Ya, aku mengenali perempuan itu. Perempuan yang saat ini
duduk di depanku. Aku pernah bertemu dengannya sepuluh tahun yang lalu, saat
aku masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ternyata perempuan itu bekerja
di perusahaan yang sama denganku. Dunia ternyata memang selebar daun kelor.
Saat ini aku sedang ada training
Ellipse di Unit Pembangkitan Brantas. Awalnya aku merasa enggan untuk mengikuti
acara ini. Bagaimana tidak, ketika aku mengikuti acara training ini, akan secara otomatis aku akan menjadi Key User. Sebagai key user aku berkewajiban untuk menjelaskan materi training di Unit tempatku bekerja.
Perempuan itu melihatku. Aku pun melihatnya. Mungkin dia
berusaha mengenaliku. Mungkin juga dia lupa padaku. Apalagi perkenalan kami
lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Saat itu perempuan itu masih menginjak
semester 2. Dan aku menjadi assisten dosen mata kuliah Mekanika Teknik Material
I di kelasnya. Saat itu aku sedang menyelesaikan Tugas Akhirku.
“Tya?” sapaku. Perempuan itu tersenyum, “Mas Egi?”
“Ya” aku menjawab sapaannya, ternyata dia masih mengenali
namaku, “Apa kabarnya?”
“Alhamdulillah baik Mas. Aku ndak tahu kalau ternyata Mas
bekerja di sini juga”
Aku tersenyum padanya, “Tya di unit mana?”
“Di Jakarta” jawabnya.
“Tinggal di daerah mana?”
“Tangerang”
“Mas Egi sudah lama di Gresik? Keluarga di Gresik juga?”
“Iya, Tya sudah berkeluarga?”
“Alhamdulillah sudah Mas”
“Sudah punya putra?”
“Sudah. Mas Egi?”
“Sudah. Anakku sudah dua, suamimu tinggal di Jakarta juga?”
“Iya, suamiku juga bekerja di perusahaan yang sama, hanya
beda kantor saja”
“Wah mantap dong”
“Anaknya Mas Egi umur berapa?”
“Anak pertama cewek usia 4 tahun, yang kedua cowok usia 5
bulan. Anaknya Tya?”
“Cewek umur dua tahun”
“Baru satu?”
“Ya, baru satu”
“Tya aslinya orang mana?”
“Surabaya”
“Lho kok penempatan Jakarta? Kalau angkatanku dulu anak Jawa
Timur ditempatkan di Jawa Timur. Barulah anak Jawa Tengah dan sekitarnya
ditepatkan di Jakarta”
“Mungkin karena doaku yang ingin didekatkan dengan jodoh”
“Oh iya ya”
“Mas Egi, dibagian apa, Rendal?”
“Ya, RendalHar”
“Aku bener-bener ndak nyangka bakal ketemu Mas Egi. Mas Egi
jarang sppd ke Jakarta ya?”
“Iya. Lah Tya jarang pulang ke Surabaya?”
“Sering Mas. Paling enggak sebulan sekali. Di kantor Pusat”
“Wuih mantap. Andalan ya?”
“Iya…Andalan banget. Ini aja aku inventory control bisa
disuruh ikut training ini”
“ Lha kok bisa?”
Perempuan itu tersenyum. Senyumnya masih sama seperti
sepuluh tahun yang lalu. Aku mengenalnya dengan baik karena hanya dia yang saat
itu mandapat nilai A untuk mata kuliah Mekanika Teknik Material I. Aku juga
mengenalnya dengan baik di Lembaga Kajian Kampus. Perempuan itu yang menjadi
Pendiri Keputrian dan yang menjadi Ketua Keputrian.
Tutur sapanya, bahasanya juga masih sama seperti sepuluh
tahun yang lalu. Aku mengenalnya sebagai pribadi yang tangguh, pribadi yang
teguh memegang prinsip agama, dan pribadi yang mandiri. Jika saja boleh aku
katakan, aku sempat mengagumi perjuangannya untuk kuliah. Lahir dari keluarga
yang sangat sederhana, perempuan itu gigih untuk tetap melanjutkan kuliahnya.
Sungguh sangat beruntung lelaki yang kini menjadi suaminya.
Meskipun aku tidak mengenali siapa suami perempuan itu, aku yakin lelaki itu
adalah lelaki yang baik, lelaki hebat yang mampu menaklukan hati seorang Tya.
“Mas Egi, aku mau solat dhuhur dulu ya…” suaranya
membuyarkan lamunanku. Membuyarkan segala kenangan sepuluh tahun yang lalu.
“Oh ya silakan” jawabku.
Kita tak tahu dengan siapa kita bertemu. Kita tak tahu
dengan siapa kita berjodoh. Kita juga punya masalalu dimana kita mengagumi
seseorang dalam kehidupan kita. Namun yang pasti jika Tuhan telah menetapkan
jodoh kita, yakinkan segala cintamu berlabuh padanya. Seseorang yang dengan
yakin mau mendampingi kita dalam suka maupun dalam duka pada suatu ikatan
pernikahan.
Aku bersyukur bertemu dengan Tya. Ternyata perempuan itu
tidak berubah. Masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Semoga Tya tetap
menjadi bintang bagi orang-orang di sekitarnya, yang mampu memberikan kedamaian
dan kebahagiaan lewat senyum dan sapanya. Semoga Tuhan senantiasa melindunginya
serta keluarganya.
Ting… suara whatapp
androidku berbunyi. Rupanya wa dari istriku.
‘Assalamualaikum, Abi sdh mkn siang?’