Sabtu, 29 Januari 2011

Sayap Sang Malaikat


Aku bosan dengan kesendirianku. Aku lelah dengan sepiku. Namun tak ada yang berubah, semua tetap datar. Aku masih termangu menatap kerlip sang bintang, seraya berharap akan ada keajaiban. Namun semua tetap sama, beku dan datar.


Lalu mengapa aku masih bertahan sementara hatiku mulai merapuh. Tiada lagi sandaran yang meneduhkan. Aku hanya tak ingin berteman sunyi. Aku hanya ingin menikmati bingkisan bahagia. Tak adakah kesempatan untukku?


Gaun putih ini masih melekat erat membalut tubuhku. Sementara airmata seperti tetesan hujan dari langit. Ini begitu menyesakkan. Aku bicara pada angin malam yang berhembus. Sungguh, aku berharap keajaiban akan datang. Keajaiban yang mampu menghapus segala macam kepedihan hati.


Suaraku terhempas, tercekat dalam kelam. Ingin kuteriakkan kesalku, namun hanya kebisuan yang ada. Rasanya semua cinta telah mengendap, tak mampu mencair kembali. Kenangan demi kenangan seakan untaian kisah yang berakhir. Benarkah hati ini masih menyimpan harapan akan kehadirannya?



Tara terbangun dari tidurnya ketika alarm ponselnya berdering.
”Alhamdulillah hanyalah mimpi belaka” ucap Tara.
Masih terasa kepedihan yang menyesakkan ketika ia menarik napas. Benarkah apa yang selama ini muncul di hatinya hanyalah kesepian. Benarkah dari sekian tawa yang ia punya tersimpan jutaan tetes airmata. Sungguh tak bisa dia membohongi diri sendiri.




Segera ditariknya semua pikiran buruk yang berkecamuk. Ia akan menghadapi hal penting hari ini. Presentasi di depan klien. Ini proyek besar dan ia pemegang kendali kepuasan klien atas layanan perusahaannya.


Dilihatnya buku agenda yang telah menemaninya dalam waktu sebulan ini. Ia harus mencatat apapun yang penting dalam buku agenda tersebut, apalagi daya ingat Tara sangat minim. Dilihatnya secarik kertas di bawah buku agenda.


Dear Mikail, my angel...
When he will come to my life? I need him…
Yesterday I met him, I saw how cool he is.
I hope this is not love, I’m too afraid to falling in love.
I still love my God, I love Allah too much.
Oh my God, if he isn’t my soulmate don’t give me chance to miss him.
Please give me any miracles


Tara bergegas menuju ke teras depan kostnya karena mobil kantor yang menjemputnya akan segera datang. Selama ini dia terlalu nyaman dengan pekerjaannya. Berusaha tersenyum pada setiap orang dan berusaha tampak bahagia. Padahal baru saja dia mengalami rasa sakit yang luar biasa. Rencana pernikahannya hancur karena lelaki yang diharap akan meminangnya tak bisa menerimanya.


Mimpi semalam memang sangat menyakitkan. Gaun putih yang ia pakai hanyalah harapan yang selama ini terpendam. Pernikahan menjadi satu kata yang menyakitkan baginya. Cinta menjadi satu momok yang sangat ditakuti. Bukankah dunia dan seisinya ini tercipta karena adanya cinta Sang Khalik pada makhluk-Nya.


Ya Rabb, mengapa aku demikian rapuh. Bukankah cinta-Mu yang selama ini kurasakan. Bukankah aku tegar karena ridha-Mu. Ya Rabb, jangan lepaskan aku dalam kebahagiaan fana. Aku tak dapat hidup tanpa naungan-Mu.


Innova berwarna hitam meluncur di depan kost Tara. Bergegas Tara masuk ke dalam mobil. Segera mobil melaju kembali.
“Pagi Mbak Tara…” sapa Yayat, supir mobil kantor tersebut.
“Met pagi….Sudah sarapan Mas?” Tanya Tara.
“Alhamdulillah sudah, Mbak Tara nggak sarapan?”
“Belum lapar…”
“Hari ini terakhir ya Mbak kontrak peminjaman mobilnya?”
“Iya, hari ini rencananya presentasi hasil inspeksi. Jadi sudah kelar inspeksinya”
“Oh gitu….”
Tara tersenyum renyah.
“Mbak Tara mulai bulan depan pindah tugas ya?”
“Insya Allah mulai bulan depan sudah tidak nangani Bekasi. Mulai bulan depan kembali ke kantor di Jakarta Utara”
“Wah, jadi sepi dong nggak ada Mbak Tara”
“Masa’ segitunya Mas”
“Lah terus gimana Mas Andra?”
“Hmm….itu isengnya teman-teman bengkel saja. Melihat mereka senang aku juga senang”
“Yayat pikir Mbak Tara serius sama Mas Andra”
“Hmmm…memangnya terlihat begitu Mas?”
“Enggak juga sih”
“Entahlah…saya belum berpikir ke arah sana”
“Wah…buruan dipikir Mbak. Biar cepet nikah.”
“Insya Allah”
“Ya, Yayat doakan lah supaya Mbak Tara segera menemukan pria yang sepadan dengan Mbak.”
“Amin…Terimakasih Mas”


Tara menatap sang surya yang malu-malu untuk terbit. Tampak keanggunan sinarnya di depan mata. Sungguh indah apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada umat manusia. Teringat olehnya keluarga yang kini berada di Surabaya. Teringat akan senyum indah Ibu dan Bapaknya. Teringat akan rengek manja adik semata wayangnya. Ah, betapa kerinduan ini tak terpendam. Apakah mereka juga merindukanku?


