Rabu, 22 Desember 2010

Airmata Wanita



Karena Aku Seorang Wanita, Nak !!!
Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya
“Mengapa engkau menangis…??”

“Karena aku seorang wanita nak…”, kata sang ibu kepadanya.

“Aku tidak mengerti……?????”, kata anak itu.

Sambil memeluknya, Ibunya berkata,
“kau memang tak akan pernah mengerti nak…..”
Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, “Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan Yah…?”

“Semua wanita terkadang selalu menangis tanpa alasan…..”, hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang Pria dewasa, dan tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan bertanya, “Tuhan….. mengapa wanita begitu mudah menangis?”

dan Tuhan pun berkata:

Ketika AKU menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa.
AKU membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan ”

AKU memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang sering kali datang dari anak-anaknya.
AKU memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh sedikitpun…….

AKU memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya
AKU memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya

AKU juga memberinya kebijaksanaan utk mengetahui bahwa seorang suami yang baik tak akan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu ataupun bimbang

Dan akhirnya……
AKU memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun dan dimanapun ia butuhkan….”

“dan Tahukah engkau…….”

Sesungguhnya di mataku Kecantikan seorang wanita bukanlah hanya dari pakaian yang dikenakannya……. bukan juga dari sekedar kemolekan tubuh indahnya yang ia tampilkan….. atau bagaimana ia menyisir rambutnya.”

“tapi kecantikan seorang wanita yg anggun dapat kau lihat dari Matanya, Tutur katanya….dan terutama dari sikap & Tingkah lakunya kepada setiap orang.
Karena itulah pintu hatinya tempat dimana cinta itu ada dan bersemayam sepanjang waktu……..”

Selasa, 21 Desember 2010

Antara Sang Waktu


Waktu terus berlalu, hingga mampu kurasakan tiap detiknya. Tiap helaan napas dalam hidupku terasa begitu nyata. Hati ini terus menanti, bukankah inilah ujian Allah atas kesabaran dan keikhlasan. Mengapa demikian berat bagiku. Mengapa demikian terluka hati ini. Mengapa tak ada rasa percaya dalam diri ini. Harusnya semua ini akan berjalan indah pada waktunya.

Kini, segala langkah kaki telah kaku. Diri terdiam tak berkutik. Segala yang pernah tersusun tiba-tiba kacau begitu saja. Kekecewaan ini terasa menyentuh hatiku. Rasa amarah dan sedih melewatiku, menembus jiwaku yang tengah sendiri. Aku benci kesendirian, aku benci kekosongan, aku benci rasa sepi ini. Tak adakah teman dalam hidupku yang kan membuatku tertawa.

Selang hari menggugah jiwa untuk selalu bersembunyi. Hingga tiada orang yang mengerti dan menatap. Hati ini terlalu lemah untuk mampu bertahan. Ingin terus berlalu, menjauh dan terus berlalu. Aku terlampau lelah. Kisah ini menyakiti hatiku. Rasa cinta yang kurindukan entah ke mana. Menghilangkah bersama angin yang berlalu.

Tak terasakah kerinduan ini. Bukankah tetesan airmata ini begitu nyata. Ketulusan cinta yang hinggap pada hati rapuhku. Aku terus berlari tanpa arah. Ingin berhenti, ingin sembunyi, ingin menjauh, ingin tersenyum, ingin bahagia……

Waktu terus berlalu tanpa pedulikanku. Teriak jiwaku bisa kudengar, sangat lirih. Melodi kehidupan yang harusnya bisa kunikmati. Apakah terlalu lebih segala mimpi-mimpi ini. Ataukah keadaan yang belum bisa membuatku tersenyum ramah.

Tak terasakah sepi jiwaku yang merindukan. Tak terasakah sunyi yang melingkupi diriku. Tak terlihatkah airmata ini. Tak bersinarkah hati. Tak adakah mimpi kembali terajut. Tak adakah harapan dalam benakku. Berakhirkah semuanya?

