Jumat, 30 September 2011

Satu Harapan


Aku masih bisa merasakan hatimu
Namun kau telah memilih jalanmu
Kehendakmu menghilangkanku dari hidupmu
Ini memang berat bagiku
Sementara seluruh harapan hampir tercurah padamu


Aku masih bisa merasakan kecemasanmu
Ketika setiap sikapmu tak lagi bisa diterima dengan akal sehat
Namun bukan hakku untuk menuntunmu kembali
Bukankah kau ingin aku pergi darimu
Dengan langkah berat aku meninggalkanmu


Aku sempat berpikir
Apakah semudah itu kaum adam mencampakkan hawa
Melupakan segala kebaikan dan kesabaran yang pernah ada
Hanya karena fatamorgana yang ada di hadapannya
Itu semua terasa begitu menyesakkan
Aku terhempas di tengah pusaran kisah ini
Kisah yang hampir saja membuatku bahagia
Namun kenyataannya mesti berakhir dengan airmata



Aku tak tahu apa yang tengah menjadi rencana-Nya
Aku hanya berpikir segalanya ini pasti indah
Allah tidak akan mengabaikan orang-orang yang mencintai-Nya
Insya Allah, akan ada setitik harapan yang mampu kulihat
Yang kusambut dengan keihlasan serta kesabaran



Sebenarnya aku ingin sekali bertemu denganmu
Namun kurasa percuma kulakukan saat ini
Hatimu sudah sangat tertutup untukku
Di mimpimu sudah tidak ada diriku



Kini …
Aku harus melawan setiap tetes airmata dengan ketangguhan
Aku harus melawan kepedihan dengan kesabaran
Aku harus melawan rasa sakit dengan keihlasan



Kekuatan ini hanya dari-Nya
Sakit yang telah kau tancapkan tentu bisa disembuhkan-Nya
Dalam hidupku hanya berharap ridha-Nya
Karena tanpa itu, aku tidak akan berarti apa-apa
Setiap nafas dan denyut jantung akan menjadi saksi kebesaran-Nya
Hanya pada-Nya aku berlindung



Terserah apa yang kini kau lakukan
Aku hanya berusaha menghapus kerinduan akan kehadiranmu
Aku hanya berusaha menghapus pengharapan kau kembali
Semoga ini adalah jawaban atas doaku selama ini



Insya Allah ini adalah yang terbaik
Bukankah segalanya telah dikembalikan pada-Nya
Mungkin aku harus kembali berpikir
Jika tak kulepaskan dirimu
Mungkin ia takkan pernah ada
Walau masih jauh, aku selalu berdoa semoga rahmat-Nya menyertai jalanku
Semoga ridha-Nya mampu membuatku tersenyum bahagia
Semoga rahmat-Nya mampu menghapuskan kesedihanku
Amin Yaa rabbal Alamin


Barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka. Dan mereka tidak pula bersedih hati (QS Al Baqarah : 112)

Selasa, 27 September 2011

Setitik Cahaya




Ya Allah, apa yang kini Kau kehendaki untuk terjadi?
Hati ini masih terlalu rapuh.
Meski rasa sakit itu perlahan menghilang, namun aku masih terlalu takut.


Kini …
Tiba-tiba saja ia datang, menampakkan sempurnanya kehidupan.
Mungkinkah hatinya mampu mencintaiku.
Sementara telah lama aku melupakannya.
Dan aku masih belum mengerti apa yang seharusnya terjadi.


Hati ini merasa tenang, walaupun ketakutan akan luka itu masih ada.
Ya Allah, apa yang semestinya aku lakukan.
Beri petunjukMu dalam setiap langkahku.
Aku ingin semua ini berjalan atas rahmat dan ridhoMu.
Jika ini memang kehendakMu maka mudahkanlah.
Namun jika ini hanya ujian dariMu maka jauhkanlah.
Sungguh diri ini masih terlalu lemah menyaksikan apa yang tengah terjadi.


Bukanlah kesempurnaan yang selama ini kucari.
Melainkan keikhlasan kasih dan cinta yang tulus di jalanMu.
Aku yakin atas janjiMu
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik.
Wanita yang buruk untuk lelaki yang buruk.
Hanya Allah yang tahu apa yang ada di hati tiap insan.


Ya Allah, aku ingin melihat semua tersenyum bahagia.
Aku ingin menatap kebahagiaan kedua orangtuaku.


Kehadirannya kini …
Meskipun terlihat masih jauh.
Aku berharap ini jalan terbaik Allah untukku.


Ya Allah, apa yang kini Kau kehendaki untuk terjadi?
Hati ini masih terlalu rapuh.
Berikanlah petunjukMu
Tunjukkanlah kuasaMu


Wahai Dzat yang mengikat tiap hati
Dzat pemilik segala hati.
Jika ini memang jalan untukku, jangan biarkan aku menunggu.
Illahi syafarat yadayya fatrubhuma.


Ya Allah, hanya padaMu aku berlindung.
Hanya padaMu aku memohon pertolongan.
Jangan biarkan diri ini jauh dariMu.
Jangan biarkan hati ini mengingkariMu.


Ya Allah, hanya padaMu aku berharap
Kabulkanlah permohonanku.
Amin Yaa Rabbal Alamin.