Kringg…kringgg…..
“Assalamu’alaikum…” sapa Tara
“Wa’alaikumsalam, Ra kemarin rekomendasi dari bidang mekanik ditulis di slide presentasi kan?”
“Sudah Pak”
“Okey…makasih ya”
“Iya, sama-sama”


Walau aku senyum bukan berarti aku selalu bahagia dalam hari
Ada yang tak ada di hati ini di jiwa ini, hampa
Kubertemu sang Adam di simpang hidupku, mungkin akan ada cerita cinta
Namun ada saja cobaan hidup seakan aku hina
Tuhan berikanlah aku cinta untuk temaniku dalam sepi
Tangkap aku dalam terang-Mu, biarkanlah aku punya cinta
Tuhan berikanlah aku cinta, aku juga berhak bahagia.
Berikanlah restu dan halal-Mu
Tuhan, beri aku cinta

Lagu dari Ayusitha tampak menusuk ke dalam hati Tara. Tak terasa mobil sudah parkir di depan kantor.

Terasa menyesakkan memang. Tara, wanita berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai pegawai di perusahaan listrik negara. Background pendidikannya bisa dibanggakan, strata satu dari institut negeri ternama. Semua terasa begitu sempurna. Tapi pacar saja dia tidak punya. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang wanita, jika belum ada satu lelaki yang mengkhitbahnya. Rasanya tiap hari tak kunjung berhenti segala tangis dan airmata. Namun apa yang bisa dilakukan seorang wanita hanyalah menunggu. Bukankah Tuhan telah menciptakan makhluk-Nya secara berpasang-pasangan?

Apapun kondisi dalam hati, Tara mesti tetap tersenyum. Tak bolehlah orang tahu apa yang tengah ia pikirkan. Semua memang terasa begitu berat, namun haruslah semua itu dikembalikan pada Sang pencipta. Tak ada satupun di dunia ini yang luput dari pandangan-Nya. Tak ada satupun di dunia ini yang terhindar dari pengawasan-Nya. Semua telah diatur dalam kitab Lauhul Mahfudz-Nya. Semua telah tersusun rapi dalam rencana-Nya. Terkadang kita pikir semua ini tak adil namun apakah pernah terlintas bahwa semua itu akan telah terencana begitu indah. Ibarat sulaman, kita hanya melihat dari belakang, keruwetan benang warna-warni yang tidak dimengerti. Dan Allahlah sebagai penyulam, melihat sulaman dari atas, tentu saja sangat indah.


Kesabaran sebagai titik ukur ketaqwaan. Sekalipun ketakutan kian menghampiri, yakinlah bahwa Allah selalu menyertai langkah hamba-Nya. Dia tidak akan melepas bahkan sedetikpun. Terpikir bahwa siapa yang memberi makan semut kecil atau mungkin cicak, semua itu Allah yang memberi rezeki. Dan rezeki itu telah diatur oleh Allah. Tak peduli siapapun dirimu, bahkan seorang pencuripun mendapatkan jatah rezeki dari-Nya.


Aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang
Aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diriku dengan bekerja dan beramal
Aku tahu Allah selalu melihatku, karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat
Aku tahu kematian menantiku, maka kusiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabb-ku
(puisi Hasan Al Bashri)




Hidup di dunia hanyalah sementara. Namun waktu terasa begitu lama bagi seorang Tara. Sungguh sebenarnya cinta hakiki adalah cinta Allah. Hanya kepada-Nyalah segala cinta ini dilabuhkan. Bahkan seorang renta tak berdaya pun masih mendapatkan cinta-Nya. Lalu mengapa semua terasa begitu lama, apakah karena rasa sepi dalam jiwa. Bukankah cinta-Nya selalu ada dan takkan pernah hilang.


Apabila Allah telah mencintai seorang hamba maka dia menyerukan kepada malaikat Jibril bahwa Allah mencintai fulan maka cintalah dia. Maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghuni langit, bahwa sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintalah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya, kemudian dijadikan sambutan penerimaan bagi orang itu di bumi (HR Bukhari)


