Kamis, 18 September 2014

Satu Cahaya yang Menghilang



Dahulu aku selalu mengharapkan cahaya itu datang menghampiriku, melenyapkan gelapku.

Dahulu aku selalu menatap cahaya itu dengan kekaguman.

Dahulu aku selalu merasa nyaman menatap cahaya itu.

Namun kenyataannya cahaya itu tak menghampiriku.

Cahaya itu hanya melintas sekilas dalam kehidupanku.

Memberikan jejak istimewa di hatiku.

Aku sangat mengagumi cahaya itu.

Namun kenyataannya hati ini masih bergetar menatap cahaya itu.

Masih berpikir cahaya itu dekat dan menghangatiku.

Bergejolak hatiku menerima apa yang terjadi.

Cahaya itu menghilang tiba-tiba.

Menghadirkan luka yang tak mampu kukatakan.

Memberikan kegelapan dalam hati.

Meski kini telah ada pelangi untuk menggantikan cahaya itu.

Aku masih tetap mengaguminya.

Jantungku masih berdebar keras saat menatapnya.

Meski cahaya itu tak lagi ada di hadapanku.

Meski cahaya itu telah jauh dariku.

Meski cahaya itu meninggalkanku.

Jumat, 12 September 2014

Cinta yang Salah






Aku masih menatap fotomu saat kuliah dulu. Ada guratan lelah dalam parasmu. Namun semua tak mengubah sedikitpun keluguan dalam tatapan matamu. Masih ingatkah dirimu tentangku? Tentang pertemuan pertama kita di Kampus Merah. Tentang aku yang tak pernah tega melepaskanmu sendiri. Apakah kau tahu, aku selalu memperhatikanmu, mengawasi setiap langkahmu. Aku tak ingin dirimu terluka. Karena mungkin aku telah jatuh hati kepadamu.

Bagaimana aku bisa ungkapkan rasa sayangku padamu. Sementara kau terlalu sibuk dengan urusanmu. Kuliah serta m,encari nafkah untuk keluarga sudah menjadi kewajibanmu. Lelah selalu tampak di parasmu, namun aku tahu kelak kau akan bangga dengan perjuanganmu.

Undangan pernikahanmu, seperti halilintar di siang hari bagiku. Maaf, aku belum bisa melamarmu. Aku belum bekerja mapan di perusahaan. Aku masih menjadi pengangguran yang berusaha mencari pekerjaan disana sini. Tapi aku janji, aku akan hadir dalam pernikahanmu. Aku ingin melihatmu tersenyum bahagia, setelah sekian tahun menanti kehadiran jodohmu.

Aku tak terkejut saat kau ceritakan bagaimana kau bertemu calon suamimu. Bau dua kali bertemu, lelaki itupun melamarmu. Aku turut bahagia mendengarnya. Meski aku tahu, aku akan kehilanganmu. Janjiku takkan pernah meninggalkanmu terluka. Meski aku tak bisa menjadi pendampingmu.

Di hari pernikahanmu, akupun datang. Melihatmu memakai kebaya putih nan anggun, membuatku lupa  bahwa kau bukanlah calon istriku. Dirimu jauh terlihat cantik dibandingkan saat kuliah dulu. Mungkin karena dirimu telah mapan, mempunyai pekerjaan dan gaji yang tinggi. Namun di mataku, kau tetap tampak SEDERHANA dan SEMPURNA. SEMPURNA, seandainya saja wanita di hadapanku itu adalah calon istriku. Seandainya saja dirimulah tulang rusukku. Namun aku tak berani berandai-andai lagi saat calon mempelai laki-laki datang. Itukah lelaki yang beruntung  mendapatkanmu. Itukah lelaki yang kau pilih untuk mendampingi kehidupanmu. Semoga dirimu bahagia dengan pernikahan ini.

Kini, kulihat foto putri kecilmu memenuhi wall facebook-mu. Sungguh anakmu begitu cantik dan lucu. Sejenak aku kembali ke dua tahun lalu, saat pernikahanmu. Seandainya saat itu akulah suamimu, maka putri kecil ini adalah anak kita. Ah, aku masih sering memikirkanmu. Apakah dirimu bahagia? Apakah kehidupanmu jauh lebih indah? Apakah dirimu masih mengingatku?

Apakah salah jika aku masih mencintaimu…
Aku telah lama..
Menjalani cinta..
Yang tak pasti..
Yang tak pasti..

Aku menyadari...
Pada akhirnya..
Ku kan terluka
Ku kan terluka..

Aku yang mencintaimu..
Walau ku tahu kau tak akan pernah..
 Jadi milikku..
Aku yang berkorban demi cintaku padamu..

Kau bukan milikku..
Karena kau miliknya..
Ku tahu pasti suatu hari nanati kau akan tinggalakan aku..
Karena bagi mereka cinta kita salah..
Dan ku tak bisa memaksamu memilih aku..

Aku serahkan..
Cinta dan hidupku kepadamu..
Kepadamu...

Aku menyadari pada akhirnya..
Ku kan terluka..
Ku kan terluka...

Aku yang mencintaimu..
Walau ku tahu kau tak akan pernah..
 Jadi milikku..
Aku yang berkorban demi cintaku padamu..


Cinta yang Tak Bersisa





Berapa kali harus kukatakan padamu, aku masih mengharapkanmu. Sudah berulang kali kukatakan, tak ada satu wanita pun yang mampu menggantikan dirimu di hatiku. Apakah hanya karena lelaki asing itu kini kau tak menghiraukan aku lagi. Kau bilang bahwa lelaki asing itu adalah suamimu, ayah dari anak-anakmu. Lalu, bagaimana dengan aku. Sekian lama aku menanti kehadiran cintamu untukku. Sekian lama aku berharap dirimu mau mengerti perasaanku.

