Senin, 27 September 2010

FADHILAH ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH


Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil pertanian).
Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah yang menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana firman Allah taala yang berbunyi:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 277 ).
Juga firman-Nya:

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (Q.S. Ar Ruum : 39 ) .

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 274 ) .
Dalam ayat lain Allah taala berfirman:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. At Taubah : 103 ) .

Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain :

Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi shallallahu `alaihi wasallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah! beritahu aku suatu amalan, bila aku mengerjakannya, aku masuk surga?”, Beliau bersabda : “Beribadahlah kepada Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya, dirikan shalat, bayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan,” ia berkata, “Aku tidak akan menambah amalan selain di atas”, tatkala orang tersebut beranjak keluar, Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang ingin melihat seorang lelaki dari penghuni surga maka lihatlah orang ini”. Muttafaq ’alaih.
Allah SWT, adalah Dzat yang Maha Suci dan tidak akan menerima kecuali hal-hal yang suci dan baik, demikian juga shadaqah kecuali dari harta yang suci dan halal. Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda :
“Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung.” Muttafaq ’alaih.

Zakat, infaq dan shadaqah memiliki fadhilah dan faedah yang sangat banyak, bahkan sebagian ulama telah menyebutkan lebih dari duapuluh faedah, diantaranya:
1- Ia bisa meredam kemurkaan Allah, Rasulullah SAW, bersabda: " Sesunggunhnya shadaqah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemurkaan Rabb (Allah)" (Shahih At-targhib)

2- Menghapuskan kesalahan seorang hamba, beliau bersabda: "Dan Shadaqah bisa menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api" (Shahih At-targhib)

3- Orang yang besedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda: "Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya diantaranya yaitu: "Seseorang yang menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (Muttafaq 'alaih)

4- Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani. Rasulullah saw, bersabda: "Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah." (Shahih At-targhib) beliau juga bersabda kepada orang yang mengeluhkan tentang kekerasan hatinya: "Jika engkau ingin melunakkan hatimu maka berilah makan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim." (HR. Ahmad)

5- Sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah.

6- Orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Tidaklah dating suatu hari kecuali akan turun dua malaikat yang salah satunya mengatakan, "Ya, Allah berilah orang-orang yang berinfaq itu balasan, dan yang lain mengatakan, "Ya, Allah berilah pada orang yang bakhil kebinasaan (hartanya)." (Muttafaq 'alaihi)

7- Orang yang membayar zakat akan Allah berkahi hartanya, Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta." (HR. Muslim)

8- Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, (QS. Al-Baqarah: 245)

9- Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang, Rasulullah saw bersabda, "Shadaqah merupakan bukti (keimanan)." (HR.Muslim)

10- Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran, sebagaimana wasiat beliau kepada para pedagang, "Wahai para pedagang sesungguhnya jual beli ini dicampuri dengan perbuatan sia-sia dan sumpah oleh karena bersihkanlah ia dengan shadaqah." (HR. Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah juga disebutkan dalam Shahih Al-Jami').

Inilah beberapa manfaat dan faidah dari zakat, infaq, dan shadaqah yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, kita memohon semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang senang berinfaq dan bershadaqah serta menunaikan zakat dengan ikhlas karena mengharap wajah dan keridhaan-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

Selasa, 21 September 2010

Puasa Senin Kamis


Oleh : Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad al Juda’i


1. Diantara keutamaan dan keberkahannya, bahwa pintu-pintu surga di buka pada dua hari tersebut, yaitu Senin dan Kamis. Pada saat inilah orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan.

Dalil yang menguatkan hal ini adalah hadits yang termaktub dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Pintu-pintu Surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)

Keutamaan dan keberkahan berikutnya, bahwa amal-amal manusia diperiksa di hadapan Alloh pada kedua hari ini. Sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau bersabda:

“Amal-amal manusia diperiksa di hadapan Alloh dalam setiap pekan (Jumu’ah) dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang beriman terampuni dosanya, kecuali seorang hamba yang di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan…” (HR. Muslim)

Karena itu, selayaknya bagi seorang Muslim untuk menjauhkan diri dari memusuhi saudaranya sesama Muslim, atau memutuskan hubungan dengannya, ataupun tidak memperdulikannya dan sifat-sifat tercela lainnya, sehingga kebaikan yang besar dari Allah Ta’ala ini tidak luput darinya.