Terbanglah semua impian. Sejenak tertegun menatap sang mentari. Meski embun tiap hari berganti, namun masih juga sama apa yang terlihat. Terbanglah semua harapan. Sejenak tenangkan diri. Semoga segalanya akan menjadi indah. Hingga tiada duka, luka dan airmata.


Ya Allah, tegarkanlah hati hamba yang kian rapuh ini......
hanya pada-Mu segala ini dikembalikan......

Jumat, 17 Desember 2010

Doa Seorang Akhwat


Ya Allah…

Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku

Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau

Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting

Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau

Dan dia berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya

Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas

Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku

Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku

Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi

Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Ya Allah…

Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna

sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu

Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya

Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya

Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya

Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Ya Allah…

Aku juga meminta,

Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga

Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu

Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya

Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya

Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:

“Betapa Maha Besarnya Allah karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat
membuat hidupku menjadi sempurna.”

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat

Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan

Amin yarobbal alamiiin

Cahaya Kegelapan


Jalan itu begitu gelap, aku tak mampu melihat. Namun aku masih terus berjalan dan berharap kembali menemukan cahaya. Keajaiban yang hamper mustahil terjadi. Jalan ini begitu gelap dan terjal. Bebatuan kecil melukai kakiku. Pedih darah mengalir membasahi jalan. Peluh dan airmata tak berhenti mengalir. Harus berapa lama aku bertahan dan mencoba berharap akan bertemu secercah cahaya. Aku selalu percaya segala sesuatunya bisa berubah. Aku selalu percaya segala sesuatu indah pada saatnya nanti. Aku percaya kehendak-Nya adalah yang terbaik untukku.


Ini terlalu perih, bahkan aku tak mampu lagi teriak. Aku hanya membisu di keheningan. Ini terlalu sepi dan sunyi. Di mana cahaya itu sembunyi, aku terus melangkah tiada berhenti. Hatiku demikian menangis berharap akan keajaiban itu tiba dengan segera. Aku tak ingin bersedih. Aku tak ingin terluka. Aku hanya ingin tersenyum bahagia. Aku hanya ingin membuang rasa sepi ini. Mungkinkah semua ini terlalu salah. Harapan yang ada di hatiku kian menghilang.


Di mana cahaya itu. Aku sungguh-sungguh berharap akan menjumpainya. aku hanyalah seorang yang lemah, seorang yang tak berdaya. Aku tak punya daya ataupun upaya. Aku terlalu letih. Aku terlalu sakit. Aku terlalu berharap. Aku memang sangat rapuh. Bahkan hatiku pun tak mampu tersenyum. Apakah yang mesti aku lakukan. Kini hanya berusaha berjalan di jalanan nan gelap ini. Masih menyisakan secercah harapan yang menipis. Sementara jiwaku semakin lemah bersama ragaku. Aku terlampau lemah.


Bukankah tiada satupun di dunia ini tercipta dengan sia-sia. Bahkan seekor semut atau hanya sebuah bakteri, semuanya pasti memiliki arti. Lalu mengapa aku merasa tak lagi berarti dan tersia. Apakah cobaan ini terlalu berat. Bukankah Sang Esa tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kapasitas. Mestinya aku bisa menghadapi ini semua. Mestinya aku bisa bersikap tegar. Segala sesuatu di dunia ini tentunya telah tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Dan tak ada satupun hal yang luput dari pandangan-Nya. Dia-lah yang menciptakan, Dia-lah yang mengatur, Dia-lah yang melindungi. Dan segala daya upaya hanya pada-Nya. Hanya kepada-Nya segalanya kembali.


Segala ujian dan cobaan adalah bukti cinta kasih-Nya. Dalam Arasy-Nya Dia selalu menatap setiap makhluk-Nya. Begitu agung Dia menciptakan, begitu sempurna Dia melindungi. Tak seharusnya aku mengelak dan berpaling. Tak semestinya aku menangisi selain Dirinya. Segala kerinduan dan segala cinta mestinya tercurah pada-Nya.