Jakarta, 24 September 2011

Ibu, aku ingin menangis di pangkuanmu





Sewaktu aku kecil, aku selalu mencari ibu kala teman-teman menyakitiku dan ibu berkata’ “ Sudahlah Nak, tidak mengapa. Besok kamu dan dia akan berteman lagi.”


Sewaktu aku remaja, aku selalu mencari ibu kala teman-temanku mengejek, “Wajahmu jelek dan kamu tidak punya apa-apa”. Ibu berkata, “Sudahlah Nak, tidak mengapa. Kamu adalah gadis tercantik di mata ibu karena kamu gadis yang terbaik”


Sewaktu aku beranjak dewasa, aku selalu mencari ibu kala tugas akhir tak selesai-selesai dan ibu berkata, “Sudahlah Nak. Kerjakan dengan sungguh-sungguh. Ibu akan turut mendoakan. Semoga hasilnya baik ya.”


Sewaktu aku dewasa, aku selalu mencari ibu kala jodoh tak kunjung datang dan ibu berkata, “Sabarlah Nak, Allah sedang memilihkan jodoh yang terbaik untukmu. Ibu akan mendoakan agar jodohmu segera datang, ya.”


Sewaktu aku telah menikah, aku selalu mencari ibu kala buah hati tak kunjung datang, ibu selalu membesarkan hatiku dan selalu berkata, “Sabarlah Na, Allah Maha Tahu kapan waktu yang tepat memberimu anak. Berdoalah dan berusahalah. Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Ibu akan turut mendoakan engkau segera mengandung ya.”


Bu, doa ibu semuanya terkabul. Aku tumbuh jadi seorang wanita, seorang istri dan jadi seorang ibu.
Bu, di kala jauh darimu, aku baru benar-benar merasa betapa berat dan mulianya tugas seorang ibu.


Bu, tak jarang aku ingin berlari dan memelukmu kala begitu banyak persoalan hidup menghimpitku.
Bu, aku ingin menangis di pangkuanmu.


Bu, aku rindu ibu.
Masa-masa bersama tinggallah kenangan. Dan semua ituselalu hidup menyemangatiku.


Bu, aku ingin seperti dirimu yang selalu hadir untuk anak-anakmu. Merasakan suka dan duka bersama. Mencerna kesedihan yang selalu segera menjadi kebahagiaan.


Bu, engkaulah yang mengenalkanku akan Allah, Muhammad dan kehidupan. Engkaulah yang mengajarkan padaku untuk selalu berharap kepada Allah karena Allah-lah yang mengabulkan doa. Telah kuukir tegas di dalam jejak masaku bahwa engkaulah yang terindah


Doakan aku agar jadi yang terindah untuk anak-anakku.




Dikutip dari : “Kekuatan Doa Ibu” oleh Ummi Maya


Rabu, 21 September 2011

Doaku Untukmu Sayang


Masih terasa airmata ini. Masih terasa perih ini….


Aku tak pernah membayangkan sebelumnya hingga dirimu pergi. Jujur, aku masih merasakan tatapan teduhmu. Masih ada bayanganmu di tiap sudut rumah. Segala mimpi yang kita bangun tiba-tiba lenyap. Kesetiaan dan kemanjaan juga tak lagi ada. Awalnya kupikir karena kehadiran wanita itu yang membuyarkan kasihmu padaku. Namun ternyata kau juga menyingkirkanku dari hidupmu. Aku masih ingin berjalan di sampingmu. Aku masih ingin menatap teduhnya matamu.


Di mana harapan yang dulu sempat tumbuh di hatiku. Di mana mimpi yang dulu membuat hariku riang. Di mana cinta yang dulu kerap menemani malamku. Mengapa bisa semudah ini menghilang. Mengapa bisa semudah ini melukai. Mengapa bisa semudah ini aku sakit.


Aku ingin mendengar cerita darimu. Aku ingin mendengar suaramu. Aku inginkanmu….


Kali ini aku menatap bayanganku. Terlalu sempurna segala yang berjalan di kehidupanku. Seharusnya akan sangat sempurna dengan kehadiranmu. Selama bertahun aku menunggumu. Dan kini harus lepas begitu saja.


Air wudhu ini bercampur dengan airmata. Kucoba tenangkan hatiku dalam keheningan malam. Sudah satu bulan lebih aku menunaikan ibadah yang paling aku takuti, sholat istikharah.


Dari Jabir ra, berkata : Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita cara melakukan sholat istikharah-yakni mohon pilihan kepada Allah, mana yang terbaik antara dua perkara atau beberapa perkara dalam segala macam urusan, sebagaimana beliau SAW mengajarkan surat dari Al Qur’an. Beliau SAW bersabda :

“Jikalau seseorang dari engkau berkehendak terhadap suatu perkara, maka hendaklah bersembahyang dua rokaat yang tidak termasuk sholat fardhu, kemudian ucapkanlah yang artinya :

Ya Allah, saya mohon pilihan kepadaMu dengan IlmuMu dan saya mohon ditakdirkan untuk mendapatkan yang terbaik antara dua atau beberapa perkara-dengan kekuasaanMu, juga saya mohon kepadaMu dan keutamaanMu yang agung, karena sesungguhnya Engkau adalah Maha Kuasa sedang saya tidak kuasa apa-apa, juga Engkau adalah Maha Mengetahui sedang saya tidak mengetahui dan Engkau adalah Maha Mengetahui segala sesuatu yang ghaib.