Seharusnya aku bahagia di hari pernikahanku. Namun aku merasa sungguh sangat tersiksa tanpa kehadiranmu. Setelah sekian tahun menantimu tanpa suatu kejelasan apapun. Kini kedua orangtuaku berharap aku menikahi wanita ini. Wanita pilihan mereka, bukan pilihanku.

Aku sungguh iri dengan lelaki asing yang kausebut suamimu. Lelaki yang akhirnya memiliki bidadariku. Padahal lelaki itu hanya terhitung hari mengenalmu, sebelum akhirnya melamarmu. Aku juga masih tak mengerti mengapa engkau tiba-tiba menerima pinangan lelaki asing itu. Padahal lima bulan sebelumnya aku mengutarakan niatku untuk melamarmu, walaupun saat itu dirimu menolakku. Apa artinya pertemuan saat itu, jika ternyata hatimu tak bisa untukku.

Mengapa harus ada lelaki asing itu. Mengapa harus ada cinta di hatiku untukmu. Cinta yang tak akan pudar dimakan usia. Cinta yang akan selalu menunggu cintamu. Cinta yang menunggu hadirmu. Cinta yang tak bisa kulepaskan dari napasku.

Aku masih merasa tidak nyaman berada disini. Sebentar lagi aku akan melaksanakan akad nikah. Namun hatiku belum juga mencintai calon istriku. Aku masih memikirkanmu. Aku masih mengharapkanmu. Aku masih mencintaimu.

Kutatap sejenak paras calon istriku yang tertunduk malu. Maafkan aku, aku tak bisa meneruskan semua ini. Aku harus meninggalkan semua ini. Aku tahu ini akan melukainya. Tapi akan jauh lebih menyakitkan jika dirinya tahu hatiku masih mencintai wanita lain. Jangan pernah halangi aku untuk meninggalkan semua ini. Biarkanlah aku berdua bersama bayanganku, menanti bidadariku datang. Meski aku tahu, dia takkan pernah datang. Aku pun berdiri, melangkahkan kaki untuk meninggalkan calon istriku. Aku akan pergi…

Jangan lagi kau sesali keputusanku
Ku tak ingin kau semakin kan terluka
Tak ingin ku paksakan cinta ini
Meski tiada sanggup untuk kau terima
Aku memang manusia paling berdosa
Khianati rasa demi keinginan semu
Lebih baik jangan mencintaiku aku dan semua hatiku
Karena takkan pernah kau temui, cinta sejati

Reff: 
Berakhirlah sudah semua kisah ini
Dan jangan kau tangisi lagi
Sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu
Sejuta kata maaf terasa kan percuma
Sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya
Semoga saja kan kau dapati
Hati yg tulus mencintaimu
Tapi bukan aku

Lirik lagu "Bukan aku" dari Kerispatih masih terus mengiang di telingaku. Meninggalkan luka bagi seorang wanita yang hampir aku nikahi. Semoga saja dia kan dapati hati yang tulus mencintainya, tapi bukan aku.

Kamis, 04 September 2014

Wahai Lelaki Asing yang Meminangku






Aku merasakan damai di dekatmu. Aku merasakan nyaman di sampingmu. Wahai lelaki asing yang meminangku. Masih juga penuh tanya dalam benakku. Apa yang membuatmu memilihku untuk mendampingi dirimu. Benarkah rasa cinta itu tiba-tiba ada di hatimu.

Dirimu menghapus kegalauan hatiku, menghapus kesedihanku, menghadirkan kehangatan dalam kehidupanku. Wahai lelaki asing yang meminangku. Apakah arti pernikahan bagimu. Apakah cintamu mampu membawa kehidupan surga di dunia dan akhirat nanti.

Bagaikan matahari, dirimu menghapus gelap mendung kehidupanku. Bagaikan hujan, dirimu menghentikan kemarau dalam kehidupanku. Bagaikan pelangi, dirimu memberikan banyak warna dalam kehidupanku. Bagaikan bintang, dirimu memberikan cahaya kedamaian di hatiku. Bagaikan bulan, dirimu teduhkan jiwaku.

Wahai lelaki asing yang meminangku. Jadikanlah aku bidadari dunia dan di akhiratmu. Jadikanku istri sholihah yang setia menemanimu. Jadikanlah aku ibu berhati mulia yang membesarkan dan mendidik anak-anak kita. Jadikanlah aku satu-satunya cinta dalam hatimu.

Meski pertemuan singkat mampu menghadirkan kepercayaan di hati kita, namun pernikahan bukanlah akhir dari cerita kita. Pernikahan adalah kapal kita untuk mengarungi lautan kehidupan dunia, untuk menuju pulau surga. Tentu saja tak semudah yang dibayangkan, banyak ombak yang akan menghadang. Bahkan mungkin badai menerpa. Namun semoga cinta kita mampu membuat kapal kita semakin tangguh. Namun kepercayaan antara kita mampu menjaga keutuhan badan kapal.

Wahai lelaki asing yang meminangku. Dirimu adalah hadiah terindah dalam kehidupanku. Meski sering amarah kecil mewarnai kehidupan kita, semoga hanya menjadi bumbu untuk kemesraan antara kita. Dan semoga tak ada lagi amarah diantara kita, sehingga hanya ada cinta dan manja.

Wahai lelaki asing yang meminangku. Semoga rahmat dan cinta Allah selalu bersama dengan keluarga kecil kita. Semoga Allah mampu menjadikanmu imam yang amanah. Semoga Allah selalu menjaga kita semua. Aamiin.