Entah mengapa bayangan Alicia tiba-tiba muncul di mata Tara. Alicia adalah sahabat Tara. Meskipun agamanya bukan islam, namun dia selalu menjaga pergaulannya dengan kaum Adam. Tara sangat menghargai prinsip hidup Alicia. Teringat kembali perbincangannya dengan Alicia setahun lalu.
“Tara, aku punya teman. Orangnya alim, aku yakin kamu pasti suka dengannya” ucap Alicia seraya menatap sahabatnya.
“Maksud Alice apa? Mau comblangin Tara?”
“Iyalah Tara”
“Tapi kan aku nggak tahu tentangnya”
“Ya maka dari itu kalian harus kenalan. Namanya Ardiansyah Dewa Pratama”
“Teman kantormu?”
Alicia mengangguk bangga, “Dia tuh islam banget loh”
“Sudah ah…”
“Tara kamu harus bisa melupakan Miftah”
Tara menatap erat sahabatnya, “Antara aku dan Miftah tidak ada hubungan apa-apa”
“Kalian tidak pacaran?”
“Tidak”
“Syukurlah…Miftah itu kurang pas untuk wanita sepertimu”
“Memangnya Alice pikir Ardiansyah itu cocok sama aku?”
“Nama panggilannya Tama”
“Okelah…apakah Alice yakin Tama cocok sama aku?”
“Cobalah kenalan dulu sama Tama. Kau kan bisa lihat facebooknya dulu”
“Memangnya Tama sudah tahu tentang aku?”
“Sedikitlah aku bercerita tentangmu yang dulu sewaktu kuliah aktif di kerohanian islam. Bahkan kamu pernah menjabat jadi ketua keputrian”
“Waduh…itu terlalu berat. Aku tak ingin ada yang tahu tentang diriku, kecuali suamiku”
“Ya siapa tahu tama itu jodohmu”
“Sudahlan Alice aku nggak ingin berpikir kea rah sana dulu. Apalagi status kita masih on job training belum tentu bisa jadi pegawai”
“Terserah sih tapi yang jelas aku sudah banyak cerita tentangmu ke Tama”
“Dia ganteng?”
“Putih, tinggi dan kelihatannya dia cerdas. Oh ya satu lagi hal yang sesuai dengan criteria yang kau cari”
“Apa?”
“Dia sudah mapan”
“Dia?”
“Ya dia sudah tinggal di rumahnya sendiri”
“Pasti anak orang kaya”
“Kenapa sih kau selalu berpikir buruk tentang orang kaya?”
“Karena biasanya mereka bersikap seenaknya mereka sendiri. Menindas kaum lemah dan memandang rendah orang lain”
“Enggak semua seburuk yang kau kira”
“Lah terus cowok ganteng dan tajir pastinya banyak wanita yang mengejar”
“Nah tapi kalau Tama pilih Tara gimana?”
Tara terdiam sejenak. Sangat benar apa yang dikatakan Alicia, jodoh itu sudah ada yang mengatur, tulang rusuk takkan tertukar.
“Alice, kamu kenal orang ini tidak. Aku sebal sekali dengannya yang datang terlambat saat rapat. Sok tahu lagi…” kata Tara seraya menunjukkan foto dalam ponselnya.
“Lah inikan Tama” sahut Alicia.
“Tama?”


Tama, entah mengapa kebencian dan rasa tidak percaya selalu ada saat menatapnya. Sekalipun lama juga Tara tidak bertemu dengannya. Mungkin saat ini Tama sedang sibuk mengurusi pekerjaan kantor karena sebagai single fighter di bidang kerjanya. Terlalu banyak masalah yang mesti ditangani oleh Tama, sehingga waktunya selalu habis untuk pekerjaan kantor. Sesampai di rumah, ia terus istirahat. Kalaupun dia butuh hiburan paling-paling main ke rumah teman sekantor yang satu komplek dengannya.


Selalu ada amarah ketika berbicara dengannya. Padahal bahasanya begitu santun dan dia tak pernah luput untuk tersenyum pada lawan bicaranya. Atau karena terlalu sempurnya kehadirannya di mata Tara. Atau karena masalalunya yang kelam. Bagaimana mungkin lelaki setampan Tama tidak pernah pacaran? Tentu saja kekasihnya sering berganti. Lagipula mana mungkin lelaki setampan Tama mau melirik ke wanita tak cantik seperti Tara. Nyali Tara kian menciut. Tara terdiam dalam sebuah tanda Tanya besar. Bulan depan dia akan lebih sering bertemu lelaki yang sering dia hindari ini, Ardiansyah Dewa Pratama.


Sungguh ada ketakutan di hati Tara. Takut jika ternyata benar perkataan Alicia bahwa Tama adalah lelaki yang baik. Masalalunya yang kelam telah lama dia tinggalkan. Dan Tama yang sekarang adalah sosok yang menjadi idaman setiap wanita. Sungguh Tara takut jika dia jatuh hati pada seorang Tama. Tara tak ingin terluka. Tara tak ingin berharap lebih. Tara takut terjatuh. Bukankah baru bulan kemarin dia mengalami kegagalan untuk ta’aruf dan menikah.


Bulan depan yang begitu berat bagi Tara. Disamping dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru, dia juga mesti sering bertemu dengan Tama. Apakah hatinya akan aman-aman saja ketika Tama terus ada di dalam harinya. Dulu, sempat dia kagum dengan kesabaran dan kebaikan Tama. Jujur saja Tara takut jatuh cinta. Apalagi jika mesti tak berbalas. Tapi bukankah hanya Allah yang mengerti apa yang ada di hati dan pikiran manusia. Tak pantas jika Tara memvonis Tama bukanlah untuknya.