2. Keutamaan hari Senin dan Kamis yang lainnya, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias berpuasa pada kedua hari ini.

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia mengatakan,

“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis”. (HR. Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Imam Ahmad)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan alasan puasanya pada kedua hari ini dengan sabdanya,

“Amal-amal manusia diperiksa pada setiap hari senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya)

Dalam shahih Muslim dari hadits Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab,

“Hari tersebut merupakan hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya Al-Qur’an kepadaku pada hari tersebut.” (HR.Muslim)

Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua alasan tersebut.” (Lihat Subulus Salam)

Berdasarkan hadits-hadits di atas maka di sunnahkan bagi seorang Muslim untuk berpuasa pada dua hari ini, sebagai puasa tathawwu’ (sunnah).

3. Keutamaan lain yang dimiliki hari Kamis, bahwa kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam terjadi pada hari Kamis ini.

Beliau menyukai keluar untuk bepergian pada hari Kamis. Sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari bahwa Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan:

“Sangat jarang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar (untuk melakukan perjalanan) kecuali pada hari Kamis.”

Dalam riwayat lain juga dari Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu:

“Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada hari Kamis di peperangan Tabuk, dan (menang) beliau suka keluar (untuk melakukan perjalanan) pada hari Kamis.” (HR.Bukhori)

Di nukil dari Kitab “Amalan dan Waktu yang Diberkahi”, penulis: Dr. Nashir bin Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, penerbit Pustaka Ibnu Katsir

RAHASIA PUASA


Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.

Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.

a.Menguatkan Jiwa.

Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (QS 45:23).

Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya:

Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).

b.Mendidik Kemauan.

Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.

Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.

c.Menyehatkan Badan.

Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

d.. Mengenal Nilai Kenikmatan.

Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.

Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil.

Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7).

e.Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain.

Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini

masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.

Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 9:103).

KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL


Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).

Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:

"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya :

1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.

Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.

4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.

Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.

Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:

"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."

Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) " (Al-Hijr: 99)

Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan sahabatnya.

Senin, 20 September 2010

Yang Terindah


Pagi ini hujan mengguyur cukup deras. Aku segera menjemur jas hujanku ketika tiba di kantor. Bunyi perutku terdengar cukup keras, belum sempat aku sarapan. Tadi pagi aku bangun kesiangan. Dan ternyata seragam hari kamisku belum aku setrika, maklum kemarin aku kebagian piket hingga pulang larut malam.

“Assalamu’alaykum” sapa Deni, teman satu ruangan denganku. Rupanya dia datang lebih awal dari aku.
“Wa’alaykumsalam ya ahli kubur….” Jawabku seraya bersalaman dengannya.
Kulihat Deni asyik menikmati sarapan paginya.
“Wah enak ya yang sudah punya istri….” Sindirku.
Deni tersenyum padaku, “Lha kamu sendiri kapan rencana nikah? Sudahlah Rama, tidak usah pilih-pilih”

Aku tersenyum kecut menanggapi sindiran Deni. Deni baru menikah sekitar tiga bulan. Isterinya adalah karyawati kantor sebelah. Antara kantor kami dan kantor sebelah masih di bawah satu bendera perusahaan. Hanya saja kantor sebelah bekerja di bidang maintenance.
“Esa sempat ya masak? Biasanya kalau perempuan kerja itu tidak sempat masak” tanyaku memastikan bahwa masakan yang disantap Deni adalah masakan isterinya.
“Esa itu wanita yang luar biasa Ram, dia selalu menyempatkan diri untuk memasak buat suaminya.”
“Wah, beruntung sekali kamu”
“Ya mungkin sudah rezekiku, walaupun sebenarnya baik Esa maupun aku tidak pernah berpikir kami menikah”
“Kok bisa?”
“Esa menunggu seseorang menyadari kehadirannya tapi rupanya orang tersebut tidak pernah menyadari.”
“Dia naksir cowok lain, begitu maksudmu Den?”
“Yup… seandainya saja lelaki itu menyadari mungkin aku kalah saing…hehehe”
“Wow, sosok Deni yang begitu intelek dan optimistis bisa juga pesimis. Berarti lelaki itu hebat banget dong”
“Yup….” Jawab Deni seraya mengemasi peralatan sarapannya.