Ya Allah, jikalau Engkau mengetahui bahwa perkara ini memang baik untuk agamaku, kehidupanku, baik untuk urusanku sekarang dan urusanku di kemudian hari, maka takdirkanlah itu untukku dan permudahkanlah mendapatkannya, selanjutnya berilah keberkahan padaku dalam urusan itu.

Tetapi jikalau Engkau mengetahui bahwa perkara ini adalah buruk untuk agamaku, kehidupanku, baik untuk urusanku sekarang dan urusanku di kemudian hari, maka belokkanlah itu dari diriku dan belokkanlah aku daripadanya, lalu takdirkanlah mana-mana yang baik untukku di mana saja adanya kebaikan itu dan seterusnya berikanlah keridhaan padaku dengan melakukan yang baik tadi.


Beliau, Muhammad SAW bersabda : Dan orang yang melakukan istikharah itu supaya menyebutkan apa yang menjadi hajat keperluannya “ (Riwayat Bukhari)


Masih juga belum bisa kumengerti bagaimana dan apa yang mestinya aku lakukan. Aku jelas merasa kecewa saat harus kehilanganmu. Namun mungkin adalah jawaban atas istiqomah istikharahku selama ini.


You’ll get your way and I’ll get my way …

Sungguh sulit mengikhlaskan dirimu pergi. Apalagi saat melihat ada wanita lain bersamamu. Namun hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita. Kau punya jalan kehidupan sendiri dan akupun mesti tegar di jalanku sendiri.


Rasa ini takkan mungkin hilang begitu saja. Apalagi dalam kehidupanku yang selama ini selalu ada dirimu, tiba-tiba kembali sunyi lagi. Terasa begitu nyata sepi dan sunyi dalam kehidupanku. Sesungguhnya aku sangat mengharapkan kehangatan sebuah keluarga dengan kecerdasan putra- putriku. Sesungguhnya aku berharap bisa memanjakan suamiku. Namun sampai saat ini masih juga terasa sunyi.


Kuhirup napas dalam. Aku yakin ini adalah jalan yang terbaik dari Allah. Saat ini pun kau telah jauh dariku. Saat ini pun hatimu tak pedulikanku. Saat ini kau telah berhasil melukai hatiku. Saat ini kau luluhkan segala pertahanan kasihku. Saat ini juga kulepaskan dirimu. Di dalam keheningan malam, di dalam kesunyian hati dan di dalam kerapuhan diri. Semoga Allah memberi pengganti yang terbaik, untukku dan untukmu.


Kuhapus seluruh message yang kau kirimkan di HP-ku. Kenangan saat pertemuan kita kembali, saat kau puji diriku, saat kau manjakan aku, saat kau ingin menemuiku. Rasanya hati ini belum bisa percaya bahwa kau mampu lupakan aku begitu saja. Kuhapus nomor kontakmu. Berharap aku benar-benar bisa melupakanmu. Andai saja bisa kukatakan bahwa aku masih sayang.


Seharusnya kau tak pernah ada
Atau aku yang tak pernah ada
Seharusnya kau tak pernah datang
Atau aku yang tak pernah datang
Seharusnya tak pernah ada kisah diantara kita
Atau seharusnya kita tak perlu bertemu
Seharusnya aku melupakanmu
Karena kau telah membuangku
Seharusnya aku sadari bahwa
Rasa cintaku pada sang Rabb
Melebihi cintaku padamu


Aku memang tak seperti wanita itu, yang kerap bisa menemanimu. Padahal dia belum muhrimmu. Aku selalu menjaga izzahku, karena aku lebih mencintai Allah. Aku percaya Allah terus menjagaku. Aku tak bisa memegang tanganmu, memelukmu, atau menemuimu. Aku tak mampu menyakiti-Nya. Sesungguhnya apa yang aku lakukan selama ini, karena aku juga ingin menjagamu dari segal zina dan fitnah. Namun jika kau luput dari itu semua, kuserahkan pada-Nya. Karena Allah pastinya punya rahasia di balik itu semua. Wallahu a’lam bis shawab.


Dan hanya pada-Nyalah segalanya ini dikembalikan …


Jakarta, September 2011

Rabu, 14 September 2011

SAAT INI


Tiba-tiba saja aku sadar, telah banyak hal yang berubah. Sementara aku masih dalam kondisi yang sama. Adakah hal yang salah di sini? Aku yang masih egois dengan diiriku ataukah waktu yang tak mampu mengubahku. Aku juga ingin seperti mereka. tertawa lepas mengikuti arus kehidupan ini. Bukan mencoba bertahan dari derasnya arus. Selain menyakiti, itu takkan membawa perubahan bagiku.


Keangkuhan ini, terlalu membelengguku. Rasa sakit yang masih terasa dalam hati, berharap suatu nanti akan berakhir. Aku juga ingin bahagia, aku ingin tersenyum. Bukan menghiasi tiap malam dengan tangis. Aku terlalu lelah. Meskipun terlalu banyak kekurangan diri namun masih juga aku hanya terdiam.


Kejadian demi kejadian seperti de javu bagiku. Rasa sakit itu, rasa perih itu. Rasanya tak sanggup untuk menghadapinya. Aku ingin sekali menyerah. Aku ingin sekali mengaku kalah. Namun aku tak tahu apa yang harus kulakukan.


Kini kesunyian itu kembali mempermainkanku. Tertawa lepas menatapku yang tentunya masih terdiam. Lalu, apa yang seharusnya terjadi.