Tak terasa airmata Tara mengalir begitu saja. Kesedihan yang ada di hatinya kian mendalam. Serasa semua kata-kata tak bisa terucap dari bibirnya. Hatinya yang berontak tak mampu dikendalikan. Ini semua terlalu menyakitkan. Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku (QS Yusuf 86)


Wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar
Yattaqillaha yarzuqhu min haitsu laa yahtasib
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah akan diberi rizki dari arah tak terduga
Wa man yattaqillaha yaj’al lahu min amrihi yusro
Barangsiapa bertaqwa pada Allah akan dimudahkan urusannya.


Ini semua terlalu sunyi. Tara melewati tiap harinya dengan pengharapan suatu keajaiban. Bukankah Allah selalu memberikan keajaiban dalam episode kehidupannya. Malam menjadi payung perlindungan dirinya dari kenyataan. Dan airmata tak berhenti ketika segala kesunyian melingkupi tiap relung hatinya.

Kau datang ketika duka, dan bintang bercahya tunjukku kejalan Surga
Ku haus ditengah laut, lemas mencari tempat bertaruh
Kirimkan aku kekuatan, tetap pedoman dikesesatan
Ku sunyi dalam gembira, perih pedih tanggung derita
Sungguh aku bukan wali, yang suci dari hina dan benci
Terlalu lama aku mencoba, terlalu banyak cinta yang kudamba
Tiada yang sempurna hanyalah fana. Tuhan ampuni hamba-Mu
Kurebah di dada malam, memecah gendang yang lama diam
Kutanggalkan baju dunia ,dekapku dengan selimut surga
Ya tuhanku hanya pada-Mu, tempat mengadu segala rindu
Limpahiku tempat kasih-Mu.
Dalam Tahajjud Cinta bersujud


Lagu Tahajud Cinta yang dibawakan Siti Nurhaliza terngiang di benak Tara. Air mata yang mengalir belum juga berhenti. Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (QS An Najm 43)


Ada setitik cahaya menyusup di hati Tara. Mestinya dia percaya akan janji Allah. Inna ma’al usri yusro fainna ma’al usri yusro, sesungguhnya di dalam kesulitan ada kemudahan dan di dalam kesulitan ada kemudahan.


“Mbak Tara…”panggil Yayat
“Yup” Tara menghapus airmata di pipinya.
“Teman-teman sudah pada kumpul. Mau berangkat ke Bekasi jam berapa?”
“Sekarang Mas”
“Oke…ayo berangkat. Jangan nangis lagi Mbak….”
Tara tersenyum.
“Nah begitu dong. Allah tidak akan membebani makhluk-Nya di luar batas kemampuan makhluk-Nya. Yakinlah Mbak bahwa Allah itu adil. Segala sesuatu pasti indah pada saatnya nanti”
“Amin”
Tara menatap ponselnya, tampak sebuah message dari Alicia yang diterimanya beberapa menit lalu
Wah Tara akan dipindah di kantor Jakarta Utara ya? Semoga berjodoh dengan Tama. Kasihan Tama tuh belum nikah-nikah. Hehehe….
Tara menatap matahari yang mulai meninggi, “Ya Rabb, tunjukkanlah kuasa-Mu, aku menantikan keajaiban itu. Aku akan selalu mencintaiMu”


Jakarta, 21 Januari 2011

Senin, 24 Januari 2011

Rasa dalam Asa


Aku bukanlah wanita cantik yang bisa menjadi cinta bagi para Adam. Hatiku terlalu rapuh, terlalu takut untuk terjatuh. Aku terlalu lemah untuk berjalan di atas terjal jalan kehidupan. Namun aku mesti bertahan, dan mesti mencoba untuk mengarungi bahtera kehidupan dengan melakukan yang terbaik. Bagiku kehidupan ini begitu berat.

Aku bukanlah sosok sempurna idaman para Adam. Aku tak mengerti arti senyum yang terkembang di bibirku tiap pagi hari. Aku hanya berharap bisa menjadi cahaya bagi sekitarku. Aku selalu berharap bisa memberi kebahagiaan bagi semua makhluk-Nya. Aku memang sangat tak sempurna tapi aku punya ketulusan kasih yang tak berhingga.

Aku bukanlah orang yang bisa mengagungkan kekayaan dan jabatan. Karenanya mungkin aku tak berarti di hadapan mereka. Namun aku hanya ingin melihat kebahagiaan dari tawa mereka. Aku bahagia jika orang sekitarku bahagia. Aku…hanyalah seorang yang penuh dengan kekurangan. Bahkan airmata kerap menjadi teman dalam malamku. Aku hampir tak mengerti arti kehidupan ini. Terjalnya kehidupan ini tentunya bisa membuatku tangguh untuk bertahan.

Aku bukanlah pujaan setiap insan. Karena kutahu begitu lemahnya diriku. Meskipun terkadang ada pujian untukku. Namun tetap saja aku tak bisa menjadi sang juara. Aku hanya ingin sedikit berarti, bukanlah terasingkan dalam kehidupan ini. Aku benar-benar takut terluka. Aku benar-benar takut terjatuh. Jika saja mampu kuteriakkan ketakutanku dan kekecewaanku.

