Rabu, 31 Mei 2017

Lelaki di Masjid



Ini kali kedua aku bertemu dengan  lelaki itu, walaupun lima tahun sudah kami tinggal di satu komplek perumahan. Seperti biasa dia duluan yang menyapaku. Masih aku ingat pertama kali kami bertemu adalah saat anak pertamaku berusia satu tahunan. Momennya seusai sholat idul adha. Dan kali ini kami bertemu di masjid yang sama seusai sholat magrib.

Aku bertanya bagaimana kabarnya? Masih kah bekerja di kantor yang sama dan sudahkan dia menikah? Jawabannya masih sama seperti pertama kali bertemu sekitar tiga tahun yang lalu. Aih,,,, menurutku dia bukanlah lelaki yang bisa dipandang sebelah mata. Agamanya oke karena ternyata dia sering berjamaah di masjid, pekerjaaanya pun lumayan, apalagi sering bepergian ke luar negeri. Sikapnya pun santun.

Sempat terbesit untuk mencomblangkan dirinya dengan teman di kantor tapi sekali lagi aku ragu. Aku ragu kalau teman sekantorku sudah punya calon suami atau belum. Tapi kurasa lelaki ini belum menemukan bidadarinya. Semoga Allah memudahkan dirinya bertemu dengan jodoh yang sholehah.

Dulu…. Lima tahun yang lalu aku ingin bertemu dengannya karena ternyata rumahnya di depan komplek perumahanku. Karena kesibukan jadwalnya, aku tidak bisa bertemu dengannya. Dan aku kemudian bertemu suamiku ini. Mungkin saat ini juga dirinya masih disibukkan dengan pekerjaannya sehingga di usia 32 tahun dirinya belum menikah.

Sempat suami bertanya tentang dirinya. Aku katakana kalau lelaki itu kakak kelasku saat kuliah. Angkatan tahun 2002, kelahiran tahun 1984. Dan suamiku  minder karena dia ternyata lebih tua. Haha

Teruntuk Mas Rachmad doaku terbaik untukmu. Semoga dirimu mendapat  jodoh yang  terbaik menurut Allah. aamiin

Selasa, 23 Mei 2017

Saudaraku, kita sedang hidup di zaman Kera, Maka berhati-hatilah




 Dan berlindunglah kepada Allah dari segala fitnah.
Wanita-wanita yang setengah telanjang, menebar pesona dan bergaya, yang kepala mereka seperti onggokan jambul unta. Wanita-wanita tersebut tidak akan masuk surge dan tidak akan menemukan bau surge. Sesungguhnya bau surge itu hanya akan ditemukannya dengan jarak sedemikian hingga sedemikian” (HR Muslim)

Apa itu zaman kera?
Yaitu zaman ketika polusi dan pencemaran terjadi dimana-mana. Tidak hanya polusi udara dan pencemaran lingkungan, tapi yang jauh lebih berbahaya, justru terjadi polusi dan pencemaran akhlak, moral, tatanan masyarakat makin tidak karuan.

Ya, zaman ketika semua serba terkena polusi dan pencemaran. Tanpa kecuali, pikiran dan paradigm piker anak manusia pun sudah terkena polusi dan pencemaran.

Yaitu zaman ketika suara-suara music romantic yang membangkit-bangkitkan dan menggedor-gedor impian nafsu birahi dan syahwat mengalun dimana-mana dengan bebasnya. Berbagai macam jenis alat music, tradisional maupun modern, baik yang terbuat dari kayu, logam maupun sepuhan lainnya, saling berlomba, saling bergenderang, menyuarakan bunyi-bunyian lagu gila yang merangsang.

Seruling, gitar, dan organ listrik, piano elektronik dan lain sebagainya, menyanyikan lagu-lagu cinta picisan penggugah syahwat para kaum lelaki. Jangankan yang tidak beriman, lelaki yang beriman pun pada akhirnya tidak sedikit yang tergoda dan akhirnya hanyut dalam lagu-lagu cinta picisan nan murahan itu. Banyak yang terang-terangan, tapi tidak sedikit pula yang masih sembunyi-sembunyi karena malu. Bagi yang tidak hanyut dalam genderang perang lagu-lagu cinta picisan itu akan diolok-olok sebagai orang munafik yang kolot dan ketinggalan zaman. Astaghfirullah.

Yaitu zaman ketika para wanitanya tak lagi mengindahkan kesuciannya. Dengan kedok “wanita seksi” dan “wanita modern” mereka jual diri mereka berikut lekukan-lekukan tubuh yang mereka miliki dengan harga murah dan obralan.

Mereka menjualnya di jalan-jalan, di kantor-kantor, di trotoar-trotoar, di hotel-hotel, di stasiun-stasiun, entah stasiun kereta api atau di stasiun televise dan dimanapun mereka suka. Tidak perlu malu lagi ataupun sembunyi-sembunyi.

Dengan kedok “seksi” dan “modern” mereka hiasi diri mereka dengan pensil alis, cat bibir, cat kuku, cat pipi, korset, garis kehijau-hijauan di atas bulu mata dan garis kebiru-biruan dibawah mata, wangi-wangian penghilang bau badan, tumit sepatu tinggi, baju yang tidak sempurna tertutup dan entah apa lagi. Agar apa? Agar para lelaki leluasa menelanjangi mereka dan mengagumi mereka.

Inilah zaman kera, zaman dimana para wanita mengobral dirinya yang bersembunyi di balik kata “seksi” dan “modern” mereka berpakaian namun masih menimbulkan syahwat bagi kaum laki-laki.

