Aroma tubuhnya masih terasa kental, bahkan selalu tercium
olehku. Ini aneh, karena baru sekali saja aku bertemu dengannya. Meskipun aku
percaya ada cinta pada pandangan pertama, tapi kali ini aku hanya takut kecewa
dengan perasaanku.
Aku pergi meninggalkannya dan sejuta rindupun menyelimutiku.
Sungguh perasaan yang sangat aneh kini mewarnai hari-hariku. Kota Jakarta yang
dulu kubenci kini menjadi kota yang aku rindukan. Kota Surabaya yang biasanya
membuatku tenang kini menjadikan perasaanku gusar tak menentu. Seperti itukah
cinta, yang mampu mengubah segalanya menjadi seratus delapan puluh derajat. Mengubah
sesuatu menjadi asing dan sangat berbeda.
Entah mengapa aku merindukan tatapan mata itu. Ini aneh,
karena baru sekalu saja aku berbicara dengannya. Meskipun ada rasa nyaman dalam
hatiku, aku masih takut menyebutnya sebagai belahan jiwaku.
Aku kembali menghubungi dirinya lewat pesan singkat. Kutunggu
selama semenit, lima menit, sejam sampai beberapa jam barulan ada balasan
darinya. Hatiku berdebar kencang membaca balasan pesan darinya. Padahal bukan
pesan cinta yang kutulis, hanya bertanya kabar tentangnya. Rasanya aku tak
sanggup menghadapi debaran jantungku yang tak menentu. Aku ingin segera
menemuinya, bertanya padanya apakah dirinya mengalami sama dengan yang kualami.
Itulah cintaku, cinta pertamaku, cinta yang tiba-tiba hadir
dalam kehidupanku. Cinta yang telah lama aku rindukan. Cinta yang telah lama
kutunggu kedatangannya.
Masih kuingat jelas saat kami memesan cincin pernikahan. Padahal
baru sebulan aku mengenalnya. Ada rasa bahagia bercampur ragu. Apakah aku yakin
akan memakai cincin bertuliskan namanya dan namaku di jemariku. Cincin hati
yang terbelah dua. Setengah hati pada cincinku, setengah hati yang lain pada
cincinnya. Bahkan saat memesan cincin itupun aku tak berani menatap matanya. Mata
yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Mata yang membuatku yakin
memilihnya sebagai imam dunia dan akhiratku.
Akhirnya cincin itupun melingkar di jemariku. Satu janji
yang menggetarkan Arasy terucap dari bibirnya. Kini dia telah resmi menikahiku.
Menjadikanku wanita pertama yang bersanding dengannya. Menjadi satu-satunya
wanita yang pernah ada di hatinya. Dirinya tak pernah menjalin kisah cinta,
akupun begitu.
Inilah kisah cintaku. Dua bulan setelah pertemuan kami di
pagi itu, akhirnya dialah jodohku. Dalam pernikahan ini, dalam janji sucinya,
aku berdoa semoga Rahmat dan berkah Allah selalu menyelimuti kami berdua.
Cinta adalah suatu titipan yang harus diperjuangkan dengan
sebuah niat yang kuat (Novel April Snow, karya Hyung Kyung Kim)
Kini aku merindukannya kembali. Walaupun hanya tiga hari saja
dirinya dinas keluar kota. Aroma tubuhnya masih terasa kental, bahkan selalu
tercium olehku. Entah mengapa aku merindukan tatapan mata itu. Itulah cintaku,
cinta pertamaku, cinta yang tiba-tiba hadir dalam kehidupanku. Cinta yang telah
lama aku rindukan. Cinta yang telah lama kutunggu kedatangannya. Kini aku akan
selalu menjaganya, menjaga cinta itu agar selalu ada.