Aku bukanlah wanita cantik yang menjadi pujaan hati sang Adam. Aku bukanlah sosok idaman yang dirindukan mereka. Aku bukanlah sosok yang penuh kesempurnaan. Aku bukanlah sang juara yang selalu dinantikan. Aku terlalu rapuh dalam kesendirianku. Airmata dibalik setiap senyuman. Aku mesti berjalan tanpa merasakan langkahku. Aku mesti bernapas tanpa merasakan napasku. Aku mesti bertahan atas apa yang ada di hadapanku.

Semua hal telah tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Terkadang apa yang kita perkirakan baik belum tentu baik di hadapan-Nya. Allah-lah pemilik segala hati. Hanya pada-Nya aku berteduh. Hanya pada-Nya hingga saat ini aku mampu bertahan. Bukanlah karena hal yang fana. Aku hanya ingin mensucikan hatiku untuk terus mencintai-Nya karena aku percaya janji-Nya.

Dalam sujud aku selalu meminta ketulusan hati untuk bisa terus bersama-Nya. Mengarungi hari dengan rahmat dan ridha-Nya. Sekalipun kepedihan kerap membayangi hariku. Dan segala mimpiku telah hancur berkeping-keping. Aku tahu masih ada harapan di sana. Aku tahu Allah akan datang padaku, menghapuskan tiap aliran airmata. Sungguh aku takut sendiri. Aku takut hidup dalam sepi. Aku takut terluka. Aku takut kukecewa. Aku takut dan terlalu takut. Aku takut berharap. Aku takut akan airmata ini. Aku takut kerap berdiri di tengah sendiriku. Aku takut, benar-benar takut.

Dalam hening malam, ingin sekali kulukiskan betapa agung cinta-Nya padaku. Memberiku waktu untuk bisa lebih berarti bagi sesama. Mestinya kuhapus segala keraguan dan kesedihan ini. Aku tak ingin menangis kembali. Aku ingin tersenyum layaknya mentari menyinari dunia. Aku ingin menjadi lilin kecil di tengah pekat malam tanpa cahaya bulan. Aku ingin menjadi bintang yang member kedamaian di hati. Aku hanya ingin sedikit lebih berarti.

Ya Rabb, mengapa hatiku kian menangis pedih. Mengapa hatiku kian hampa. Mangapa ada rasa kesal atas apa yang ada. Mengapa rasa bahagia ini lenyap. Mengapa aku merasakan begitu terluka. Apakah aku benar-benar telah jatuh. Apa aku benar-benar telah terluka. Aku hampir tak bisa mengaerti apa yang terjadi. Setiap senyum adalah untaian airmata di hatiku. Aku terlalu takut.

Ya Rabb, apa yang mestinya aku lakukan. Mengapa tangis selalu menemani malamku. Tak bisakah aku tersenyum dengan penuh puji bagi-Mu. Aku hanya bisa berharap pada-Mu. Bagaimana semua hal fana ini bisa membuatku sakit. Bagaimana bisa airmata ini tak berhenti mengalir. Mengapa aku terlalu berduka. Mengapa aku tersenyum dan hatiku terluka.

Ya Rabb, setiap kali ada rasa iri pada mereka. Aku juga ingin kebahagiaan. Aku juga tak ingin sendirian. Aku takut. Aku takut dan aku terluka. Aku takut dan aku berduka. Aku tak bisa berkata apapun. Aku tak mampu berteriak sekalipun ingin kulakukan.

Ya Rabb, tangkap aku dalam terang-Mu. Ya Rabb, jangan tinggalkan diriku.
Ya Rabb, izinkan aku mencintai-Mu….selalu


Jakarta, 23 Januari 2011

Sabtu, 15 Januari 2011

Arti Kesempurnaan


Tak jarang orang mengatakan aku bukanlah wanita yang cantik. Ya, itu memang benar. Tak jarang orang memandangku sebelah mata karena aku bukan anak orang kaya. Tapi tahukah mereka bahwa kekayaan dan kecantikan itu tak ada harganya di hadapan Tuhan. Sadarkah mereka bahwa itu hanyalah fatamorgana dunia yang semu dan tidak abadi.

Seolah merupakan hal yang abadi, mereka mengagungkannya. Di mana saat itu keberadaan hati? Jika semua dinilai secara materi maka tak aka nada keadilan di dunia ini. namun mata manusia masih terpaku oleh fatamorgana. Sehingga kebaikan akhlak bukanlah syarat utama untuk menilai seseorang.

Aku menatap sang langit yang begitu luas. Namun hatiku masih mencari alasan mengapa aku mesti bertahan. Manusia dan sgala egonya takkan mau terkalahkan. Apalah arti kemenangan jika mnyakiti hati orang lain. Seraya seluruh alam tak lagi melihat kedamaian.

Pernah suatu ketika seorang lelaki mencintai wanita karena kecantikannya. Semua berujung dengan perpisahan. Mengesampingkan nilai agama sungguhlah suatu kesalahan. Wanita yang berakhlak mulia tentunya sami’na wa’atokna pada suami. Dan dia bukanlah seorang pembangkang yang seenaknya menyakiti hati suami.

