Rabu, 18 November 2015

Lara Hatiku



Hatiku terluka. Benar-benar terluka. Ingin rasanya aku menangis. Tapi aku sudah tak sanggup lagi menangis. Ya Allah, begitu rapuhkan diriku. Ya Allah tegarkanlah hamba-Mu ini. Saat ini aku benar-benar terluka.

Aku menulis ini. Berharap lukaku mereda seiring bertambahnya kata dalam tulisanku. Namun yang kurasakan luka itu semakin menusukku. Ya Allah aku percaya akan pertolongan-Mu. Aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku selama ini.

Ya Allah, ini semua terlalu sakit. Tolonglah aku ya Allah. Sembuhkan rasa sakit di dalam hatiku ini. Tegarkanlah aku akan semua janji-janji-Mu. Kabulkanlah doaku ini ya Allah. Aamiin.

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan beren­­dah diri dan suara yang lembut. Sesung­guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. al-A‘raf: 55)

Insya Allah aku tak akan bosan bedoa kepada Allah. Semoga Allah memberkahi dan mengabulkan doaku. Aamiin.

“Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilang­kan kesu­sah­an dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain Allah? Sedikit sekali kamu yang mem­perhatikannya.” (Q.s. an-Naml: 62)

Senandung Doa Kepada-Nya



 
Semilir angin tak mampu meredam kesedihan dalam seraut wajah. Bukan lelah kami meminta. Hanya berharap semoga Sang Pencipta mendengar dan mengabulkan doa kami.

Benar-benar tak semudah itu menjawab pertanyaanmu, saudariku. Andai saja dirimu tahu luka yang kita hadapi ini sama. aku juga berharap keajaiban, sama sepertimu. Aku juga sempat berputus asa. Tapi kewajiban kita setelah ikhtiar hanyalah berdoa. Ya, hanya berdoa, saudariku. Berharap Allah yang Maha Pemurah akan mengabulkan doa-doa kita.

Mendengar dirimu bercerita seperti itu rasanya hatiku pun menangis. Tapi airmata ini sudah terlalu kering untuk menetes. Sayatan hati ini mengena begitu dalam. Membuatku seakan antara hidup dan mati. Aku tahu, kita sama-sama wanita, sama-sama memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perasaan. Tapi aku yakin Allah mendengar doa kita, saudariku. Dan jika Allah meridhoi, apapun doa kita pasti akan dikabulkannya.

Bukankah Allah telah berjanji dalam Al Qur’anul Kaariim.
“Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Satu hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah berdoa dan berpikir positif bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Ya, doa kita saudariku. Allah akan memberikan yang terbaik untuk jalan hidup kita. Insya Allah jika Allah sudah berkehendak maka “Kun Fayakun” semua akan terjadi.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw. bersabda: “Tetap dikabulkan doa seorang hamba, selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau pemutusan hubungan (silaturrahmi) dan selama tidak minta dipercepat.” Ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan minta dipercepat itu?” Beliau pun menjawab, “(Yaitu) ia berkata, Aku sudah berdoa dan terus berdoa tetapi belum pernah aku melihat doaku dikabulkan. Maka pada saat itu ia merasa letih dan tidak mau berdoa lagi.” (HR Muslim)

Aku percaya Allah akan mengabulkan doaku, juga doamu saudariku. tetaplah di jalan Allah, maka Allah senantiasa akan memudahkan segala urusanmu.

Saudariku, hapuslah airmata kesedihanmu. Serahkanlah segala keajaiban ini di tangan-Nya. Hanya kepada Allahlah aku memohon dan hanya kepada-Nyalah aku meminta pertolongan. Sesungguhnya Allah itu sangat dekat, lebih dekat daripada urat nadi. Allah akan mendengar permohonan orang-orang yang beriman dan Allah akan mengabulkan doa.

Saudariku, aku tahu ada bias kesedihan dalam pancaran matamu. Sama halnya dengan pancaran mataku saat menatap cermin. Semoga Allah menolong kita semua. Semoga Allah mengabulkan doa kita, aamiin yaa Rabbal Aalamiin.

Kamis, 05 November 2015

My Beloved Husband



Kupandangi lelaki yang sudah tiga tahun ini mendampingiku. Teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Sosoknya yang angkuh membuatku bertanya tanya apakah dirinyalah soulmate-ku. Dulu tubuhnya kurus ceking dengan dandanan tak teratur. Kini parasnya bersih dan dia telah bertambah berat badan sebanyak sepuluh kilo dari awal kami menikah.

Itulah suamiku, sosok yang selama ini tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku merindukan jodohku tapi sungguh aku tak pernah berpikir bahwa jodohku adalah dekat. Mungkin hanyalah firasat bahwa dia adalah laki-laki yang baik, itu yang membuatku mantap dinikahi olehnya.

