Kamis, 26 Februari 2015

Bidadariku Dulu dan Kini




Menari kembali dikala sang hujan menyirami. Mencoba meneduhkan hati yang kian pedih. Mengapa harus ada kisah ini jika memang membuat luka hati. Mengapa harus ada dirimu dan dirinya dalam kehidupanku. Tak adakah sedikit waktu untuk berbenah diri. Mencoba meraih kembali mimpi yang terpendam. Mencoba kembali meraih cinta yang telah hilang entah kemana.

Ketika sang pelangi muncul dengan indahnya. Itukah yang bisa kuharapkan dari semua kepedihan ini. Ya, secerah cahaya pelangi, sejuk dan menenangkan setiap jiwa yang memandang. Mungkinkah sesuatu yang indah akan hadir tepat pada waktunya. Menghapus setiap tetesan airmata kepedihan.

Masih juga rintik itu hadir. Menyisakan berjuta Tanya tentang kehadiran cinta. Bagaimana jika aku tak sanggup menghapus bayangannya. Sedangkan dirinya kini telah menjadi kekasih pria lain. Bidadariku, tak bisakah kau melihatku sejenak. Menghadirkan senyum yang selalu lekat di parasmu. Bidadariku, bagaimana aku harus merelakanmu bersamanya.

Bertahun sudah berlalu

Kini, hujan itu hadir kembali. Namun aku tak lagi merindukan bidadariku yang dulu. Mungkin dirinya telah bahagia bersama pria yang kini selalu disampingnya. Jantungku berdegup kencang menunggu saat-saat yang berbahagia. Dengan bidadari yang lain. Mungkin bidadariku sekarang tak sesempurna bidadariku yang dulu. Namun bidadariku inilah yang mau menerima kehadiranku apa adanya. Aku menjadi sempurna karenanya.

Aku tahu setelah hujan pasti ada pelangi. Dan kini tiba saatnya pelangi kebahagiaanku datang. Terima kasih Tuhan atas anugerahMu padaku. Kan kujaga bidadariku yang kini resmi menjadi istriku.

Selamat tinggal bidadariku yang dulu. Dirimu akan selalu ada dalam kisah masa laluku. Semoga dirimu bahagia bersamanya.

Selamat datang bidadariku yang kini ada disampingku. Aku kan selalu bersamamu, dalam suka maupun dalam duka.

Rabu, 25 Februari 2015

Terlalu Cinta dia….




Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi
Aku semakin tersiksa karena tak memilikimu
Kucoba jalani hari dengan pengganti dirimu
Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu

Mengapa semua ini terjadi kepadaku
Tuhan maafkan diri ini
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia…

(Terlalu Cinta, Rossa)

Wanita itu adalah sahabatku, sekaligus wanita idamanku. Aku mengenalnya bukan satu dua hari melainkan hampir lima tahun. Selama dirinya menginjakkan kaki di Kampus hingga dirinya diwisuda. Pernah aku mengajaknya untuk bertemu orangtuaku, namun dengan rendah hati wanita itu menolaknya. Wanita itu ingin konsentrasi ke kuliahnya, sembari mencari tambahan penghasilan untuk kehidupannya dan keluarganya. Sebagai anak pertama wanita itu merupakan tulang punggung keluarganya.

Aku sangat mengistimewakan kehadirannya. Senyumannya adalah hal terindah yang selalu kunantikan. Aku merasa nyaman saat berbicara dengannya. Pemikirannya yang dewasa walaupun usianya terpaut setahun di bawah usiaku.

Bagaimana rasanya saat dirinya pergi begitu saja, meninggalkan kota Surabaya tempat kelahirannya. Saat wanita itu telah di wisuda, statusku masih mahasiswa. Meskipun kami satu angkatan, namun aku tertinggal jauh darinya. Wanita cerdas itu mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Aku hanya menatapnya bahagia dengan tawa senyumnya saat acara wisuda. Sungguh satu bebannya telah terlepas. Namun pekerjaan telah menantinya disana, di Jakarta.

Tiga tahun sudah dirinya berada di kota Jakarta, hingga tiba saatnya undangan itu datang kepadaku. Undangan pernikahannya. Wanita itu akan menikah dengan lelaki yang tidak kukenal sama sekali. Bahkan lelaki itu baru sebulan mengenal wanita itu. Sungguh, rasanya hatiku remuk. Namun wanita itu hanya menganggap hubungan kami hanya persahabatan.

Aku datang di acara akad nikahnya. Aku menyaksikan wanita cantik yang kupuja kini menjadi milik lelaki lain. Wanita itu masih santun, masih sama seperti delapan tahun lalu, ketika pertama kali aku mengenalnya.

“Kamu cantik” pujiku. Mungkin itulah pertama dan terakhir kalinya aku memujinya.
“Beruntung sekali lelaki itu, sangat disayangkan aku belum bisa semapan dirinya” ucapku. Wanita itu tertunduk cantik di hadapanku.
 “Tenang saja, tak usah cemas. Semua akan baik-baik saja” aku mencoba menenangkan hatinya. Wanita itu kemudian mengangguk pelan.
“Terimakasih atas semuanya” ucap wanita itu, “Terimakasih juga atas kedatangan Mas Khalid”

Wanita itu….
Aku benar-benar terlalu cinta dia
Aku bahagia saat dia bahagia
Semoga Allah selalu melindunginya dan keluarganya
Dan semoga Allah memberikan wanita sholihah untuk mendampingiku.

