Senin, 09 Desember 2013

Kelucuan Hasna




Bayi yang lahir tanggal 17 Mei 2013, menjelang satu tahun usia pernikahanku. Kado terindah yang Allah berikan dalam kehangatan rumah tangga kami. Hasna terlahir dengan Caesar karena tulang panggulku yang sempit. Hasna, bayi cantik beratnya 2,925 kg dan panjangnya 48 cm.

Ketika usianya baru tiga hari, Hasna sudah bisa menjilati tangannya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu dia akan menangis jika popoknya basah, baik terkena pipis maupun terkena pup. Selama tiga hari pula kami menginap di RS Hermina Daan Mogot, sebelum akhirnya kami diperbolehkan pulang. 

Ketika usianya tepat enam hari beratnya belum juga naik. Masih sekitar 2,7 kg. Ada tawaran dari dr Kadim untuk memberikan susu formula pada bayi mungilku ini. Hal ini dikarenakan Hasna masih memiliki kuning dan berat tubuhnya tak kunjung naik ke berat awal lahirnya. Namun keputusanku malah berkebalikan, aku memilih untuk ganti dokter anak. Dr Kadim terasa kaku dalam menangani pasien.

Tali pusar Hasna lepas epat ketika dia berusia satu minggu. Hasna pun belum dimandikan oleh ibuku sebelum pusarnya kering betul. Sewaktu tubuhnya terkena air, Hasna menangis. Namun ketika aku bertanya, “Mana cantiknya, Mana cantiknya?”, putri kecilku ini menghentikan tangisnya dan melirik ke kanan dan ke kiri layaknya main mata. Hal ini terjadi berulang, membuatku selalu tertawa melihatnya. Putri kecilku ini juga bisa diajak komunikasi. Ketika dia tidak mau tidur di dalam box bayi, aku selalu membujuknya  dengan mengatakan “Di luar banyak nyamuk, Hasna tidur di box ya, biar ndak digigit nyamuk”. Alhasil Hasna mau tidur di box bayinya. 

Pernah juga saat ayahnya berangkat kerja, Hasna masih tidur. Kemudian seharian aku bilang, “Tadi waktu ayah berangkat kerja Hasna tidur ya, jadi ndak tahu ayah berangkat”. Alhasil besoknya hingga saat ini Hasna tidak mau tidur sebelum melihat ayahnya berangkat kerja. Baru setelah ayahnya berpamitan,bayi cantik ini bisa tidur.

Sebulan berlalu, Hasna sudah mengenal dua kata, “He eh” dan “Ndakkkk”. Dan dia lebih sering pipis di kamar mandi dibandingkan mengompol. Kalau rewel terkadang ibuku bertanya “Mau digendong?”, Hasna menjawab, “He eh”. Namun jika dia tidak mau pipis dan aku paksa pipis di kamar mandi, dia selalu menangis sambil bilang “Ndakkkk”, namun bila dia pipis dia akan diam saja tidak menangis. Benar-benar Hasna anak pintar.

Berat Hasna pun bertambah ketika periksa ke dokter. Beratnya menjadi 3,6 kg. Dokter anak aku ganti dengan Dr Adi Kusumadi. Alhamdulillah dokternya kooperatif dan jauh lebih nyaman dibandingkan Dr Kadim. 

Pada usia 1.5 bulan, Hasna mulai memiliki hobby mengoceh. Ibuku pun kembali ke Surabaya karena aku sudah sembuh pasca Caesar. Kebiasaannya yang mau terngkurep pun mulai sering, tapi dia belum bisa tengkurep.

Pada usia hampir 3 bulan Hasna sudah bisa tengkurep. Walaupun kepalanya masih nyungsep, tapi dia sudah bisa tengkurep di satu sisi. Hasna juga bisa didudukkan di kursi yang memiliki sabuk pengaman. Hasna Hasna juga sudah bisa memainkan mainan yang berbunyi. Hasna sudah bisa main kerincingan dan ikan yang bisa bersuara ketika dipencet. Ibuku pun kembali ke Jakarta karena aku sudah harus mulai masuk kerja.

Hari pertama masuk kerja, Hasna rewel setengah hari. Tidak mau minum ASIP dalam botol. Padahal dia sudah bisa minum memakai botol, hanya saja aku memang tidak pernah meninggalkan buah hatiku dalam jangka waktu yang lama. Alhasil ibuku meminumkan ASIP dengan sendok. Namun setelah melewati siang, Hasna akhirnya mau minum ASIP dalam botol. Mungkin dia sudah kehausan karena menangis sejak pagi dan tidak mau minum ASIP. Sepulang kerja, Hasna langsung minta gendong dan nenen di aku. Sebelum nenen dia nangis tersedu-sedu, sampai hatiku tidak tega untuk meninggalkan buah hatiku kerja esok hari.

Keesokan harinya, aku pamit pada putri kecilku, “Bunda kerja dulu ya, Hasna minum susu yang banyak, biar cepat besar dan cepat pintar”. Hasna pun tidak rewel lagi. Namun sudah menjadi kebiasaannya jika dia mendengar adzan magrib dan aku belum pulang ke rumah. Hasna akan memerah matanya seraya terisak (menangis namun ditahan, bukan menangis keras).

Usia 5 bulan Hasna sudah bisa tengkurep dari sisi kanan maupun dari sisi kiri. Bahkan sudah pandai berguling-guling. Hasna juga suka naik mobil lalu melihat jalan yang penuh dengan mobil dan motor yang lalu lalang. Bahkan Hasna pernah minta untuk duduk sendiri di kursi mobil, dia sudah tidak mau dipangku.

Usia 6 bulan, Hasna sudah ingin berjalan. Sampai akhirnya aku mendapat pinjaman Apollo dari tetangga. Kini dia mulai jalan ke belakang dan kesamping dengan Apollo-nya. Hasna juga sudah tidak mau tidur jika didorong menggunakan kereta dorong Pliko. Dia lebih suka duduk untuk melihat suasana jalan yang dia lalui.

Kebiasaan Hasna yang membuatku takjub adalah seberapapun nyenyak tidurnya, Hasna akan tetap bangun jika mendengar adzan subuh dan adzan magrib. Subhanallah…