Inilah zaman kera, yaitu zaman ketika terbukanya kemungkinan dengan selebar-lebarnya untuk membangkit-bangkitkan nafsu syahwat melalui nyanyian-nyanyian cabul yang dimasukkan kedalam gendang telinga semua orang mulai pagi, siang, sore dan malam.

Yaitu zaman ketika banyak dipertontonkan dengan terang-terangan cara bercumbu-cumbuan antara lelaki dan perempuan yang menggambarkan baying-bayang sensual, baik melalui poster, tayangan televise maupun film bioskop.

Bahkan di dunia maya, adegan-adegan perzinahan telah dianggap biasa dan dijadikan barang dagangan industry perfilman yang menghasilkan materi tinggi. Anak-anak kecil, kaum remaja, putra dan putri dibesarkan dan dibiarkan menelan didikan-didikan semacam itu dengan terang-terangan dan terus-terusan.

Inilah zaman kera yang serba edan. Inilah kenyataan yang tak terbantahkan bagi siapa saja yang mau jujur mengeluarkan pengakuannya.

Dan lihatlah pada akhirnya, hasil semua itu sungguh mencengangkan! Mereka kehilangan rasa malunya. Mereka lebih jalang daripada binatang. Anak-anak yang bau kencur sudah tahu cara berhubungan badan bahkan naudzhubillah, ada yang sampai memperkosa temannya sendiri, anak memperkosa dan membunuh ibunya, astaghfirullah….

Yaitu zaman ketika cara-cara menodong, cara-cara menyamun, cara-cara menggarong, cara-cara merampok, dan cara-cara membunuh orang pun tak ketinggalan dipertontonkan setiap hari dan setiap malam melalui berbagai cerita dan film, sinetron, berita, dan lain sebagainya.

Ternyata hasilnya pun memdai dan sukses luar biasa. Di mana-mana, terutama di kota-kota besar, banyak terjadi muda-mudi berandalan yang meniru-niru adegan yang mereka tonton itu guna memenuhi kebutuhan-kebituhan nafsu fisik-material mereka.

Itulah zaman kera. Zaman dimana nafsu syahwat menguasai diri danak manusia. Zaman dimana angkara murka merajai dunia. Zaman dimana rasa cinta kasih diantara manusia telah sirna. Zaman dimana kemanusiaan telah tumpul setumpul-tumpulnya.

Itulah zaman kera. Zaman dimana perzinaan dianggap hal biasa, apalagi pacaran. Zaman dimana ketika kita memegang teguh ajaran islam yang mulia, kita dianggap aneh, asing dan kolot. Zaman dimana ketika kita memegang ajaran suci Nabi Muhammad, kita seolah memgang bara api di tangan kita.

Zaman edan, yen ora edan ora kaduman. Naudzubillahi min dzalik

Zaman itu telah menghadang di hadapan kita, siap menerjang generasi-generasi kita. Oleh karena itu berlindunglah pada Allah agar kita dan seluruh keturunan kita dihindarkan dari fitnah zaman kera ini.

Ya Rabb, jauhkanlah kami dari fitnah zaman yang rusak ini, selamatkan kami dari segala marabahaya. Selamatkan kami, anak cucu kami, keturunan kami, orang-orang yang kami cintai dari segala macam keburukan duni. Tanamkanlah di hati kami ini cahaya iman dan islam serta mudahkanlah kami untuk menjalankan perintah-Mu serta menjauhi larangan-Mu. Ya Rabb, hanya pada-Mu lah kami dan keturunan kami berlindung. Selamatkan dan kabulkanlah doa kami. aamiin

Selasa, 02 Mei 2017

Kepada-Mu kumemohon




Hanya Allah tempat Memohon Pertolongan

Sekeras apapun usaha kita jika Allah tidak menghendaki atau jika Allah tidak menolong kita, semuanya akan sia-sia belaka.

Apakah masih kurang usaha nabi Nuh ketika menyeru kepada anaknya yang bernama Kan’an agar berada di jalan Allah? Namun Allah tidak menghendaki dan tidak memberikan pertolongan-Nya kepada Kan’an, maka Kan’an pun tidak terbuka hatinya. Ia mati dalam keadaan kafir lagi sesat.

Apa yang salah dengan Nabi Ibrahim, apakah beliau kurang keras dalam mendoakan bapaknya Azar agar berasa di jalan Allah? Namun Allah tidak menghendaki dan tidak memberikan pertolongan-Nya kepada Azar, maka Azar pun tidak terbuka hatinya. Ia mati dalam keadaan kafir lagi sesat.

Apakah Nabi Muhammad juga masih kurang keras usahanya ketika meminta pamannya Abu Thalib agar memeluk islam? Tidak. Namun ketika pertolongan Allah tidak datang, Abu Thalib pun juga mati dalam keadaan kafir. Sungguh, semuanya tergantung pada kehendak serta pertolongan Allah SWT.

Sungguh, perlindungan dan pertolongan Allah adalah senjata dan terapi paling ampuh ketika menghadapi segala persoalan dan permasalahan hidup

“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk “ (Al Qashshash 28 : 56)


Yaa Rabb, lindungilah kedua anakku, aku dan suamiku  dari segala bahaya, zina  dan fitnah. Jadikanlah kami pribadi yang selalu mensyukuri nikmat-Mu. Jauhkanlah kami dari segala sifat perbuatan syirik dan riya’. Berilah kami ketaatan yang teguh atas perintah-Mu dan kemudahan untuk menjauhi larangan-Mu. Dan hanya pada-Mu lah kami memohon pertolongan. Kabulkanlah doa kami yaa Rabb….aamiin