Dan gelapnya jalan ini harusnya tak menyurutkan imanku. Keajaiban itu pasti tiba, aku akan menemukan cahaya itu kembali. Cahaya yang kerap aku rindukan kehadirannya. Cahaya yang kerap menjadi mimpi dalam kehidupanku. Sebuah cahaya yang akan membuatku tersenyum dan membuat hatiku kembali menemukan jiwanya. Akan sampai suatu cinta tak terbatas. Aku yakin jalan gelap ini tidaklah terlalu lama kutempuh. Ini hanya sedikit ujian keimanan yang mesti aku hadapi. Aku akan terus melangkah, aku akan terus berjalan. Menghapus peluh dan airmata. Menghapus segala kepedihan hati.


Subhanallah, Maha Suci Allah yang terus memberikan rahmat dan cinta-Nya….


Sesungguhnya setelah kesulitan aka nada kemudahan. Dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Janji Allah tak akan diingkari. Setelah kegelapan tentunya akan datang cahaya. Cahaya yang penuh rahmat Allah. Cahaya yang kerap memberi keteguhan iman hati. Semoga segala cinta selalu tercurah bagi makhluk yang kerap bersyukur pada-Nya.


Jiwa ini ingin berjihad di jalan-Mu. Bibir ini ingin selalu bertasbih untuk-Mu. Diri ingin selalu tunduk pada perintah-Mu. Dan hilangkanlah fatamorgana yang bisa menghilangkan iman islam. Dan segala keindahan dunia yang sementara. Akan sampai pada saatnya berada dalam genggaman kasih-Mu.


Kuhapus pedih ini. Aku percaya keajaiban itu akan terjadi dan peluh ini berakhir. Ya Allah berilah kekuatan atas kerapuhan hamba-Mu ini.


Surabaya, 15 desember 2010
Oleh : Eka S

My Flight…..


Baru kali ini aku menikmati penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya. Sudah tiga bulan aku tidak menginjakkan kaki di kota kelahiranku. Aku merindukan keluargaku. Aku rindu senyum sang bunda yang selalu tegar. Aku merindukan kecerobohan bapak. Aku merindukan kenakalan adikku satu-satunya. Aku rindu Surabaya.

Aku bisa merasakan udara di luar yang kerap menggoyangkan badan pesawat. Kulihat dari kaca tampak pemandangan yang semakin tampak kecil. Gedung-gedung pencakar langit tampak begitu mungil. Rumah-rumah tampak berjajar layaknya mainan monopoli. Jalan tol yang begitu panjang tampak kecil. Lalu bagaimana diriku dilihat dari ketinggian seperti itu. Bahkan satu titikpun tak sampai. Tak terlihat…

Begitu kecil semua yang dilihat dari ketinggian. Padahal itu hanya berapa km dari daratan. Lalu apa jadinya diriku dipandang dari Arasy. Subhanallah, bahkan Allah tidak luput melihat semua yang dilakukan makhluk-Nya. Bukan hanya manusia, tapi semut dan binatang melata tidak luput dari pandangan-Nya. Maha Agung Allah dengan segala kesempurnaannya.

Kulihat biru dan putih, warna yang meneduhkan. Seteduh sang matahari pagi menyinari bumi. Tanpa batas birunya langit dan biru laut. Terkadang terlihat kapal-kapal yang tengah melaut. Dan gemericik air laut yang kusangka adalah ikan-ikan. Awan putih selayaknya batu es di kutub bumi, terkadang terlihat seperti kapas putih tak bernoda. Terlalu indah untuk menggambarkan kesempurnaan penciptaan Sang Maha Cinta.

Sudah lebih dari satu jam aku berada di udara. Adanya kendala pendaratan mengharuskan pesawat berputar-putar mengelilingi Surabaya. Kulihat laut Jawa yang begitu luasnya. Tak berhenti bibirku bertasbih memuji-Nya. Bisa kulihat pinggiran pulau Kalimantan. Sungguh indah semua tampak dari ketinggian ini. Birunya langit yang menyatu dengan birunya laut menyiratkan kedamaian hati. Meneduhkan setiap jiwa yang selalu berucap syukur pada-Nya.