Aku mengenal Esa lebih dari setahun yang lalu. Mungkin aku lebih mengenalnya daripada Deni. Aku sendiri pun tidak pernah berpikir Esa akan menikah dengan Deni. Deni adalah pribadi yang kaku, dan dia bukan tipe laki-laki yang mudah bergaul dengan wanita. Berkebalikan dengan Esa yang berbasic teknik, dia terbiasa bergaul dengan laki-laki. Aku sendiri pun sering berhubungan dengan Esa.

Esa bukanlah wanita yang cantik. Tapi dia termasuk wanita cerdas. Lulusan perguruan tinggi negeri ternama dan masuk kuliah tanpa tes. Belum lagi dia menyelesaikan pendidikan SMA dalam kurun waktu dua tahun. Itu semua aku tahu dari profil yang dia tulis di facebook, yang baru aku baca seminggu lalu. Semua pendidikan mulai SMP sampai bangku kuliah dia menerima beasiswa.

“Seandainya ada wanita yang cerdas tapi gak cantik, suka sama kamu, dan dia dekat sama kamu lalu wanita itu tahu semua kebiasaanmu, dia bisa memahami kamu. Kira-kira kamu bakal berpikir untuk menikahi dia nggak?” Tanya Deni tiba-tiba.
“Masih belum terpikir”
“Berarti kamu hanya melihat outer beauty saja dong?”
“Kan isteri itu harus enak dipandang, jadi suami tidak sampai melirik-lirik wanita lain”
“Bukannnya seorang lelaki bisa menikahi empat wanita”
“Hmmm… isteri juga mestinya berada di rumah, memasak, menjaga rumah dan mendidik anak-anak”
“Yup, ideal sekali kriteriamu. Cantik, cerdas, dan ibu rumah tangga.”
“Itu simple”
“Padahal kebanyakan wanita cantik kan suka menghamburkan uang.”
Aku menatap Deni dengan curiga, “Memangnya Deni mau membawa pembicaraan ini ke arah mana?”
Deni menatapku tajam, “Tadi malam aku sempat tanya ke isteriku mengapa dia enggak pernah mau mengunjungi ruangan kerjaku”
“Memangnya kenapa Den?”
“Karena dulu dia sempat suka sama kamu.”
Aku tertawa kecil. Pembicaraanku dengan Deni membuatku semakin gerah. Ini terlalu serius untuk dibicarakan di pagi buta.
“Sudahlah Sob, itu kan masalalunya Esa. Masa’ sekarang kamu cemburu sama aku?”
“Aku bukannya cemburu tapi aku malah sempat berpikir ketika kamu baru memasuki ruangan ini pagi tadi. Seandainya saja yang baru memasuki ruangan itu aku dan aku melihatmu sedang menyantap makanan buatan isterimu betapa irinya diriku.”

Aku menatap Deni dengan pandangan serius. Ya, itu juga perasaan yang aku rasakan awal tadi. Rasa iri pada Deni. Dan seandainya boleh jujur aku malah merasa iri ketika Deni memberitahuku tentang perasaan Esa kepadaku.
Selama ini aku hanya menganggap Esa sebagai adikku sendiri. Walaupun sebenarnya dulu aku sempat merasa kesal pada Esa. Rasa kesal yang tidak beralasan. Mungkin karena dia kerap ada di mana aku berada.
Kini aku merasa terhempas oleh impianku sendiri. Aku kerap bermimpi tanpa melihat kondisi sekitarku.

“Assalamu’alaykum” seorang wanita berhijab memasuki ruangan kantorku.
“Wa’alykumsalam” jawabku dan Deni bersamaan.
“Wah, ada apa nih Umi?” Tanya Deni.
“Kangen sama Abi…”jawab Esa manja
“Masa’ sudah kangen sih Mi” sahut Deni
Aku menatap Esa, ada yang berubah dari sikapnya. Sekarang dia terlihat begitu ceria.
“Mas Rama sudah baikan? Esa denger minggu kemaren Mas Rama sakit sampai harus dirawat di rumah sakit” Esa menatapku penuh tanya.
“Yup…terkena DB. Sekaligus kecapekan…” jawabku.
“Makanya cepat cari isteri Mas…biar ada yang ngurusin”
“Iya Sa, mohon doanya ya…”
“Insya Allah”
“Ya biar ada yang masakin….”
“Hehe…iya Mas, cari yang bisa masak. Jangan yang seperti Esa”
“Lho bukannya Esa tadi pagi masakan Deni”
“Hehe…masak sebisanya Mas”
“Lain kali Mas Deni-mu aja yang suruh masak. Dia suka mbuat penyetan”
“Oh iya?” paras Esa bebinar seraya melayangkan pandangan kea rah Deni.