Dihempas gelombang
Dilemparkan angin
Terkisah ku bersedih ku bahagia

Di indah dunia
Yang berakhir sunyi
Langkah kaki di dalam rencana-Nya

Semua berjalan dalam kehendak-Nya
Nafas hidup cinta dan segalanya

Dan tertakdir menjalani
segala kehendak-Mu ya Rabbi
Kuberserah kuberpasrah
Hanya pada-Mu ya Rabbi

Dan tertakdir menjalani
segala kehendak-Mu ya Rabbi
Kuberserah kuberpasrah
Hanya pada-Mu ya Rabbi

Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah
Bila mungkin tawa coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti

Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkinkah hati merindukan Dia
Karena hanya dengan-Nya hati tenang
Damai jiwa dan raga

Lagu “takdir” yang dibawakan Opick dan Melly membuatku tertegun sejenak. Puzzle apa yang hilang dalam kehidupanku. Rasanya waktu berjalan meninggalkanku. Aku bingung dan tak mampu berucap apapun.


Sungguh aku tak sanggup menghadapi semua ini. Rasanya otakku beku, aliran darahku terhenti, jantungku berdenyut lamban. Semua anggota tubuhku bahkan tak mampu menunjukkan kehidupanku. Rasanya tak ada yang bersahabat denganku saat ini. Bahkan jiwaku pun meninggalkan ragaku. Semua kosong, semua hampa.


Inikah cobaan yang mesti aku hadapi. Namun tak biasanya aku menyerah begitu saja. Kali ini aku benar-benar tak tahu apa yang mesti kuucapkan atau yang mesti kulakukan. Semua berjalan begitu saja, aku hanya menatap kejadian demi kejadian bergulir di hadapanku. Perih ini, airmata ini, takkan ada yang melihatnya. Sedih ini, duka ini, seolah membayangiku.


Cahaya mentari pagi masih meneduhkan. Namun aku tidak bisa merasakan nikmat yang luar biasa itu. Hatiku telah tertutup kabut gelap.Ya Rabb, tunjukkan kuasa-Mu. Sesungguhnya Hamba lemah tanpa-Mu.


Cobaan seorang hamba akan terus mengalir deras, hingga ia dibiarkan berjalan di atas bumi dan tanpa kesalahan sedikitpun pada dirinya (HR Tirmidzi)

Rabu, 07 September 2011

Abiku Jago Masak Loh….


Siapa yang mengubah hatiku…
Siapa yang membuat kita satu…

Lagu “Pendekar Rajawali” berdering keras dari HP suamiku.


“Mas Setya … HP-nya bunyi tuh” ucapku seraya memberi HP yang bordering tadi ke suamiku.
Suamiku masih asyik menjemur pakaian.
“Sudah biar Adek yang jemurin”
“Engga usah” suamiku mengambil HP dari tanganku dan memberi isyarat bahwa aku tak boleh melanjutkan pekerjaannya menjemur pakaian.
Semenjak suamiku tahu aku hamil, dia melarang aku bekerja terlalu keras. Dari tadi usai sholat subuh, dia sudah sibuk mencuci pakaian. Sementara aku disuruhnya pergi belanja di gang sebelah rumah.


“Urusan kerjaan ya Mas?” tanyaku
Mas Setya memberikan HP-nya lagi padaku, “Hehe…iya, sibuk banget aku Dek minggu ini”
“Mana pernah Mas Setya tidak sibuk. Hari libur pun masih bantu Adek pekerjaan rumah”
“Kan Dek Elis enggak boleh capek. Kasihan Dedeknya”
Aku tersenyum pada suamiku, “Mbok ya dering HP-nya diganti”
“Aku suka lagu itu Dek. Loh bukannya Adek juga sering nyanyi lagu itu ya…”
“Iya sih Mas. Tapi itu bukan buat dering telepon.”
“Kan bagus Dek lagunya”
“Nih Dedeknya ngga suka Mas”
Mas Setya mencubit manja pipiku yang mulai menggembul, “Dedeknya apa Ibunya?”
“Hehe…”
“Oh ya sayurnya dipotong ya Dek, entar aku yang masak”
“Lah, kok malah Mas Setya yang masak sih”
“Dulu waktu di kontrakan kan aku yang masak.”
“Iya sih, tapi kan sekarang Mas Setya sudah punya isteri”
“Biar Adek nggak capek, kan kata dokter mesti jaga kesehatan”
“Wah kalau begini entar aku jadi manja dong”
“Engga apa-apa Adekku sayang”
Mas Setya kembali menjemur pakaian. Tampak kaos bagian belakang basah keringat.


Tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Setya Hamdani, lelaki yang berusia dua tahun diatasku. Cowok ganteng yang dari dulu kukagumi walaupun saat itu dia sudah tunangan. Dari sinilah aku percaya bahwa jodoh itu hak prerogative Allah.


Sebelum Mas Setya sempat ada lelaki yang sudah sangat dekat dengan kehidupanku. Lelaki itu sangat dekat denganku, namanya Ihsan Akbar Pratama. Cerita cinta antara aku dan Ihsan cukup panjang. Sejak SMA aku telah jatuh hati pada seorang Ihsan. Walaupun pada akhirnya kami satu kampus, karena berbeda jurusan membuat frekuensi aku dan Ihsan bertemu relative jarang. Bahkan bisa dibilang tidak pernah. Sampai akhirnya ketika dia bekerja di Tangerang, dan dia menemuiku di kosku di Jakarta Utara.