Ya Rabb, begitu kecilnya aku di hadapan-Mu. Begitu tak berdayanya aku. Bisa kurasakan kehadiran-Mu dalam setiap episode kehidupanku. Terkadang memberi keajaiban dalam kisahku. Sungguh nikmat Tuhan yang manakah yang didustakan. Sebegitu indah Allah menciptakan dunia dan alam semesta. Sebegitu sempurnanya Allah memberikan kehidupan setiap makhluk-Nya. Bahkan tak ada satupun hal yang sia-sia di dunia ini.

Hatiku tersentuh menatap semua ciptaan-Nya. Padahal selama ini terkadang ada amarah di hati kecilku. Menganggap apa yang terjadi padaku ini tidak adil. Bukankah Allah telah berjanji bahwa akan dibalas kebaikan walaupun kebaikan itu hanya sebiji zahrah, begitu juga keburukan yang kita lakukan. Allah tidak akan lupa. Kalaupun Allah memberikan kesedihan dalam kehidupan, itu hanyalah ujian untuk mengetahui tingkat ketaqwaan hamba-Nya.

Semoga segala tangis ini hanya karena-Nya. Bukan hanya karena hal semu. Semoga segala syukur selalu terucap, hingga tiada rasa kecewa di dalam hati. Ya Rabb, hanya di pintu-Mu aku mengetuk. Hanya pada-Mu aku berlindung dan meminta pertolongan. Tiada daya dan upaya melainkan Allah SWT.

Surabaya, 15 Desember 2010

Senin, 13 Desember 2010

Sebuah Tanya


Apa yang harus aku lakukan? Serasa waktu berhenti dan aku semakin terdiam. Aku semakin terpojok dalam sudut kehidupan. Terbelenggu dalam keraguan dan ketakutan. Sungguh tak pernah aku merasakan setakut ini. Hatiku serasa diaduk oleh persoalan dunia. Tak sedikitpun aku berkutik. Kenyataanya aku terus terdiam, tak ada lagi keluh ataupun teriakan. Bahkan aku hanya menatap hampa di depanku. Segala fatamorgana yang kerap diagungkan para pencari dunia. Aku tak tahu harus berbuat apa. Seakan semua menusukku tanpa bisa kulawan. Serasa semua menancapkan belati pada hatiku yang telah terluka. Aku terluka, takut dan begitu tak berarti.

Sudah semestinya aku teriakkan kepedihanku ini. Berharap mimpi-mimpiku yang telah hancur itu kembali. Namun semua masih tetap sama. Seperti dunia yang kini menatapku dengan cemoohan. Aku tak bisa bergerak, menikmati rasa sakit yang kian perih. Aku tak tahu harus berbuat apa. Semestinya aku berpaling dari sedih ini, mencoba berjalan kembali menyusuri mimpiku. Namun mimpi yang mana, semua terlarut dalam kepedihan dan hancur oleh fatamorgana dunia.

Aku pernah bermimpi. Menyusun mimpi itu begitu indah. Seperti menyusun gugusan bintang di langit hingga yang menatapnya akan merasakan damai. Namun dalam sekejap mimpi itu hancur berkeping-keping. Dalam sekejap mimpi itu menusuk hatiku yang rapuh. Aku takut bermimpi kembali, terasa semua tersia begitu saja. Aku bahkan telah melewatkan segala ceria yang dulu selalu bersamaku. Aku melewatkan keteguhan yang dulu selalu meyelimutiku. Aku telah meninggalkan semuanya. Sekalipun ragaku masih mampu merasakan sakitnya, namun jiwaku telah terbebas dan pergi entah ke mana. Sungguh, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