Ada rasa cemburu merayap dalam hatiku. Seandainya Deni adalah aku. Betapa bahagianya aku diperhatikan. Ah mungkin belum waktunya untuk menjalin cinta atas nama Allah….
Semua kisah dalam kehidupan ini telah diatur oleh-Nya. Telah tertulis kehidupan, kematian, rezeki dan jodoh dalam Lauhul Makhfudz-Nya. Semoga segala yang tertulis itu adalah yang terindah.
======


Jakarta, September 2010

Rabu, 08 September 2010

SUNYI


Hening….
Bisa kurasakan getaran jantungku
Serasa begitu cepat

Hampa….
Bisa kulihat pada sorot mataku
Terasa begitu kosong

Harapan yang tak ingin tersia
Mimpi yang tak ingin terkubur
Bisa kurasakan hempasan keputusasaan
Hingga terasa jiwa tak lagi berada dalam raga

Lalu, semua akan berlari
Menyusuri tepian kehidupan nan terjal
Ini bukanlah mimpi

Hening….
Sungguh sunyi di sini
Meskipun aku tak mau sendiri
Meski ingin kukubur rasa benci

Ingin kuteriakkan segala peluhku
Hingga menghampiri segala cita
Namun inilah rangkaian kehidupan
Antara suka dan duka

Ya Rabb, hatiku kian terluka
Namun aku tak ingin menjauh dari-Mu
Hapuslah airmataku dalam cahaya kasih-Mu
Buanglah duka ini dang anti dengan rasa tawadhu’

Ini terlalu sepi
Dan aku tak ingin sendiri
Sujud, napas dan jiwaku pada-Mu
Kekosongan dan kehampaan kuharap kan berlalu

Ya Rabb, selamatkan hatiku….

Pengharapan Cinta-Mu


Aku bisa merasakan kehampaan ini
Menembus sukmaku yang kian merintih
Aku tak bisa beralih
Hati ini kian tersedu
Ya Rabb, kuatkanlah diri ini
Hempaskan segala lara yang tak menentu
Ingin kuhapus sepi ini
Ingin kuhempaskan sedih
Namun semua seolah menjadi kisah pilu

Ya Rabb, bukankah semua ini terlalu indah
Mengapa kian tiada syukur terucap
Mengapa kepedihan terus tertoreh
Harusnya aku tahu, inilah kebenaran
Sekalipun bukan hal yang mutlak absolute
Namun keikhlasan dan tawadhu tersimpan
Di dalam tiap heningan airmata serta tawa

Ya Rabb, apakah semua ini terlampaui batas
Bukankah keagungan atas ayat-Mu tampak nyata
Dan aku takkan beralih
Kesudian dan keanggunan berbalut simfoni cinta-Mu
Kuyakinkan diri, kutelusuri hati
Izinkan aku meyakini-Mu

Menembus malam yang kian panjang
Sejenak sujud hamparkan setiap harapan
Harusnya hati ini bicara
Mengapa hanya ada kebekuan
Harusnya tiada kata menyerah
Karena ayat-Mu selalu benar

Mungkin telah menjadi rahasia-Mu
Bahkan aku tak mampu menyentuh
Bila tiba waktunya, semua akan indah
Seiring penantian

Ya Rabb, dalam heningku semua kuserahkan
Dalam hampaku ingin kupintakan
Semoga semua indah pada hamparan cinta-Mu
Aku dan kehidupan ini

Izinkan cinta ini tiada semu
Hanya pada-Mu segala pengharapan
Kirimkan cintaku untuk menghapus laraku

Jakarta, 8 September 2010
Pukul 11.21 a.m

Selasa, 07 September 2010

AJARI AKU CINTA


Dr Khalid Jamal


Begitu kulihat wajahnya untuk pertama kali, cinta itu langsung menyentuh kalbuku dengan sentuhan sihir. Kemudian saya duduk disampingnya menikmati keindahan wajahnya. Kulihat ia tertawa ringan dan keluar dari mulutnya yang merekah begitu inda, seakan ia hadir disisku sebagai seorang penyair. Kemudian ia menebar senyum, seakan ia berkata disetiap gerak bibirnya, “lihatlah aku, lihatlah aku”.