Apa yang kita perkirakan baik, belum tentu baik di hadapanNya. Karena kita tak dapat membaca hati dan pikiran manusia. Hanya kepada-Nyalah segala ini dikembalikan. Tentunya tak ada kesempurnaan di dunia ini. Kecantikan dan kekayaan bahkan bisa menjadi bahan fitnah. Tak sadarkah manusia. Mereka yang berlomba-lomba memupuk kekayaan tanpa peduli lingkungan sekitarnya yang masih membutuhkan. Wanita dengan kecantikannya merasa berharga, sehingga kesombongan muncul dari raut mukanya. Wanita dengan tubuh indah tidak enggan memperlihatkan auratnya di muka umum. Lalu apa artinya kekayaan dan kecantikan sebenarnya?

Kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Tak sewajarnya kita menyombongkan diri. Segala yang kita punya hanyalah titipan belaka, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Tak sadarkah hati kita ini? bahkan setiap napas ini adalah titipan yang kelak akan ditanya apa yang dilakukan di dunia fana ini.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Tak usah bersedih karena tidak cantik ataupun bukan orang berharta. Semua yang ada dalam diri ini adalah bukti cinta-Nya pada makhluk. Janganlah di sia-siakan dengan berbuat khilaf dan dosa.

Semoga segera tersadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. Semua kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Alam, Allah SWT.

Jakarta, 10 Januari 2011

Pengabdian HambaMu



Seandainya mampu kutulis, ingin kutuliskan di langit betapa besar rasa cintaku padaMu. Aku tak mampu berpaling, tak ingin lari dari naunganMu. Sekalipun aku kerap menangis. Aku tetap berusaha untuk selalu bersamaMu. Aku yakin Kau takkan mengingkari janji. Bukankah segala yang telah Kau beri adalah nikmat tak bertepi. Fabiayyi alaa irabbikuma tukadziban. Dan nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?

Aku terluka namun aku tak ingin terluka kembali. Diriku yang hanyut dalam fatamorgana dunia. Apa yang terlihat baik belum tentu baik di hadapMu. Apa yang terlihat buruk belum tentu buruk di hadapMu. Segalanya ini tentunya telah tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Hanya saja ikhtiar ini tak boleh berhenti. Dan segala harap serta doa ini terus tertuju padaMu. Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adziim. Tiada daya dan upaya melainkan Allah SWT.

Aku berjalan lambat dan ritme waktu yang mengiringi detak jantungku. Bisa kurasakan tiap tarikan napas. Semua terasa begitu nyata. Meskipun terkadang aku sibuk dengan duniaku sendiri. Aku tahu segalanya ini Kau ciptakan tanpa ada sia-sia. Dan semua ini berpasang-pasangan. Mestinya aku yakin akan kebenaran janjiMu. Inna ma’al usri yusro fainna ma’al usri yusro. Sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan dan dan setelah kesulitan ada kemudahan.

Di pandanganMu tiada berarti ketampanan dan kekayaan. Yang ada hanyalah ketaqwaan. Namun mengapa mereka masih meributkan hal yang semu. Fatamorgana menjadi suatu batasan akan penilaian manusia. Kecantikan serta kekayaan menjadi tolak ukur. Mengapa fatamorgana dunia ini begitu membutakan tiap insan. Dan aku terus berlari berlindung padaMu. Aku masih percaya akan janjiMu. Wa man aufa bi’ahdihii minallah. Dan siapakah yang lebih menepati janji melainkan Allah SWT.

Ingin selalu aku tersenyum bahagia. Menantikan mentari pagi dan memandangnya dengan penuh kekaguman. Begitu indah segala yang telah Kau ciptakan. Seraya seluruh alam menghipnotisku dan menyanjungMu. Semua bertasbih memujaMu. Betapa bersyukurnya menjadi prajurit pembela agamaMu. Menjadi mujahid yang selalu berjalan di jalanMu. Dan percaya akan janjiMu. Wa man yattaqillaha yaj’allahu makhraja. Barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka akan diberikan jalan ke luar.

Ya Rabb, penguasa segalanya. Tetapkanlah hatiku pada islam. Janganlah Kau biarkan aku terjerumus dalam lembah fitnah dan zina. Sungguh aku tak ingin berpaling dariMu. Sesungguhnya aku terlalu lemah untuk jauh dariMu. Aku merindukanMu. Dalam hening malam kuteteskan airmata kerinduan yang sepanjang hari kupendam. Pada siapa lagi aku meminta pertolongan. Dan meminta pertolonganlah pada Allah dalam sabar dan solat. Sesungguhnya hal ini akan sulit bagi orang-orang yang tidak khusyuk (Al Baqarah:45).

Aku percaya akan janjiMu. Al khabitsu lil khabitsin, wal khabitsu lil khabitsat. Watthayyibu litthayyibin, watthayyibu na litthayyibat. Sesungguhnya wanita buruk untuk laki-laki yang buruk dan laki-laki yang buruk untuk wanita yang buruk. Sesungguhnya wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki baik untuk wanita yang baik.

