Dan berlindunglah kepada Allah dari segala fitnah.
“Wanita-wanita yang setengah telanjang, menebar pesona dan bergaya,
yang kepala mereka seperti onggokan jambul unta. Wanita-wanita tersebut tidak
akan masuk surge dan tidak akan menemukan bau surge. Sesungguhnya bau surge itu
hanya akan ditemukannya dengan jarak sedemikian hingga sedemikian” (HR Muslim)
Apa itu zaman kera?
Yaitu zaman ketika polusi dan pencemaran terjadi dimana-mana.
Tidak hanya polusi udara dan pencemaran lingkungan, tapi yang jauh lebih
berbahaya, justru terjadi polusi dan pencemaran akhlak, moral, tatanan
masyarakat makin tidak karuan.
Ya, zaman ketika semua serba terkena polusi dan pencemaran. Tanpa
kecuali, pikiran dan paradigm piker anak manusia pun sudah terkena polusi dan
pencemaran.
Yaitu zaman ketika suara-suara music romantic yang
membangkit-bangkitkan dan menggedor-gedor impian nafsu birahi dan syahwat
mengalun dimana-mana dengan bebasnya. Berbagai macam jenis alat music,
tradisional maupun modern, baik yang terbuat dari kayu, logam maupun sepuhan
lainnya, saling berlomba, saling bergenderang, menyuarakan bunyi-bunyian lagu
gila yang merangsang.
Seruling, gitar, dan organ listrik, piano elektronik dan
lain sebagainya, menyanyikan lagu-lagu cinta picisan penggugah syahwat para
kaum lelaki. Jangankan yang tidak beriman, lelaki yang beriman pun pada
akhirnya tidak sedikit yang tergoda dan akhirnya hanyut dalam lagu-lagu cinta
picisan nan murahan itu. Banyak yang terang-terangan, tapi tidak sedikit pula
yang masih sembunyi-sembunyi karena malu. Bagi yang tidak hanyut dalam genderang
perang lagu-lagu cinta picisan itu akan diolok-olok sebagai orang munafik yang
kolot dan ketinggalan zaman. Astaghfirullah.
Yaitu zaman ketika para wanitanya tak lagi mengindahkan
kesuciannya. Dengan kedok “wanita seksi” dan “wanita modern” mereka jual diri
mereka berikut lekukan-lekukan tubuh yang mereka miliki dengan harga murah dan
obralan.
Mereka menjualnya di jalan-jalan, di kantor-kantor, di
trotoar-trotoar, di hotel-hotel, di stasiun-stasiun, entah stasiun kereta api
atau di stasiun televise dan dimanapun mereka suka. Tidak perlu malu lagi
ataupun sembunyi-sembunyi.
Dengan kedok “seksi” dan “modern” mereka hiasi diri mereka
dengan pensil alis, cat bibir, cat kuku, cat pipi, korset, garis
kehijau-hijauan di atas bulu mata dan garis kebiru-biruan dibawah mata,
wangi-wangian penghilang bau badan, tumit sepatu tinggi, baju yang tidak
sempurna tertutup dan entah apa lagi. Agar apa? Agar para lelaki leluasa
menelanjangi mereka dan mengagumi mereka.
Inilah zaman kera, zaman dimana para wanita mengobral
dirinya yang bersembunyi di balik kata “seksi” dan “modern” mereka berpakaian
namun masih menimbulkan syahwat bagi kaum laki-laki.
Inilah zaman kera, yaitu zaman ketika terbukanya kemungkinan
dengan selebar-lebarnya untuk membangkit-bangkitkan nafsu syahwat melalui
nyanyian-nyanyian cabul yang dimasukkan kedalam gendang telinga semua orang
mulai pagi, siang, sore dan malam.
Yaitu zaman ketika banyak dipertontonkan dengan
terang-terangan cara bercumbu-cumbuan antara lelaki dan perempuan yang
menggambarkan baying-bayang sensual, baik melalui poster, tayangan televise maupun
film bioskop.
Bahkan di dunia maya, adegan-adegan perzinahan telah
dianggap biasa dan dijadikan barang dagangan industry perfilman yang menghasilkan
materi tinggi. Anak-anak kecil, kaum remaja, putra dan putri dibesarkan dan
dibiarkan menelan didikan-didikan semacam itu dengan terang-terangan dan
terus-terusan.
Inilah zaman kera yang serba edan. Inilah kenyataan yang tak
terbantahkan bagi siapa saja yang mau jujur mengeluarkan pengakuannya.
Dan lihatlah pada akhirnya, hasil semua itu sungguh
mencengangkan! Mereka kehilangan rasa malunya. Mereka lebih jalang daripada
binatang. Anak-anak yang bau kencur sudah tahu cara berhubungan badan bahkan
naudzhubillah, ada yang sampai memperkosa temannya sendiri, anak memperkosa dan
membunuh ibunya, astaghfirullah….
Yaitu zaman ketika cara-cara menodong, cara-cara menyamun,
cara-cara menggarong, cara-cara merampok, dan cara-cara membunuh orang pun tak
ketinggalan dipertontonkan setiap hari dan setiap malam melalui berbagai cerita
dan film, sinetron, berita, dan lain sebagainya.
Ternyata hasilnya pun memdai dan sukses luar biasa. Di mana-mana,
terutama di kota-kota besar, banyak terjadi muda-mudi berandalan yang
meniru-niru adegan yang mereka tonton itu guna memenuhi kebutuhan-kebituhan
nafsu fisik-material mereka.
Itulah zaman kera. Zaman dimana nafsu syahwat menguasai diri
danak manusia. Zaman dimana angkara murka merajai dunia. Zaman dimana rasa
cinta kasih diantara manusia telah sirna. Zaman dimana kemanusiaan telah tumpul
setumpul-tumpulnya.
Itulah zaman kera. Zaman dimana perzinaan dianggap hal
biasa, apalagi pacaran. Zaman dimana ketika kita memegang teguh ajaran islam yang
mulia, kita dianggap aneh, asing dan kolot. Zaman dimana ketika kita memegang
ajaran suci Nabi Muhammad, kita seolah memgang bara api di tangan kita.
Zaman edan, yen ora edan ora kaduman. Naudzubillahi min
dzalik
Zaman itu telah menghadang di hadapan kita, siap menerjang
generasi-generasi kita. Oleh karena itu berlindunglah pada Allah agar kita dan
seluruh keturunan kita dihindarkan dari fitnah zaman kera ini.
Ya Rabb, jauhkanlah kami dari fitnah zaman yang rusak ini, selamatkan
kami dari segala marabahaya. Selamatkan kami, anak cucu kami, keturunan kami,
orang-orang yang kami cintai dari segala macam keburukan duni. Tanamkanlah di
hati kami ini cahaya iman dan islam serta mudahkanlah kami untuk menjalankan
perintah-Mu serta menjauhi larangan-Mu. Ya Rabb, hanya pada-Mu lah kami dan
keturunan kami berlindung. Selamatkan dan kabulkanlah doa kami. aamiin