Tentu saja dia berasal dari keluarga yang cukup terpandang, berbeda jauh denganku. Sempat aku merasa risih, tapi ternyata keluarganya sangat ramah terhadap keluargaku. Hingga tiga tahun berselang, lelaki inilah yang selalu memanjakanku. Padahal aku tidak cantik, tapi lelaki ini sangat menyayangiku. Aku sangat bersyukur pada Allah atas cinta yang luar biasa.

Kini , di rahimku telah tumbuh janin berusia enam bulan. Buah pernikahanku dengannya. Lebih tepatnya anak kedua kami. Alhamdulillah Allah selalu memberikan rahmat dan cinta-Nya sehingga kehidupan kami tidak pernah merasa kekurangan, baik secara materi maupun rasa di hati.

Aku masih memandangi suamiku yang mukanya berseri-seri. Tentu saja dia jauh lebih tampan dibandingkan saat aku mengenalnya dulu. Lelaki yang bersedia mengorbankan waktu dan hartanya demi kehidupanku dan anak-anakku. Semoga Allah selalu menjaga hatinya sehingga tetap menjadi lelaki sholeh yang akan menuntun kami menuju surga Allah.

Seiring usianya yang bertambah, doaku untuknya tak pernah terhenti. Semoga Allah selalu menyatukan hati kami di dunia sampai nanti di akhirat.  Aamiin.

To my beloved husband, I do love you …

Senin, 02 November 2015

Menunggu Keajaiban dari Allah



Rara menunggu suaminya datang dengan cemas sekaligus menahan tangis sedari tadi siang. Hari ini suaminya pulang malam karena ada pekerjaan di kantor. Padahal seharusnya hari sabtu ini suaminya libur.  Sekitar pukul setengah sembilan malam suaminya baru pulang.

“Bagaimana kondisi dedeknya” tanya suami Rara.
“Baik” jawab Rara
“Berat badannya normal? Air ketuban ngga kurang?”
“Ngga ada masalah”
“Kamu kenapa?”
Akhirnya airmata Rara tumpah juga, “Kata dokter prediksinya cewek karena ngga ketemu monasnya”
“Monas?”
“Ya, tonjolan kalau bayi laki-laki”
“Ya sudah ga apa-apa, perempuan laki-laki sama saja, yang penting bayinya sehat. Lagipula kenapa mesti tanya-tanya begituan saat USG. Kan banyak juga USG yang salah prediksi”
Rara terdiam. Memang rasa penasaran menghantuinya. Pasalnya, anak pertama mereka perempuan dan sejak dari awal menikah Rara memang sangat menginginkan anak laki-laki sebagai buah hatinya.
“Dari sebelum Rara hamil, Rara berdoa semoga diberi anugerah hamil anak laki-laki. Sampai sekarang pun Rara masih berdoa” ucap Rara sambil sesenggukan menghapus air matanya.

Banyak orang yang menebak jenis kelamin bayi yang dikandung Rara adalah laki-laki. Bahkan Rara juga sempat berkali-kali mimpi bahwa dirinya memiliki satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Dan feeling Rara juga percaya kalau ini hamil anak laki-laki. Pasalnya rasa mual dan sakit kepala kerap dirasakannya  saat triwulan pertama. Sedangkan kehamilan anak pertamanya dulu tidak pernah mengalami sakit kepala dan mual sehebat itu.

“Sudah-sudah yang penting kita berdoa saja” kata suami Rara.
“Tapi Mas juga ikut doain, lewat dhuha dan tahajud supaya bayi dalam kandungan Rara ini laki-laki. Lagipula aku baca di internet, banyak yang salah perkiraan saat hamil. Dikiranya perempuan ternyata bayi yang lahir laki-laki”
“Iya Aamiin” ucap suami Rara menenangkan.

Rara bersyukur punya suami yang begitu sabar dan menenangkan. Tapi setiap kali mengingat saat dokter menyebutkan jenis kelamin janinnya yang berusia enam bulan itu, hatinya teriris sedih. Tak luput airmata menetes membasahi pipinya.

===
Di tengah malam, sujud Rara tak seperti biasanya.
“Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu, berikanlah keajaiban pada hamba. Jadikanlah anak dalam kandungan hamba ini seorang bayi laki-laki yang sehat dan sholeh. Aamiin”
Malaikat-malaikat di sekitar Rara mengamini doa Rara.

Rara  masih menunggu keajaiban yang datang dari Allah. Rara percaya Allah akan mengabulkan doanya. Bukankah Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Rara tak akan bosan berdoa kepada Sang Penciptanya.

Allahumma inkunta khalqan fii bathnii fakawwinhu dzakaran. Allahummaj’alhu dzakaran maimunan mubarokan sholihan taqiyyan, aamiin yaa Rabbal alaamiin.