Jumat, 20 Februari 2015

Pertemuan Tak Terduga




Ya, aku mengenali perempuan itu. Perempuan yang saat ini duduk di depanku. Aku pernah bertemu dengannya sepuluh tahun yang lalu, saat aku masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ternyata perempuan itu bekerja di perusahaan yang sama denganku. Dunia ternyata memang selebar daun kelor.

Saat ini aku sedang ada training Ellipse di Unit Pembangkitan Brantas. Awalnya aku merasa enggan untuk mengikuti acara ini. Bagaimana tidak, ketika aku mengikuti acara training ini, akan secara otomatis aku akan menjadi Key User. Sebagai key user aku berkewajiban untuk menjelaskan materi training di Unit tempatku bekerja.

Perempuan itu melihatku. Aku pun melihatnya. Mungkin dia berusaha mengenaliku. Mungkin juga dia lupa padaku. Apalagi perkenalan kami lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Saat itu perempuan itu masih menginjak semester 2. Dan aku menjadi assisten dosen mata kuliah Mekanika Teknik Material I di kelasnya. Saat itu aku sedang menyelesaikan Tugas Akhirku.

“Tya?” sapaku. Perempuan itu tersenyum, “Mas Egi?”
“Ya” aku menjawab sapaannya, ternyata dia masih mengenali namaku, “Apa kabarnya?”
“Alhamdulillah baik Mas. Aku ndak tahu kalau ternyata Mas bekerja di sini juga”
Aku tersenyum padanya, “Tya di unit mana?”
“Di Jakarta” jawabnya.
“Tinggal di daerah mana?”
“Tangerang”
“Mas Egi sudah lama di Gresik? Keluarga di Gresik juga?”
“Iya, Tya sudah berkeluarga?”
“Alhamdulillah sudah Mas”
“Sudah punya putra?”
“Sudah. Mas Egi?”
“Sudah. Anakku sudah dua, suamimu tinggal di Jakarta juga?”
“Iya, suamiku juga bekerja di perusahaan yang sama, hanya beda kantor saja”
“Wah mantap dong”
“Anaknya Mas Egi umur berapa?”
“Anak pertama cewek usia 4 tahun, yang kedua cowok usia 5 bulan. Anaknya Tya?”
“Cewek umur dua tahun”
“Baru satu?”
“Ya, baru satu”
“Tya aslinya orang mana?”
“Surabaya”
“Lho kok penempatan Jakarta? Kalau angkatanku dulu anak Jawa Timur ditempatkan di Jawa Timur. Barulah anak Jawa Tengah dan sekitarnya ditepatkan di Jakarta”
“Mungkin karena doaku yang ingin didekatkan dengan jodoh”
“Oh iya ya”
“Mas Egi, dibagian apa, Rendal?”
“Ya, RendalHar”
“Aku bener-bener ndak nyangka bakal ketemu Mas Egi. Mas Egi jarang sppd ke Jakarta ya?”
“Iya. Lah Tya jarang pulang ke Surabaya?”
“Sering Mas. Paling enggak sebulan sekali. Di kantor Pusat”
“Wuih mantap. Andalan ya?”
“Iya…Andalan banget. Ini aja aku inventory control bisa disuruh ikut training ini”
“ Lha kok bisa?”

Perempuan itu tersenyum. Senyumnya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Aku mengenalnya dengan baik karena hanya dia yang saat itu mandapat nilai A untuk mata kuliah Mekanika Teknik Material I. Aku juga mengenalnya dengan baik di Lembaga Kajian Kampus. Perempuan itu yang menjadi Pendiri Keputrian dan yang menjadi Ketua Keputrian.

Tutur sapanya, bahasanya juga masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Aku mengenalnya sebagai pribadi yang tangguh, pribadi yang teguh memegang prinsip agama, dan pribadi yang mandiri. Jika saja boleh aku katakan, aku sempat mengagumi perjuangannya untuk kuliah. Lahir dari keluarga yang sangat sederhana, perempuan itu gigih untuk tetap melanjutkan kuliahnya.

Sungguh sangat beruntung lelaki yang kini menjadi suaminya. Meskipun aku tidak mengenali siapa suami perempuan itu, aku yakin lelaki itu adalah lelaki yang baik, lelaki hebat yang mampu menaklukan hati seorang Tya.

“Mas Egi, aku mau solat dhuhur dulu ya…” suaranya membuyarkan lamunanku. Membuyarkan segala kenangan sepuluh tahun yang lalu.
“Oh ya silakan” jawabku.

Kita tak tahu dengan siapa kita bertemu. Kita tak tahu dengan siapa kita berjodoh. Kita juga punya masalalu dimana kita mengagumi seseorang dalam kehidupan kita. Namun yang pasti jika Tuhan telah menetapkan jodoh kita, yakinkan segala cintamu berlabuh padanya. Seseorang yang dengan yakin mau mendampingi kita dalam suka maupun dalam duka pada suatu ikatan pernikahan.

Aku bersyukur bertemu dengan Tya. Ternyata perempuan itu tidak berubah. Masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Semoga Tya tetap menjadi bintang bagi orang-orang di sekitarnya, yang mampu memberikan kedamaian dan kebahagiaan lewat senyum dan sapanya. Semoga Tuhan senantiasa melindunginya serta keluarganya.

Ting… suara whatapp androidku berbunyi. Rupanya wa dari istriku.
‘Assalamualaikum, Abi sdh mkn siang?’