Ya Rabb, pemilik segala hati. Janganlah Kau biarkan aku jauh dariMu. Tak mampu diriku berdiri tanpa rahmat dan kasihMu. Saat aku terluka, saat aku menangis, saat aku berduka, kuingin hanya namaMu yang terucap. Saat aku bahagia, saat aku tersenyum, kuingin hati ini selalu bersyukur padaMu. Aku tak ingin terlelap pada kehidupan dunia yang hanya sementara. Tuntunlah diri dan jiwa ini menuju jalanMu. Sungguh, tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk pada hatinya. Dan Allah mengetahui segala sesuatu (At taghabun:11)

Sesungguhnya hanya sementara waktu yang kupunya di dunia ini. Meski semua terasa begitu lama. Dunia ini hanyalah tempat di mana kita singgah, bukan tempat untuk tinggal. Akhirat adalah tempat kita dikembalikan. Mengapa mereka begitu mengagungkan dunia. Dengan memandang rendah setiap insan. yang lemah. Tak sepantasnya melihat kekayaan sebagai ukuran keabadian. Hati yang suci serta amalan sholeh itulah bekal di hari pembangkitan nanti. Mengapa masih juga mengagungkan kehidupan dunia yang fana. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnnya Kami menciptakan kamu secara main-main dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada Kami (Al Mu’minun:115)

Ya Rabb, begitu banyak khilaf yang telah kulakukan. Ya Rabb, mengapa begitu banyak kelalaian hatiku ini. Bukankah mestinya segala sholatku, hidupku dan matiku hanya padaMu. Tak pantaslah Kau kuduakan. Ashadu ‘alla ilaha illallah wa ashadu anna muhammadar rasulullah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Ya Rabb, ikatlah diriku. Jangan biarkan aku terjatuh, jangan biarkan aku terluka. Hanya Engkau yang mampu menghapuskan kesedihan di hatiku. Hanya Engkaulah penolongku. Aku sungguh tak berdaya tanpaMu. Aku mencintaiMu dan ingin terus mencintaiMu. Aku tahu segala sesuatu di dunia ini takkan terjadi tanpa kehendakMu. Dan bahwasannya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (An Najm:43)

Ya Tuhanku, ampunilah aku dan masukkanlah aku dalam rahmatMu dan Engkau adalah Maha Penyayang diantara para penyayang (Al Anfal:151).

Ya Tuhanku, aku telah beriman, maka ampunilah aku dan berilah rahmat. Sesungguhnya Engakau adalah pemberi rahmat yang baik (Al Mu’minun:109).

Ya Tuhanku , tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik yang member I tempat (An Nur:29).

Ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang dzalim (Al Mu’minun:94).

Ya Tuhanku aku berlindung kepada engkau dari bisikan setan-setan dan aku berlindung kepada Engkau dari kedatangan mereka kepadaku (Al Mu’minun:97-98).


Ya Rabb, hanya padaMu segala ini dikembalikan. Ya Rabb, illahi syafarat yadayya fatrubhuma. Di atnganku tengah butuh pendamping, maka dekatkanlah jodohku. Amin yarabbal ‘alamiin.

Dialah yang menciptakan kamu dari yang satu dan darinya Dia menciptakan isterinya agar dia merasa senang kepadanya (Al A’raf:189)


Jakarta, 10 Januari 2011
Ditulis : Eka S

Sepenggal Mimpi


Semakin sunyi… bahkan aku makin terdiam di tengah hempasan angin. Mengapa pedih ini masih kurasakan? Semestinya aku sudah mampu membuat bibir ini tersenyum, semestinya aku sudah bisa membahagiakan hatiku. Namun kenyataannya masih juga sepi dan sunyi yang terasa.


Kali ini aku mesti kembali melangkah. Meskipun kakiku enggan untuk bergerak. Bukankah selama ini aku merasakan kenyamanan? Sekalipun pedih dan perih kerap mengintai, namun rasa nyaman inilah yang membuatku mencoba bertahan. Dan aku melambungkan kembali harapan akan datangnya keajaiban. Ya…aku masih hidup dalam duniaku sendiri. Tanpa peduli apa yang dikatakan. Tanpa peduli apa yang terlihat. Dan aku masih merasakan kenyamanan.


Waktu membuatku semakin tersudut. Keadaan memberiku pilihan yang tak bisa dipilih, ketetapan sepihak. Membuyarkan segala anganku yang mulai terbangun. Mungkin mencoba memberi cahaya keajaiban yang baru. Namun di hatiku masih terasa keraguan. Aku hanya terdiam tak lagi berkutik. Aku tak lagi bersuara dan detak jantungku terasa begitu nyata. Semakin menjauh dari duniaku.


Aku menangis. Hatiku belum bisa menerima apa yang tengah terjadi. Mimpiku seakan bagai gumpalan awan yang ditiup angin bersemburat tak menentu. Harapku bagaikan setetes air terkena panas matahari, langsung lenyap tak berbekas. Apakah mesti aku pertahankan mimpi dan harapan yang tak bisa lagi kuraih?


