Bayi yang lahir tanggal 17 Mei
2013, menjelang satu tahun usia pernikahanku. Kado terindah yang Allah berikan
dalam kehangatan rumah tangga kami. Hasna terlahir dengan Caesar karena tulang
panggulku yang sempit. Hasna, bayi cantik beratnya 2,925 kg dan panjangnya 48
cm.
Ketika usianya baru tiga hari,
Hasna sudah bisa menjilati tangannya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri.
Lalu dia akan menangis jika popoknya basah, baik terkena pipis maupun terkena
pup. Selama tiga hari pula kami menginap di RS Hermina Daan Mogot, sebelum
akhirnya kami diperbolehkan pulang.
Ketika usianya tepat enam hari
beratnya belum juga naik. Masih sekitar 2,7 kg. Ada tawaran dari dr Kadim untuk
memberikan susu formula pada bayi mungilku ini. Hal ini dikarenakan Hasna masih
memiliki kuning dan berat tubuhnya tak kunjung naik ke berat awal lahirnya.
Namun keputusanku malah berkebalikan, aku memilih untuk ganti dokter anak. Dr
Kadim terasa kaku dalam menangani pasien.
Tali pusar Hasna lepas epat ketika
dia berusia satu minggu. Hasna pun belum dimandikan oleh ibuku sebelum pusarnya
kering betul. Sewaktu tubuhnya terkena air, Hasna menangis. Namun ketika aku
bertanya, “Mana cantiknya, Mana cantiknya?”, putri kecilku ini menghentikan
tangisnya dan melirik ke kanan dan ke kiri layaknya main mata. Hal ini terjadi
berulang, membuatku selalu tertawa melihatnya. Putri kecilku ini juga bisa
diajak komunikasi. Ketika dia tidak mau tidur di dalam box bayi, aku selalu
membujuknya dengan mengatakan “Di luar
banyak nyamuk, Hasna tidur di box ya, biar ndak digigit nyamuk”. Alhasil Hasna
mau tidur di box bayinya.
Pernah juga saat ayahnya berangkat
kerja, Hasna masih tidur. Kemudian seharian aku bilang, “Tadi waktu ayah
berangkat kerja Hasna tidur ya, jadi ndak tahu ayah berangkat”. Alhasil
besoknya hingga saat ini Hasna tidak mau tidur sebelum melihat ayahnya
berangkat kerja. Baru setelah ayahnya berpamitan,bayi cantik ini bisa tidur.
Sebulan berlalu, Hasna sudah
mengenal dua kata, “He eh” dan “Ndakkkk”. Dan dia lebih sering pipis di kamar
mandi dibandingkan mengompol. Kalau rewel terkadang ibuku bertanya “Mau
digendong?”, Hasna menjawab, “He eh”. Namun jika dia tidak mau pipis dan aku
paksa pipis di kamar mandi, dia selalu menangis sambil bilang “Ndakkkk”, namun
bila dia pipis dia akan diam saja tidak menangis. Benar-benar Hasna anak
pintar.
Berat Hasna pun bertambah ketika
periksa ke dokter. Beratnya menjadi 3,6 kg. Dokter anak aku ganti dengan Dr Adi
Kusumadi. Alhamdulillah dokternya kooperatif dan jauh lebih nyaman dibandingkan
Dr Kadim.
Pada usia 1.5 bulan, Hasna mulai
memiliki hobby mengoceh. Ibuku pun kembali ke Surabaya karena aku sudah sembuh
pasca Caesar. Kebiasaannya yang mau terngkurep pun mulai sering, tapi dia belum
bisa tengkurep.
Pada usia hampir 3 bulan Hasna
sudah bisa tengkurep. Walaupun kepalanya masih nyungsep, tapi dia sudah bisa
tengkurep di satu sisi. Hasna juga bisa didudukkan di kursi yang memiliki sabuk
pengaman. Hasna Hasna juga sudah bisa memainkan mainan yang berbunyi. Hasna
sudah bisa main kerincingan dan ikan yang bisa bersuara ketika dipencet. Ibuku
pun kembali ke Jakarta karena aku sudah harus mulai masuk kerja.
Hari pertama masuk kerja, Hasna
rewel setengah hari. Tidak mau minum ASIP dalam botol. Padahal dia sudah bisa
minum memakai botol, hanya saja aku memang tidak pernah meninggalkan buah
hatiku dalam jangka waktu yang lama. Alhasil ibuku meminumkan ASIP dengan
sendok. Namun setelah melewati siang, Hasna akhirnya mau minum ASIP dalam
botol. Mungkin dia sudah kehausan karena menangis sejak pagi dan tidak mau
minum ASIP. Sepulang kerja, Hasna langsung minta gendong dan nenen di aku.
Sebelum nenen dia nangis tersedu-sedu, sampai hatiku tidak tega untuk
meninggalkan buah hatiku kerja esok hari.
Keesokan harinya, aku pamit pada
putri kecilku, “Bunda kerja dulu ya, Hasna minum susu yang banyak, biar cepat
besar dan cepat pintar”. Hasna pun tidak rewel lagi. Namun sudah menjadi
kebiasaannya jika dia mendengar adzan magrib dan aku belum pulang ke rumah.
Hasna akan memerah matanya seraya terisak (menangis namun ditahan, bukan menangis
keras).
Usia 5 bulan Hasna sudah bisa
tengkurep dari sisi kanan maupun dari sisi kiri. Bahkan sudah pandai
berguling-guling. Hasna juga suka naik mobil lalu melihat jalan yang penuh
dengan mobil dan motor yang lalu lalang. Bahkan Hasna pernah minta untuk duduk
sendiri di kursi mobil, dia sudah tidak mau dipangku.
Usia 6 bulan, Hasna sudah ingin
berjalan. Sampai akhirnya aku mendapat pinjaman Apollo dari tetangga. Kini dia
mulai jalan ke belakang dan kesamping dengan Apollo-nya. Hasna juga sudah tidak
mau tidur jika didorong menggunakan kereta dorong Pliko. Dia lebih suka duduk
untuk melihat suasana jalan yang dia lalui.
Kebiasaan Hasna yang membuatku
takjub adalah seberapapun nyenyak tidurnya, Hasna akan tetap bangun jika
mendengar adzan subuh dan adzan magrib. Subhanallah…