Terlalu sulit melupakan Mas Ihsan yang pada sudah berkenalan dengan kedua orangtuaku serta rekan kerjaku. Bagaimana tidak, aku yang sudah terlalu lama suka pada Mas Ihsan. Dan saat Mas Ihsan tidak mau membalas sms atau telponku itu cukup membuatku terluka. Biasanya Mas Ihsan selalu menghujaniku dengan sms, tiba-tiba saja dia menghilang. Bisa dibayangkan bagaimana perasaanku, sangat terluka.


Kabar terakhir yang kudengar dari rekan kerjanya bahwa dia pindah kerja. Yang menyakitkan lagi dia jadian dengan rekan kerjanya. Bagaimana tidak, baru sebulan dia menjauh dariku, tiba-tiba saja semua ini terjadi. Jujur, aku merasa sangat syok. Aku diduakan dan diabaikan begitu saja, sangat menyakitkan bagiku yang selama ini belum pernah menjalin kasih dengan pria manapun. Kedua orangtuakupun sempat marah dan menenangkan tangisku. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mas Ihsan tidak pernah mengangkat telpon dariku dan tak mau membalas sms-ku. Terasa benar-benar menyakitkan.


Memang aku sempat sholat istikharah, padahal sebelumnya itu adalah ibadah yang paling aku takutkan. Usai sholat, aku bermimpi melihat Mas Ihsan yang hanya diam melihatku. Lalu tiba-tiba muncul paras Mas Setya, dengan sikapnya yang tidak pernah serius mengatakan sesuatu yang mengejutkanku. Sekejap semua berganti aku membaca Al Qur’an awalan juz 9. Aku membacanya cukup lama sampai akhirnya terbangun oleh adzan subuh. Usai sholat subuh, aku meneruskan bacaan Al Qur’an, aku terkejut melihat bahwa aku masih belum samapi juz 9 melainkan masih juz 7. Kubuka juz 9 disitu tertulis surat Al A’raf, tempat tertinggi. Dan aku tak tahu apa arti mimpiku itu.


Setya Hamdani, butuh waktu panjang untuk meyakinkan hatiku. Selama ini memang kami dekat secara fisik, namun tidak secara hati. Hal yang mengejutkanku adalah berita putusnya dia dengan tunangannya serta kepindahan keluarganya di Surabaya. Aku benar-benar tidak tahu apakah mungkin Mas Setya adalah jawaban atas istikharahku. Yang jelas sikapnya yang easy going membuatku bertanya-tanya “apakah mungkin?”


“Hayo…Adek melamun lagi?” goda Mas Setya.
“Iya, aku masih gak percaya Mas”
Mas Setya mengernyitkan dahi, “Nggak percaya apa Dek?”
“Enggak percaya kalau Mas Setya bisa jadi suamiku”
“Lah…pasti masih ingat mantanmu ya…”
Aku tersipu, “Aku sudah berusaha untuk melupakan Mas Ihsan”
“Jangan berusaha dilupakan, nanti malah enggak bisa lupa”
“Iya sih Mas…”
“Tapi apa istimewanya dia ya disbanding aku. Kan kata Adek aku lebih ganteng”
“Hmmm…mungkin karena dia terlalu lama hadir dalam kehidupanku. Ceritanya cukup panjang”
Mas Setya terlihat sok berpikir serius, “Aku dan tunanganku dulu juga ceritanya panjang”
“Mas…maafin aku ya…”
Mas Setya menggeleng.
“Lah…piye?”
“Engga mau maafin Adek kalau susu buat Dedeknya belum diminum”
“Iya deh…tapi dimaafin kan Mas”
“Bentar-bentar, mantanmu itu sekarang domisili di mana?”
“Jauh kok, tenang saja Mas…”
“Ya jelas tenang Dek, kan aku lebih ganteng daripada dia”
Aku pura-pura cemberut.


Mungkin jalan itu cukup berliku. Hubunganku dengan Mas Ihsan yang sudah lebih dari lima bulan tiba-tiba kandas. Sebenarnya hatiku masih merasa tidak enak, mengingat bagaimana dia menduakanku. Bagaimana dia mengecewakan kedua orangtuaku. Namun bukankah aku dan Mas Ihsan sudah saling memaafkan, seharusnya aku sudah melupakan semua itu. Entah apakah dia masih pacaran dengan wanita itu. Wanita yang kemudian ditinggal pindah kerja, aku tak pernah tahu. Memang awalnya susah untuk melupakannya, tanganku masih juga iseng mengiriminya sms. Hampir tiga bulan aku masih dalam kondisi yang sama, stress. Bersyukur karena ada seseorang yang selalu mengingatkan betapa berharganya aku. Dia selalu mengatakan aku wanita yang mandiri dengan ilmu agama yang mumpuni sebaiknya tidak berputus asa hanya karena seseorang yang tidak berani untuk berada di sampingku.


“Hmmm….aku cemburu loh Dek” goda Mas Setya.
“Emang kenapa mesti cemburu, kan Mas Setya ganteng”
Mas Setya memasang celemek di bajunya, “Dan aku cheff yang handal”
“Yup, you’re right”
“Jangan buat aku cemburu lagi ya Dek”
Aku tersenyum pada suamiku.

