafkan bila ku tak sempurna
Cinta ini tak mungkin ku cegah
Ayat-ayat cinta bercerita
Cintaku padamu
Bila bahagia mulai menyentuh
Seakan ku bisa hidup lebih lama
Namun harus ku tinggalkan cinta
Ketika ku bersujud

Lirik lagi ayat-ayat cinta yang dibawakan Rossa mengalum lembut dari computer kantorku.

Apa artinya aku tanpa dirimu, mungkin sama seperti burung tanpa sayap. Hampa, hambar, gersang, senyap, sepi, kosong atau apapun itu. Yang jelas perasaan itu sendu tanpa kata.

Itu yang aku rasakan ketika aku menemukanmu. Dari sekian banyak hamba Allah yang cinta pada-Nya. Aku memang bukanlah sosok sempurna, namun kehadiranmu membuatku tampak sempurna. Kita saling menutupi kekurangan, saling menguatkan, saling menyayangi, saling mencintai. Semua itu karena rahmat dan ridho yang Allah berikan.

Teringat saat-saat akan menikah denganmu. Aku berdoa kepada Sang Pencipta. Jika memang dirimu adalah jodoh yang Allah ridhokan atasku, maka pernikahan ini akan berlangsung dengan baik. Dan segalanya memang lebih baik sejak ada dirimu. Dirimu adalah belahan jiwaku, suamiku tercinta.

Dalam cahaya islam kita bertemu. Dalam cahaya taqwa kita berusaha untuk tetap berada di jalan-Nya. Semoga cahaya iman dan islam tetap menjadi landasan kita dalam membina rumah tangga.

Beberapa waktu lalu, aku membaca novel ayat-ayat cinta 2. Ada hal yang membuatku terusik. Satu ungkapan “Al Islamu mahjuubun bil muslimin (islam tertutup oleh umat islam)”. Cahaya keindahan islam tertutupi oleh perilaku buruk umat islam. Dan perilaku-perilaku itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran islam. Tidak juga bagian dari ajaran islam. Akan tetapi karena mulut mereka setiap saat mengaku bahwa mereka adalah umat islam, wajar jika banyak orang menganggap seperti itulah ajaran islam. Padahal itu bukan ajaran islam. Akibatnya, jika yang dilihat adalah perilaku sebagian umat islam yang tidak terpuji itu, dan itu yang dijadikan timbangan, maka orang bisa antipasti kepada islam. Tak ayal, cahaya keindahan islam tertutupi. Tragisnya yang menutupi cahaya islam itu justru perilaku pemeluknya yang tidak islami.

Masya Allah, semoga aku dan keluarga bukan termasuk golongan perusak cahaya islam. Semoga keluarga kami selalu berada dalam cinta kasih Allah, selalu mengamalkan aturan Allah, dan kelak masuk surga bersama mujahid-mujahid Allah. Aamiin.