Adapun keadaanya saat itu, hampir saja ia berteriak sambil menundukkan pandangannya, “Aku takut. Aku takut…”. Rambutnya yang berkibar-kibar mengisahkan kalbu yang yang bersayat bercampur dengan rasa senang dan gembira. Ada sisa kebahagiaan yang terselip ditengah-tengah kepedihannya. Duhai sihir cinta, kau tinggalkan menikmati wajahnya dari kejauhan, wajah yang menjadikan dunia ini ikut menikmati tawanya. Engkau berikan kesempatan untukku menikmati senyuman manisnya, senyuman yang paling indah di alam ini. Duhai sihir cinta, engkau jadikan aku tergila-gila kepadanya (Wahyu Al-Qolam, Mushtafa Shadiq Ar-Rafi’i)


Apa itu Cinta?


Cinta adalah ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolak naluri yang menggelayuti hati seseorang terhadap kekasihnya. Ia hadir dengan penuh semangat, kasih sayang dan kegembiraan. Pada mulanya cinta hanyalah sekedar iseng lalu menjadi serius. Demikian lembutnya arti sebuah cinta sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Cinta hakiki tak kan dapat dimengerti kecuali dengan pengorbanan (Buku Thauq, Ibnu Hazm Al-Andalusy)


Ar-Rafi’I dalam karyanya Wahyu Al-Qalam menuliskan seputar cerita cinta termasyhur dalam sejarah, antara Abdurrahman bin abi ammar yang dijuluki Al-Qiss (pendeta) dan Salamah, wanita penyanyi, hamba sahaya Suhail Bin Abdurrahman. Ia begitu cantik elok dan menawa, pandai berdsyair, akrab dengan buku-buku bacaan dan seorang sejarawan pada masanya.


Kisah salamah ini berakhir dengan ungkapan-ungkapan cinta yang dalam sejarah terkenl dengan istilah “Cinta Perawan”. Dalam hal ini yang paling termasyhur melakukan hal ini adalah Bani ‘Adzrah, salah satu wilayah pedesaan di daerah Arab. Perempuan-perempuan dikawasan tersebut mempunyai kecantikan alamiah. Sebagian besar mereka menekuni syair-syair tentang cinta yang berkobar-kobar. Ungkapan-ungkapan syair kerinduan ditengah-tengah merka mempunyai pola yang unik. Ada getaran-getaran intuisi yang cerdas didalamnya. Tampak jelas berbagai bujuk rayu yang mengancam kesucian psikis maupun fisik.

Perlu diketahui, bahwa diantara adat istiadat nenekmoyang Bani “Adzrah, mereka tidak akan menjadikan menantu seorang lelaki asing yang telah melantunkan syair-syair cinta yang penuh semangat kepada anak gadisnya. Cinta yang siungkapkan melalui sebuah syair, dalam pandangan mereka sudah merupakan tujuan tersendiri, walaupun pelakunya sampai menjadi gila, sakit atau bahkan mati.


Kendati demikian, diantara ungkapan, tingkah laku, atau riwayat yang dikisahkan tentang mereka, ada pula fenomena iffah (kesucian diri) yang menurut sebagian kecil atau sebagian besar dari mereka, sesungguhnya berasal dari keimanan yang tulus dan dikarenakan menjaga batasan-batasan Allah SWT. Dengan demikian tidak menjadi anaeh jika seandainya masalah cinta dihadapan mereka menjadi bercampur baur. Mereka cenderung mengekspresikan masalah cinta dengan khayalan dan idealisme tertentu yang tidak selaras dengan naluri alamiah seorang manusia.di samping itu jejeak Rasulullah pada akhirnya akan sirna dari dua sejoli yang hendak melakukan pernikahan. Maka tidak ada cara lain yang lebih layak dan lebih sempurna dari pernikahan.


Kembali kepada asmara yang terjadi antara sang pendeta (Al-Qiss) dan Salamah, permasalahan ketidak stabilan Abdurrahman ketika ia mencampur adukkan antara kebaikan dan kejelekan. Sebagaimana diketahui bahwa Abdurrahman menolak hasrat cinta kekasihnya, melalui adegan berciuman dan berpelukan. Namun, disisi lain ia mau berduaan dialog tentang cinta dengan kekasihnya, padahal mereka satu sama lain bukanlah mahram. Namun ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa setiap orang yang sedang dimabuk cinta pasti ia tidak menghendaki kekasihnya merupakan salah satu komponen kemaksiatan yang ia lakukan. Demikian pula ia tidak mau menjadi salah satu komponen kemaksiatan yang dilakukan kekasihnya. Camkanlah arti kata cinta yang amat mulis tersebut. Tidak hanya terbatas pada sebuah interaksi fisik antara seorang lelaki dan seorang perempuan.


