Selasa, 22 Agustus 2017

Sebuah Keputusan Besar

Dalam kehidupan terkadang kita dihadapkan dengan memilih suatu keputusan. Keputusan keputusan kecil mulai kita buat semenjak kita membuka mata di pagi hari. Contoh mudahnya adalah apakah aku akan bangus sebelum subuh dan mandi sebelum subuh. Ataukan aku akan bangun setelah terdengar adzan subuh dan mandi lalu bergegas sholat. Ataukah aku akan bangun sebelum adzan subuh, wudhu lalu sholat, mandinya nanti saja kalau malasnya sudah hilang.

Keputusan-keputusan kecil lainnya adalah apakah aku akan sarapan sebelum berangkat ke kantor ataukah nanti saja sarapannya setelah sampai di kantor.

Lalu seperti apa keputusan besar itu?

Lima tahun yang lalu, aku bertemu dengan seorang lelaki. Entah mengapa sejak pertemuan  pertama aku sudah yakin bahwa dia adalah jodohku. Seminggu setelah pertemuan pertamaku dengannya, keluarganya datang untuk melamarku. Keputusan yang aku ambil adalah menerima lamaran dari lelaki itu. Hal itu masih cukup mudah bagiku. Namun hari-hari menjelang pernikahan kami itulah yang menurutku sangat berat. Hati sering bertanya, apakah keputusanku sudah benar, apakah dia lelaki yang baik, apakah dia benar-benar jodohku, apakah aku bisa menyesuaikan diri dengan kehidupannya. Berbagai pemikiran yang membuat otakku cepat lelah. Padahal intinya hanya satu, yaitu AKU MULAI RAGU DENGAN KEPUTUSANKU. SEBUAH KEPUTUSAN BESAR yaitu akan menikah dengan lelaki yang baru sekali aku bertemu dengannya.

Sampai akhirnya dua bulan setelah acara lamaran, tibalah pada hari dimana aku akan menikah dengannya. Rasa ragu, was-was, rasa yakin, rasa bahagia, rasa takut semua menyatu di dalam otakku. Aku tak mungkin membtalkan pernikahan ini hanya karena rasa yang berkecamuk dalam otakku. Rasa yang menurutku tak bisa aku kendalikan kecuali dengan berulang kali mengucap istighfar dan berpasrah pada Allah. Jika ini memang jalan terbaik dari Allah maka segala urusan akan dimudahkan oleh-Nya. Namun jika ini bukan jalan yang diridhoi oleh Allah maka segala sesuatunya akan dipersulit oleh-Nya. Akad nikah dan resepsi nikah tanpa ada suatu kendala apapun. Rasa cemasku hilang. Semoga ini adalah jalan yang Allah ridhoi.

Saat akan mengundang teman-teman sekolahku atau teman-teman kuliahku pada acara resepsi pernikahan. Banyak yang gembira, tapi ada juga yang mencibir. BAGAIMANA MUNGKIN KAMU AKAN MENIKAH DENGAN ORANG YANG BARU KAU KENAL. MEMANGNYA DIA LAKI-LAKI YANG BAIK?

Itulah salahsatu keputusan terbesar yang pernah kubuat.

Hari ini 22 Agustus 2017. Aku mendengar seorang teman kerja berpindah agama memeluk agama islam. Hatiku berdetak tak karuan. Entah kenapa aku membayangkan bagaiman perasaannya saat dia islam, sementara ibu ayah dan kakaknya masih beragama selain islam. Aku membayangkan bagaimana caranya dia bisa setegar itu menghadapi kemelut perasaannya.

Yang aku tahu, wanita ini sangat taat beragama, tak pernah jauh dari rumah ibadatnya, namun tiba-tiba memilih islam, ADALAH SUATU KEPUTUSAN YANG BESAR. Alhamdulillah Allah telah memberinya karunia sebesar itu padanya, tapi sekali lagi, bagaiman persaaan orangtuanya. Kecewakah, sedihkah, atau  sudah mengikhlaskan anaknya untuk memilih jalan kehidupannya sendiri. Wallahu a’lam bis shawab. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah padanya dan pada keluarganya, aamiin.

Hari ini juga aku mendengar kabar ustadz kondang yang ternyata diam-diam poligami sehingga istri pertamanya mengajukan gugatan cerai. Padahal yang selama ini aku tahu ustadz ini baik dan santun. Dan yang namanya ustadz tidak perlu diragukan ilmu agamanya. Mungkin saat akan melangsungkan pernikahan dengan istri keduanya dia sudah berkali-kali berpikir sampai akhirnya membuat KEPUTUSAN BESAR untuk  menjalani kehidupan barunya dengan konsekuensi dia bisa kehilangan istri pertama sekaligus anak-anaknya.

Memang poligami adalah hal yang dibolehkan dalam islam. Bahkan Nabi Muhammad pun memiliki banyak istri. Sungguh semua itu diperbolehkan asal bisa bersikap adil. Wallahu a’lam  bis shawab.  Dari sekian banyak ustadz yang sering tampil di media televisi ternyata memilih untuk poligami secara diam-diam. Sungguh keputusan yang besar, karena banyak dari mereka yang kemudian bercerai dengan istri pertamanya.  Jika kita akan berbuat kebaikan, alangkah baiknya jika kita melukai yang lain. Kebaikan untuk semua, rahmatan lil alamiin.

Hari ini aku juga mendengar kabar seorang artist yang sudah insyaf kemudian tergiur kembali masuk ke dunia entertainment. Bahkan demi dunia entertainment ini, dia kemudian berpisah dengan sang istri dan anaknya.. Wallahu a’lam bis shawab.
Hari ini juga aku mendengar berita tentang penipuan kasus umroh oleh dua orang islam. Banyak yang bilang mereka menjual agama demi kehidupan mewah yang dijalaninya saat ini. Bisnis yang dibangunnya bertahun-tahun lenyap sudah oleh gemerlap dunia. Bahkan sekarang harus meninggalkan bayinya yang berusia tiga bulan untuk mendekap di penjara. Masya Allah.

Tapi bagiku semua itu adalah suatu pelajaran berharga, janganlah kita menyia-nyiakan amanah yang Allah titipkan di pundak kita. Iman, islam, istri, anak dan amanah-amanah yang lain hendaklah kita jaga. Janganlah sampai gemerlap dunia membuat kita lupa. Dunia itu jika dikejar tidak akan ada habisnya. Semakin kita mengejar semakin menariklah tipuan dunia. Dan sesungguhnya di sisi Allah lah tempat kembali yang terbaik. Wallahu a’lam bis shawab

Keterangan : penulis juga merupakan pembelajar agama islam. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam penyampaian. Apa yang ditulis oleh penulis semata-mata hanyalah pengingat bagi si penulis itu sendiri. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, aamiin