Semakin sunyi… derap langkah kakiku terdengar jelas, sejelas denyutan jantung. Masih aku terpaku di tengah gundahku. Sungguh ingin kuteriakkan aku tak mau sendiri. Sungguh ingin kuteriakkan aku tak mau menangis kembali. Namun hanya sayup suara angin yang terdengar. Bibirku pun tak bergerak.


Aku ingin berontak. Aku ingin mereka tahu apa yang kurasakan. Aku tak ingin bersedih. Cukuplah senyum dan kebahagiaan yang menemaniku. Aku tak ingin terluka, terlalu takut untuk merasakan sakit. Semua ini terlampau pahit. Aku tak sanggup menghadapinya. Aku tak bisa melewatinya.


Namun tak ada satupun yang berubah. Waktu terus berlalu, mengingatkan padaku bahwa ini dunia nyata. Mengharuskanku beralih dari duniaku. Dunia yang pedih namun memberikan kenyamanan. Dunia yang hanya ada dalam benakku. Dunia milikku.


Aku terluka. Namun takkan mungkin kukatakan isi hati dan pikiranku. Semua menjadi suatu sandiwara. Tawa dan senyum menjadi hambar. Namun kali ini aku akan mencoba sekuat tenaga untuk bangkit kembali. Menyusun segala mimpi-mimpi yang telah berserakan. Atau bahkan membuat kembali harapan yang telah lenyap. Aku semestinya tegar, aku semestinya tidak meyerah begitu saja.


Setiap hal tentu ada ujiannya. Dan mungkin ini adalah jalanku. Sekalipun tampak terjal, aku tak boleh kalah. Sekalipun aku sering menangis, namun aku tak boleh patah hati. Semua hal tak ada yang sia-sia. Dan ku percaya Tuhan telah menuliskannya dalam Lauhul Mahfudz.


Teriring tasbih di hatiku. Sekalipun perih itu makin terasa. Kubiarkan airmata mengalir. Kubiarkan senyum pergi. Namun tak kan kubiarkan hatiku berpaling dari-Nya. Tuhan semesta alam, hanya pada-Nyalah aku berlindung dan meminta pertolongan.


Airmata ini masih mengalir. Kesunyian ini masih terasa. Namun aku takkan terdiam, aku akan berjalan bahkan berlari. Semoga Tuhan memudahkan langkah kecilku ini. Amin ya Rabb.


Jakarta, 8 Januari 2011

Minggu, 09 Januari 2011

Sebuah Doa


Wahai saudaraku seiman,
Tetapkanlah Islam sebagai agamamu.
Tetapkanlah Allah sebagai Tuhanmu, dan tiada yg lain selain Dia.
Tetapkanlah Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah.
Tetapkanlah Al Qur`an sebagai kitab dan penuntunmu.

Wahai cahaya hatiku.
Ucap dua kalimah syahadat disetiap desah nafasmu.
Sembahyanglah lima waktu dalam hari harimu.
Berpuasalah sebulan dalam bulan Ramadhan.
Tunaikanlah haji ke Baitullah Rumah Allah jikalau kau mampu.
Tunaikanlah zakat selagi kau mampu.
Jangan lupakan Infaq Shadakah dan menyantuni mereka yg tidak mampu.

Wahai bidadariku
Beriman selalu hanya kepada ALLAH SWT
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Malaikat-malaikat
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Kitab-kitab Al Qur`an dan kitab kitab sebelumnya
Berimanlah kepada nabi dan Rasul rasul
Yakinlah dan Berimanlah akan adanya Hari Kiamat
Yakinlah dan Berimanlah kepada Qada dan Qadar

Wahai pesona jiwaku.
Hidupmu kelak akan lebih keras dan berat.
Lebih keras dan berat dari kehidupan kami orangtuamu.
Maka bekalkanlah dan perkuat keimanan dan ketaqwaan.
Agar kalian selamat sampai ditujuan hidupmu kelak.

Wahai penyempurna hidupku.
Ingatlah dan camkanlah beberapa hal
Bahwa yang singkat itu WAKTU,
Yang dekat itu MATI,
Yang besar itu NAFSU,
Yang berat itu AMANAH,
Yang sulit itu IKHLAS,
Yang mudah itu BERBUAT DOSA
Yang abadi itu AMAL KEBAJIKAN,
Yang akan di investigasi itu AMAL PERBUATAN,
Yang jauh itu MASA LALU.
Persiapkanlah dirimu untuk semua hal itu.

Wahai masa depanku.
hiduplah demi akhiratmu
karena itu yang akan abadi kekal selamanya
janganlah kalian hidup demi duniamu
karena itu hanya semu dan bakal termakan waktu

Wahai permataku,
Doa orangtuamu selalu menyertaimu.
Semoga Allah selalu membimbingmu.
Semoga Allah selalu meridhoimu.
Semoga Allah selalu mendampingimu.
Dalam setiap langkahmu, doamu dan dalam semua kehidupanmu.

ya Allah panjangkan usianya, sehatkan badannya, akhlaknya, agamanya, sejahterakan jiwa dan raganya, alirkan rezekinya, anugerahkan kepadanya kecerdasan akal dan kebeningan hati.