===
Jakarta, 5 September 2011

Sang Akhwat



Walau aku senyum bukan berarti
Aku selalu bahagia dalam hari
Ada yang tak ada di hati ini
Di jiwa ini hampa
Ku bertemu sang adam di simpang hidupku
Mungkin akan ada cerita cinta
Namun ada saja cobaan hidup
Seakan aku hina
Tuhan berikanlah aku cinta
Untuk temaniku dalam sepi
Tangkap aku dalam terang-Mu
Biarkanlah aku punya cinta
Tuhan berikanlah aku cinta
Aku juga berhak bahagia
Berikan restu dan halal-Mu
Tuhan beri aku cinta

Lirik lagu Ayushita, lagu Tuhan berikan aku cinta, OST ketika cinta bertasbih seolah berkumandang di telingaku.

Suara Ustadz Hasan terdengar begitu keras di ruangan pertemuan. Kulihat Ahmad sibuk memperhatikan penjelasan Ustadz Hasan tentang Manajemen Pribadi Islami. Salah satu cara untuk memanajemen diri kita adalah dengan melakukan rukun islam yang kedua yaitu sholat.

”Shalat sebagai bagian dari rukun Islam, sesungguhnya, bukan sekedar urusan pribadi seorang hamba dengan Tuhan, tetapi lebih merupakan ajaran bagaimana seseorang harus menjalani kehidupannya. Sedemikian, sehingga shalat bukan sekedar ibadah ritual yang diwajibkan melainkan tata cara dan perilaku hidup yang dibutuhkan” terang Ustadz Hasan.

Aku hampir tak habis pikir. Perkenalanku dengan sosok Ahmad adalah hal yang paling aku ingat. Karena saat itu aku sangat membenci sikapnya. Dia pribadi yang cuek dan sombong. Bagaimana aku merasa kesal ketika temanku mencomblangkan aku dengan Ahmad. Sosok dengan pribadi menyebalkan seperti itu mana bisa cocok denganku.

“Assalamu’alaykum Ustadz, saya mau bertanya. Jika sholat mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar lalu mengapa masih banyak orang yang melakukan sholat sekaligus melakukan tindakan-tindakan tercela?” Tanya Ahmad.
“Wa’alaykumsalam…Tidak hanya ketika mengerjakan shalat secara formal, yaitu melakukan ibadah yang diawali takbir dan diakhiri salam. Karena itulah, dalam perintah shalat Allah tidak menyatakan dengan lafat if`al al-shalat (kerjakan shalat), tetapi aqim al-shalat (tegakkan shalat). Lafat if`al cenderung hanya penegakan perintah pada kondisi tertentu dan formal sedang aqim mengandung tuntutan untuk dihayati dan diterapkan dalam seluruh tata kehidupan. Maksudnya, diluar pelaksanaan shalat yang formal, batin seseorang mesti juga tetap dalam kondisi shalat, merasa berhadapan dan diperhatikan Tuhan, sehingga tidak mungkin baginya untuk melakukan kejahatan, korupsi, kolusi, penipuan atau yang lain. Inilah makna firman Tuhan bahwa shalat akan mencegah manusia dari perbuatan jahat dan keji. Innasholata tanha anil fahsya’I wal munkar….” Jawab Ustadz Hasan.
“Jadi, mesti tertanam dalam hati kita bahwa Allah selalu bersama kita dan mengawasi segala hal yang kita lakukan?” Tanya Ahmad.
“Na’am (benar)….” Jawab Ustadz Hasan.
Ahmad tampak antusias dengan kajian ini. Entah mengapa ada kekhawatiran di hatiku. Aku benar-benar takut terluka.

Apa yang mestinya aku lakukan? Seolah waktu memaksaku terus berputar dalam simfoni kehidupan. Kembali aku sibuk dengan duniaku sendiri. Dunia yang tak tersentuh oleh siapapun. Dunia yang dianggap aneh oleh banyak orang. Dunia yang bisa membuatku tersenyum dan tertawa bahagia. Di dunia yang terbebas dari sedih serta airmata.
Terlalu benar jika saat ini aku lebih sering berada di duniaku ini, dunia yang tercipta karena aku menginginkannya. Dunia di mana segala mimpi dan harapan bisa terlihat nyata. Dan seharusnya tak ada yang bisa memasuki duniaku ini. Namun kehadiran Ahmad seakan membuatku lupa akan dunia yang seharusnya hanya ada diriku.

“Ren, hape kamu dering tuh…sms mungkin” kata Niswa membuyarkan lamunanku.
Kubaca message dari ponselku.
“Kenapa Ren?” Tanya Niswa dengan suara pelan melihat parasku pucat.
“Sms dari Mas Doni”
“Lelaki yang dari Surabaya itu?”
“Dan tinggal di Surabaya”
“Belum dikasih jawaban?”
“Belum….hehe”
“Wah kebangetan Ren…”
“Hehe…”
“Tanya apa dirinya?”
“Biasa…tanya kabar Jakarta. Apalagi jalan Martadinata habis rusak. Dia kan tahu aku sering pulang pergi Jakarta Utara Bekasi”
“Oh….terus?”
“Ya dah aku bales aja. I’m fine. How about you? Hehe..”
“Jangan memberi harapan kalau tidak mau”
“Ya….aku juga maunya seperti itu sih, tapi belum pas aja waktunya”
“Ya sudah….”
“Nis….menurut kamu Ahmad seperti apa?”
“Baik sih orangnya, tapi enggak tahu lagi. Kan kita jarang komunikasi sama dia”
“Haha….iya…”
“Kamu suka ya sama Ahmad?”
“Justru kebalikannya Nis”
“Masa’ kamu enggak lihat betapa antusiasnya dia mengikuti kajian tadi siang?”
“Lihat, memangnya kenapa? Toh bukan Cuma dia yang aktif bertanya”
“Enggak usah bohong Reni…”
“Memangnya kelihatan ya kalau aku mulai kagum sama dia?”
Niswa menatap sahabatnya, “Iya”
===

