Kali ini aku berjumpa lagi dengannya. Ditempat yang sama,
namun di acara yang berbeda. Ada segurat rasa bahagia saat bertemu dengannya
lagi. Ya, siapa lagi jika bukan lelaki yang selalu membuat detak jantungku
berdegup kencang. Lelaki dengan senyum manisnya yang mengembang. Seakan semua
membeku dalam ingatanku. Aku tahu ini salah, tapi siapa yang bisa mengubah
perasaan semacam ini?
Aku berjalan di belakangnya. Ya, aku suka sekali melihat
punggungnya. Dirinya memakai jaket yang dulu jadi kebanggaan kami. Jaket yang
tujuh tahun lalu setia menemaniku dan menemaninya.
“Kok jaket ini masih ada?” tanyaku seraya memegang jaet
warna birunya.
“Iya, masih. Tapi sekarang sudah tidak bisa dikancingkan”
jawabnya.
“Kegendutan sih” tegurku.
Dan lelaki itu tersenyum dengan caranya yang khas. Senyum yang
selalu membuatku mengingat masa-masa itu. Masa dimana kami memasak bersama. Aku
menggoreng temped an dirinya membuat sambal bawang. Aih, sepertinya baru
kemarin saja.
Aku menyukainya. Sangat menyukainya. Dan aku pernah
mengatakan hal itu pada beberapa orang. Mungkin dirinya juga tahu hal itu aih,
masalalu …
Dikeluarkannya rokok elektrik dari sakunya. Serta merta dia
merokok, tanpa menghiraukanku. Meskipun aku tidak suka lelaki yang merokok. Entah
mengapa aku tak bisa benci padanya. Yang ada hanya, aku benar-benar c****
padanya. Ah…masalalu.
Lelaki masalalu yang masih selalu menggoda hatiku. Aih….