Malam masih menyisakan hening. Ketika jiwaku kembali memasuki ragaku. Aku masih terdiam. Putaran sang waktu tak mampu menghapuskan keperihan ini. Entah apa yang akan terjadi. Semuanya begitu gelap di mataku dan hatiku tak mampu merasakan cinta itu. Aku telah kehilangan diriku, aku takut. Air dingin kurasakan mengalir di wajahku, ada kesejukan muncul di hati kecilku. Namun aku tahu airmataku juga turut mengalir bersama air yang membasuh wajahku. Aku bisa merasakan kepedihan itu kian mengiris hati. Aku bisa merasakan kehampaan itu kian nyata. Sungguh bahkan aku tak berkutik atas apa yang tengah terjadi. Ketika air itu membasuh kedua tanganku, aku merasakan ketakutanku semakin menjadi. Bergetarlah tubuhku mengikuti getaran hatiku yang tak menentu. Ketika air itu mengenai rambut dan telingaku seraya aku mendengar lagu alam kian mendayu. Aku masih bisa merasakan airmata yang terus mengalir. Mengapa demikian pedih terasa di hatiku, mengapa demikian luka menusuk sukmaku. Dan ketika air itu membasuh kakiku, ada sepercik cahaya menelusup jantungku. Berharap semoga tak ada yang menyakitkan diri. Getaran tubuhku mereda, hatiku kian luluh. Suara sang malam merangkulku, dalam kepenatan dan berat hati.

Airmata itu masih mengalir ketika kubersujud. Seakan seluruh alam hening, tunduk pada cahaya malam. Seakan seluruh jiwa berpadu menyelusuri kehidupan. Seakan tubuh dan jiwaku tak bersatu. Seakan semuanya menghilang ditelan malam. Aku bisa merasakan suara hati yang kian merintih. Aku bisa merasakan kesunyian dalam pikiranku. Aku bisa merasakan kehampaan yang begitu nyata.

Aku tak mengerti apa yang harus kulakukan. Segala tawaku lenyap, segala ceriaku terpendam jauh bersama mimpi-mimpiku. Berserakan sudah semua harapan. Lalu apa yang masih tersisa dari semua ini. Sang malam yang hening mungkin telah menertawaiku. Perih…. Semua ini kurasakan begitu perih. Terasa berat di kepalaku, ingin sekali aku terlelap. Ingin sekali aku menjumpai dunia mimpi tanpa kembali ke dunia nyata. Namun mata ini tak mampu terpejam. Dan airmata masih tak berhenti mengalir. Sebegitu parahkan luka di hatiku. Tak pernah aku merasakan hal seperti ini. Begitu terlukanya, hingga tak ada satu suarapun terdengar dari bibirku. Hanya istighfar yang kerap kali terucap dari hati. Begitu agungnya Sang Maha Cinta menciptakan dunia. Begitu sempurna Sang Maha Esa menciptakan diriku.

Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Itu janji Sang Maha Asih…. Semestinya hatiku mampu percaya. Duhai Sang Maha Cinta, hanya padaMu segala ini dikembalikan. Saat ini, di saat seluruh jiwa ragaku hening, kuserahkan semua keputusan padaMu. Dan aku percaya hanya Engkau yang mampu menghapus airmata dan kepedihan ini.

Apa yang harus aku lakukan?

Penantian Cinta sang Akhwat


Kali ini telah habis dayaku untuk menanti. Serasa waktu bergulir begitu saja menorehkan luka di dalam hati. Entah mengapa saat bertemu dengannya malah membuat hatiku terluka. Semestinya aku telah bisa mengikhlaskan apa yang tengah terjadi. Ketika dia tak mampu menaruh kepercayaan padaku.

Kali ini aku lelah berharap. Mencoba mengalihkan pemikiranku dari apa yang kuinginkan. Terus ku berlari tanpa mengetahui arah tujuanku. Hingga lelah terasa begitu nyata dalam napasku. Aku beralih dan berlalu, tanpa peduli apa yang kini menantiku. Aku sungguh enggan untuk menunggu.