“Ya Rabb, jika memang Mas Ahmad bukan jodohku maka berikanlah petunjuk-Mu” doaku dalam hati

Saat ini memang aku sedang dalam masa pertimbangan akan lamaran Doni, anak kedua dari tiga bersaudara. Doni tinggal di Surabaya, kota di mana aku berasal. Sebenarnya sama sekali aku tak ada hati untuknya. Namun mengingat pengorbanan dia untuk menemuiku saat camp pra-magang membuatku sedikit ragu untuk menolaknya.

Doni memang bisa dibilang tampan. Warna kulitnya putih dan dia adalah anak orang kaya di kampungku. Bapaknya merupakan salah satu dari pengurus utama Masjid Bustanul Huda, masjid terbesar di kampungku. Tentu saja akan menjadi pertimbangan yang sangat berat untuk bisa menolaknya. Namun hatiku sama sekali tidak ada perasaan pada lelaki yang berbeda usia dua tahun dariku. Mungkin karena sikapnya yang menurutku masih belum dewasa.

“Reni…” panggil Niswa membubarkan lamunanku.
“Kenapa Nis, sepertinya ada masalah yang serius?” tanyaku
“Udah denger gossip tentang Ahmad?”
“Gosip apa?”
“Dia sedang proses ta’aruf”
“Alhamdulillah”
“Lah..???”
“Berarti doaku sudah terjawab. Mas Ahmad bukan untuk Reni”
“Kan ta’aruf itu masih sekedar kenalan, belum tentu mereka jadi menikah”
“Ya semoga mereka mendapat kecocokan dan segera menikah”
“Payah kamu Ren, gak ada perjuangannya”
“Hehe..”
===

Selama ini memang aku tidak pernah memiliki pacar. Aku hanya ingin suamiku adalah lelaki yang kucintai selain Nabi Muhammad. Tentu saja bukannya aku sok suci, aku juga belum pantas disebut akhwat. Sebenarnya aku sedang mencari sosok imam dalam hidupku, namun aku masih takut menjalani proses ta’aruf.

Ya Rabb, selalu tunjukkan langkah untukku
Agar aku tak pernah beralih dari jalan-Mu
Aku hanya ingin bahagia atas cinta dan ridho-Mu

Ya Rabb, kirimkan imam terbaik untukku
Sosok yang sangat mencintai-Mu
Suami terbaik untukku
Ayah terbaik untuk anak-anakku

Ya Rabb, berikanlah yang terbaik untukku
Amin ….


Dan minta pertolonganlah pada Allah dalam sabar dan solat. Sesungguhnya hal itu sulit kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Al Baqarah : 45)
===

Tangerang, Agustus 2011

Surat untuk Mas Agung


Assalamu’alaikum wr. Wb


Semoga Mas Agung selalu dirahmati Allah. Saat ini mungkin Mas Agung sudah merasa nyaman berada di kota Bandung. Meski ada sedikit penyesuaian di tempat kerja yang baru. Karena setahuku ada masa magang di sana. Mungkin Mas harus memulai karir kembali dari titik awal. Semoga diberi Allah kelancaran dan kelapangan dalam pekerjaan.


Sungguh merupakan kabar mengejutkan bagiku. Otakku masih belum bisa menerima kenyataan yang ada. Walaupun dari awal aku dekat dengan Mas sudah ada pikiran. Bagaimana jika suatu nanti Mas pergi dariku? Padahal selama ini tak ada satu haripun kulewatkan tanpa kehadiranmu.


Awal Februari, aku menemukanmu. Dan kedekatan kita mulai terasa akhir Maret. Aku masih ingat jelas saat itu aku sedang training manajemen proyek dan saat itu segala pekerjaan proyekku selesai. Lebih dari 6 bulan aku menangani proyek di Muara Tawar dan saatnya kini posisiku tergantikan oleh rendal baru dari Muara Karang. Sebenarnya aku masih suka bekerja di Muara Tawar, suasana pedesaan yang sangat kentara menyejukkan pikiranku. Namun entah mengapa aku dipindahkan ke Muara Karang di Jakarta yang terasa panasnya.


Dan semua terasa indah ketika memasuki bulan April. Setiap kali aku menantikan sapaan sms darimu. Sekitar pukul 20.00-21.00 WIB Mas selalu mengirimkan sms untukku. Walaupun hanya bercerita tentang aktivitas seharian namun rasanya aku sangat bahagia. Hatiku terasa tenang saat Mas hadir dalam kehidupanku. Apalagi aku tahu kalau Mas tinggal dan bekerja di Tangerang. Entah mengapa aku jatuh cinta pada kota yang masih terlalu sepi itu. Bahkan aku juga berencana akan tinggal di sana.