Wahai orang yangsedang kasmaran, ketahuilah bahwa bahwa kemuliaan cinta itu terjadi seandainya ia dapat dilakukan secara optimal oleh jiwa ragamu! Janganlah menodai kemuliaan cinta yang pada akhirnya akan mengakibatkan kekasihmu manjadi musuh bagimu dihari kiamat nanti. (sebagaiman dalam QS. Az-Zukhruf:67)

Semua kawan karab dan orang-orang yang kita sayangi pada hari kiamat nanti akan menjadi musuh kita, kecuali jika pertemanan dan kasih sayang itu dilakukan karena Allah SWT semata. Cinta yang landasannya seperti itu akan kekal. Itulah cinta yang sesungguhnya, meskipun masih ada tingkatan-tingkatan cinta lain di dalamnya.


Tingkatan Cinta


Tingkatan pertama cinta adalah istihsan (anggapan baik). Cinta itu mulanya dari pandangan mata. Mata seolah-olah menjadi delgasi orang yang sedang dilanda cinta, terlebih lagi saat lidah tidak mampu mengekspresikan cinta. Pada level ini interaksi yang terjadi lebih bersifat kesetiakawanan, belum menjadi interksi cinta.


Tingkatan yang kedua adalah takjub. Pada tingkatan ini seseorang ingin selalu berada di samping dan ercakap-cakap dengan objek cintanya.


Tingkatan selanjutnya adalah rindu. Hati seseorang demikian menggebu-gebu terhadap kekasihnya, sehingga ia kan tersiksa apabila tidak melihat kekasihnya. Semua orang akan ikut merasakan kegelisahan hatinya. Dan kegelisahan itu akan terobati manakala ia melihat kembali kekasihnya.

Tingkatan terakhir adalah kasmaran. Pikiran seseorang pada level ini akan diselimuti dengan cinta. Dikalangan penyair syair yang dilantunkan oleh orang yang berada dilevel ini disebut usyq (syair mabuk cinta)


Seseorang yang sedang kasmaran ada 3 tingkatan: permulaan, pertengahan dan akhir.

Pada tingkatan permulaan setiap orang harus menepisnya semaksimal mungkin apabila upaya menuju tabatan hatinya diperkirakan tidak mungkin secara realita atau tidak diperbolehkan secara syar’i.

Namun, apabila tidak mampu menahan kasmaran dan hanya iangin selalu dekat dengan kekasihnya, maka ia telah masuk kedalam pertengahan.

Sedang dalam tingkatan akhir, dalam hal ini ia harus merahasiakan perbuatannya, tidak perlu disebarluaskan kepada manusia. Jika ia tetap meyebarluaskannya, maka ia berarti telah malakukan kezaliman terang-terangan (Al-Jawab al-kafi, Ibnu Qoyyimal-jauziyyah).


Inikah Cinta?


Seorang gadis bertanya, “Ada beberapa jalinan hubungan ditengah-tengah aktivitas belajar, lalu jalinan ini berlanjut dengan cinta. Apa ini cinta sungguhan atau bukan?”.

Ada pula yang bertanya, “Saya punya rekan kerja yang sebenarnya ia amat tertarik dengan saya, namun ketika saya minta agar ia datang kepad orang tua saya, ia menjawab, “nanti dulu, sampai kita berkencan dan saling mengenal, sehingga cinta kita akan semakin merekah dan kita saling pengertian, sebelum kemudian berlanjut kepada ikatan formalitas.”


Biarkan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut….

Insyaallah akan ada kelanjutannya………


(Reiew buku Ajari Aku Cinta, Dr. Khalid Jamal. Terimaksih kepada seseorang yang telah menghadihkan buku ini padaku, semoga bermanfaat selalu. Amien)

KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH


Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda;

Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika
keduanya mukmin.

Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat”.

Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).

Pada malam kelima, Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.

Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.

Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin a.s.

Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allag Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi SAW.

Pada Malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.

Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.

Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”

Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.

Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.

Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.

Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

Dan pada malam ketiga puluh, Allah berfirman:”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari iar Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku” (HR Majalis).

Sumber : Kitab Majalis al Ulama