Serasa dunia menertawaiku. Aku yang terlalu memegang teguh agama Allah. Aku yang tengah menunggu keajaiban dari-Nya. Aku yang tengah menanti jawaban-Nya. Serasa dunia tak peduli akan tangisku, akan kepedihanku. Aku tak sanggup lagi bertahan. Menyembunyikan rasa perih hatiku yang kian terluka. Ingin kuteriakkan namun bibirku hanya terdiam, sementara airmataku menetes begitu saja. Tiap detik, tiap menit, aku terus berharap keajaiban itu akan tiba.

Aku sungguh tak ingin menyakiti siapapun. Aku juga tak mampu berpaling dari Allah. Ketika semua menatapku penuh tanya, aku hanya terdiam. Aku sudah tak mampu bicarakan lagi. Mimpi-mimpiku serasa dihancurkan begitu saja oleh kenyataan. Ataukah aku yang terlalu berharap?

Aku terus menanti keajaiban itu. Sekalipun detik demi detik tidak terbebas oleh tangisku. Aku yakin suatu saat nanti aku dapat tersenyum bangga. Dengan keteguhan iman yang selalu kujaga. Dengan balutan islam yang selalu kuperjuangkan. Aku kan menyerukan pada dunia, begitu besar cinta Allah pada makhluk yang kerap menjaga agama-Nya. Allah tidak akan mengingkari janji, bukan?

Mengapa aku masih merasakan sepi. Ketika tak ada lagi inginku atas fatamorgana dunia. Aku hanya inginkan rahmat kasih Allah yang kelak mendamaikan hatiku. Aku hanya percaya bahwa tulang rusuk takkan tertukar. Allah telah menyiapkan yang terbaik untukku. Aku mestinya percaya, aku mestinya tak gundah hati.

Ya Rabb, dengan segala kekurangan dan kelemahan kubersujud di hadapanMu. Dan setiap malam takkan berhenti untuk berjumpa denganMu. Yang dengan keterbatasan ini mencoba untuk terus mencintaiMu. Ya Rabb, terangilah hatiku dengan cahayaMu, sungguh kutak sanggup menjalani kehidupan ini tanpa rahmat dan cintaMu.

Ya Rabb, kehidupanku ini kian sepi. Berikanlah pendamping hidup untukku, seorang yang juga mencintaiMu. Seorang yang bisa menerima segala keterbatasanku. Seorang dengan cahaya iman islam dan takkan berpaling dariMu. Seorang yang bisa membawa keluarga kami menuju surgaMu. Seorang yang tulus untuk mencintai, seorang yang penuh kasih sayang, dan seorang yang mampu memberikan kebahagiaan bagi keluarga.

Ya Rabb, izinkanku menjadi wanita shalihah yang kerap mendampingi suami berjalan di jalanMu, Izinkanku menjadi ibu yang sempurna untuk putra-putriku. Sesungguhnya tiada daya dan upaya melainkan kehendakMu. Berikan keteguhan di setiap langkahku menegakkan syariat islam.

Ya Rabb, aku tahu hatiku tengah terluka. Sembuhkanlah luka ini, hapuskanlah setiap tetes airmata yang mengalir. Basuhlah segala kepedihan dengan kasihMu. Aku menanti, dan terus menunggu jawaban ini dariMu ya Rabb. Sungguh aku tak berdaya, dan hanya kepadaMu segala ini kukembalikan. Jiwa, raga, harta dan apapun yang ada ini adalah milikMu. Ya Rabb, kupasrahkan hatiku padaMu.

Ya Rabb, kabulkanlah doaku ini. Ampunilah segala khilaf dan salahku.
Amin ya Rabbal Alamin

Rabu, 08 Desember 2010

Jangan Menangis Untukku



Kali ini membuatku semakin menangis. Janganlah kau teteskan air mata karena aku, karena aku akan semakin berduka. Aku tahu aku merasa sangat sendiri. Aku tahu aku terluka, tapi kumohon jangan menangis.