Memasuki bulan Mei, aku bahkan membuka hatiku untuk kehadiranmu. Aku selalu berdoa pada Allah agar melindungimu. Mas juga menemuiku di tempat kos Jakarta Utara. Tatapan yang selama ini kurindukan kini mampu kulihat kembali. Mungkin terlihat cukup konyol karena sebenarnya aku suka Mas sejak masih duduk di bangku SMA.


Hubungan ini mulai terasa kental saat Mas bersedia datang di syukuran rumah Cipondhoh. Mas berbincang dengan kedua orangtuaku. Kuyakinkan dalam hatiku memang Mas tercipta untukku. Dan semua memuncak ketika kita mengahadiri resepsi pernikahan putri rekan kerjaku dan saat melewati keindahan kali Cisadane. Sampai saat ini aku masih belum melihat hasil foto kita berdua dengan background kali Cisadane itu.


Entah apa yang telah Allah tulis untukku. Hampir tiap sujud aku menangis. Sebulan setelah Mas menemaniku, tiba-tiba Mas menghilang. Tidak pernah mengangkat telponku bahkan tidak membalas smsku. Walaupun aku masih positive thinking, Mas Agung sibuk. Bukankah dari dulu Mas Agung sering lembur.


Aku masih tak mengerti apa yang Mas pikirkan. Mungkin bermaksud untuk tidak menyakiti hatiku. Kenyataannya Mas malah mengoyak seluruh jiwaku. Menjatuhkan aku dalam luka yang dalam. Aku, yang mulai berani membuka hati ternyata disakiti. Berulang kali kutanya pada Mas Agung apa yang tengah terjadi dan Mas Agung selalu mengatakan tidak ada apa-apa. Tahukah Mas, hatiku mengatakan ada sesuatu yang terjadi padamu. Lamban laun aku menemukannya. Kehadiran wanita itu membuatku menangis. Meskipun hatiku yakin Mas akan kembali lagi padaku.


Juli yang kulewati dengan sepi. Aku hampir tidak dapat menguasai emosiku sendiri. Buncahan kegelisahan yang terus memuncak. Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya siapakah wanita itu dan Mas hanya terdiam. Sungguh ini sangat melukaiku.


Pernah aku minta izin pada Manajer Proyekku untuk pergi ke Bandung dan dia bertanya apakah aku akan menemui Mas Agung di sana. Kujawab bahwa Mas Agung kerja di Tangerang. Mas tentunya masih ingat kan rekan kerjaku yang kita jumpai saat resepsi pernikahan sebulan lalu. Pernah juga Manajer Proyekku bertanya kapan aku akan menikah. Kujawab masih belum tahu. Entah mengapa tiba-tiba dia bilang apakah aku jauh dari Mas Agung. Kukatakan aku tidak mau jauh dari Mas Agung. Tapi rasanya hatiku begitu sakit. Masih ingat saat aku menulis sms tentang gelas pecah yang mengenai tanganku? Aku rasa itu juga pertanda. Hatiku sangat gelisah dan terluka.


Aku masih menyimpan harapan untuk recovery semuanya. Namun justru ini meluluhlantakkan pertahananku. Benar-benar terluka. Sikap Mas yang makin dingin dan aku tak mengerti apa yang mesti kulakukan. Aku sudah menyerah. Berulang kali kedua orangtuaku mencoba menenangkanku. Walaupun aku mencoba untuk tegar, semua masih tercium oleh kedua orangtuaku. Bahkan Bapak sempat menangisiku. Bapak menyarankan agar aku kost saja dan rumah itu ditinggalkan. Padahal bukan karena itu aku sedih. Lalu, apa yang bisa kulakukan saat orang yang paling aku cintai terluka? Namun kenyataannya aku malah terdiam.


Awal September baru aku menemukan titik terang. Ketika Mas Agung pindah kerja dari Tangerang ke Bandung. Ternyata sejak awal Juli Mas sibuk melamar pekerjaan. Memang pekerjaan Mas saat ini termasuk BUMN, bukan swasta seperti pekerjaan di Tangerang. Namun yang paling aku sesalkan mengapa Mas Agung tidak menceritakan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Yang paling menyakitkan dari itu semua adalah kehadiran wanita itu. Entah mengapa setiap kali aku menatap wanita berjilbab seakan aku melihat wanita itu. Rasanya sakit sekali, Mas.


Bagaimana aku bisa melupakan Mas Agung? Ketika aku masuk rumah, bayangan Mas terlihat begitu nyata. Mungkin karena aku telah berpikir Mas adalah jodoh yang Allah berikan padaku jadi semua ini terasa begitu menyakitkan.


Saat aku menulis surat ini, aku berharap hatiku dapat ridho atas keputusan Mas Agung. Termasuk keputusan Mas untuk menentukan pasangan hidup. Aku hanya berdoa semoga Allah memberiku penggantimu Mas. Aku benar-benar merasa segalanya tidak bersahabat. Merasa dijauhi, merasa terasing, merasa jatuh dan terluka. Aku mencoba menetralkan suasana dengan menulis sms pada Mas, tapi tetap saja tidak dibalas.


Insya Allah saya ridho dengan semua keputusan Mas. Mohon maaf atas kesalahanku selama ini. Semoga masing-masing kita menemukan jalan yang terbaik. Amin…


Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku (QS As Syu’ara : 80)


Jakarta, 6 September 2011