Beralih sang waktu menembus ragaku yang masih terpaku. Fatamorgana apa lagi yang kini ada di hadapanku. Bukankah aku telah menyingkirkan segala impian yang tak mungkin terjadi. Aku berpikir tak lagi terluka oleh segala mimpi-mimpiku. Namun ternyata aku salah. Alam ini memang nyata tapi fatamorgana itu belum juga lenyap.

Kususuri keteguhan hati yang semakin terelakkan. Aku ingin sekali bersembunyi, namun tak ada tempat untuk sembunyi. Aku terus menangis. Bahkan terasa begitu mendalam segala kepedihan ini. Sungguh aku tak ingin sendiri. Aku benci kesendirian ini. Terlalu sepi. Mungkin sama seperti yang kau pikirkan. Hingga airmata jatuh di pipimu. Lalu kau hapus airmata itu saat aku menatapmu. Aku tahu hatimu terlalu rapuh untuk percaya, aku berusaha untuk tangguh.

Mungkin kau berpikir bagaimana cara mambuatku tertawa. Hingga aku tertawa bersamamu, tapi kau masih mampu merasakan kepura-puraan itu. Sama halnya ketika aku mampu merasakan kepura-puraanmu. Hati kita terlalu rapuh, percayakah dirimu?

Sekilas tatapanmu membuatku merasa bersyukur ada yang mengerti akan kisahku. Sekalipun hatiku terus menolak siapapun yang masuk dalam kehidupanku. Aku tak ingin mereka tahu, aku tak ingin mereka mengerti. Aku hanya ingin Allah yang tahu. Tapi ternyata hatimu bisa membaca hatiku. Dan kau tetap menangis untukku. Aku semakin lemah, dan mungkin telah terjatuh begitu dalam.

Jangan menangis untukku. Aku tahu kamu juga merasakan hal yang sama. Namun kini mungkin kau telah bahagia bersama bidadarimu. Dan kau berdoa semoga kelak aku tak sendiri lagi. Tahukah bahwa tawaku saat itu adalah tangisku. Tahukah dirimu bahwa ucapan 'iya' itu sendiri tak bisa meyakinkan hatiku. Aku terlalu sedih untuk tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi padaku. Apakah sekedar bukti cinta dari Allah agar aku menjadi pribadi yang tangguh. Namun sampai kapan?

Ya Rabb, sungguh aku tak ingin menyalahkan atas kisah yang tertulis untukku. Aku bersyukur menjadi pribadi yang penuh cinta iman dan islam. Aku bersyukur menjadi pribadi yang kerap bersujud di tengah hening malam. Aku bersyukur menjadi pribadi yang tak mampu berpaling dari ayat-ayat Al Qur’an. Aku bersyukur atas orang-orang yang ada di sekitarku.

Tapi kali ini aku tak mampu lagi berkutik, aku terdiam. Seolah menunggu waktu memutuskan apa yang akan terjadi. Aku merasakan kekosongan tak berhingga. Aku merasakan sepi tak terbatas. Aku hanya ingin tersenyum dalam tiap detikku. Aku hanya ingin membuat orang-orang di sekitarku tersenyum bahagia. Apakah itu terlalu berlebihan?

Ya Rabb, seandainya mampu aku berucap. Hilangkanlah fatamorgana ini dari kehidupanku. Aku tak ingin terluka kembali. Aku tak ingin merasakan sakit tak menentu seperti ini.

Ya Rabb, tegarkan aku dalam setiap langkahku….
Ya Rabb, sabarkan aku dalam setiap ikhtiarku….
Karena hanya Allah tempatku berteduh, semoga segala cinta ini kerap berlabuh pada Allah.

Dan jangan lagi menangis karenaku. Aku tak ada maksud untuk menyakitimu. Dan semoga Allah mendengar doa kita, hingga tiada lagi airmata. Semoga Allah menjadikan cinta ini cinta yang hakiki kepada-Nya. Amin ya Rabb….