“Maaf ya sayang, aku mesti merantau di kota yang jauh” ucap
Amran.
Tanpa engkau meminta maaf pun aku sudah terlanjur sangat
terluka. Hampir setahun aku menjalin asmara denganmu dan kini engkau harus
pergi.
“Aku rasa hubungan ini tidak perlu diteruskan lagi. Aku takut
mengganggu konsentrasiku di awal masuk kerja”
Ucapan Amran serasa halilintar yang menyambarku. Membangunkanku
dari mimpi selama ini. Lalu, apa artinya perhatianku padanya selama ini.
“Maksudnya apa Mas?” tanyaku pelan.
“Kita putus saja. Maaf kalo telah membuat Pipit terluka”
“Lha kok bisa putus gitu Mas?”
“Biar Pipit lebih bebas menentukan pendamping hidup, karena
aku belum tentu bisa selalu bersama Pipit”
===
Setahun kemudian
Called : Amran
Aneh juga kenapa Amran menelponku kembali setelah setahun
tak ada kabar darinya. Kuangkat smartphone-ku
“Halo….” sapaku
“Assalamualaikum Pipit, gimana kabarmu?”
“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah kabarku baik. Ada apa Mas,
tumben nelpon?”
“Hem, aku sekarang sudah diangkat jadi pegawai tetap di
perusahaan”
“Selamat ya”
“Makasih. Eh kamu masih kerja di Kediri”
“Masih”
“Sudah punya pacar ya sekarang. Kemaren aku iseng buka
twitter-mu, ada foto pacarmu disana”
“Yup, Mas Amran sendiri gimana. Pacarnya Mas anak mana?”
“Aku sudah insyaf sejak putus denganmu. Sekarang aku mau langsung
nikah aja. Ta’aruf sebentar, kalo cocok ya lansung nikah”
“Ooo gitu”
“Ternyata bener kata Mbakku, buat apa pacaran, justru nambah
dosa, nambah pikiran”
“Oooo…”
“Pipit kapan menikah?”
“Masih belum kepikiran”
“Mendingan jangan kelamaan pacaran”
“Hemm”
Aku malas sekali menanggapi ocehan Amran.
“Oh ya aku kirimin ke alamat Pipit buku berjudul “Ayo muslim
muslimah, say NO PACARAN”
“Buku apa itu?”
“Itu buku bagus banget, ada larangan mendekati zina baik
dari AlQuran maupun AlHadist”
“Oooo”
“Pipit, maaf ya setahun lalu aku mutusin kamu begitu saja”
“Gak papa, aku sudah baikan kok”
“Okay, aku off dulu ya, masih banyak kerjaan. Semoga langgeng
dengan pacarmu yang sekarang sampai kalian menikah nanti”
Aku menangis mendengar omongan dari Amran, semalam aku habis
menangis. Karena kemarin kekasihku menerima tawaran perjodohan yang telah lama
direncanakan kedua orangtuanya. Mungkin benar kata Amran, pacaran itu tak ada
gunanya.
“Mas Amran…”
“Lho suaranya Pipit kok jadi aneh. Kenapa Pit?”
“Aku sudah putus dengan pacarku”
“Lhah…ya udah yang tegar. Banyak-banyak doa supaya Allah
mendekatkanmu dengan jodohmu”
“Aamiin. Kalo seandainya kita balikan lagi gimana?”
“Heemmm, aku ndak bisa jawab sekarang”
“Oke deh” jawabku lesu.
“Oh ya kemungkinan bukunya datengnya besok. Dibaca ya”
“Ya”
“Assalamualaikum Pipit”
“Waalaikumsalam”
Ting tong…
Bel rumahku berbunyi. Kubuka pintu.
“Buat mbak Pipit, ada paket” kata seorang berseragam JNE
“Terima kasih Pak” jawabku seraya mengambil paket yang
diberikan orang tersebut.
Paket berwarna coklat itu ternyata dari Amran. Kubuka paket
tersebut pelan-pelan.
Kok ada undangan nikah
Mohon doa restu atas pernikahan
Amran Hadi Wijaya, ST
Putra kedua Bpk Aryo Husodo & Ibu Laksmi
Dan
Putri Tyas Utami, ST
Putri pertama Bpk Tri Lesmana & Ibu Dewita Larasati
Hatiku kecewa melihat ada undangan dalam kiriman paket buku
dari Amran. Ya Rabb, ampunilah dosaku selama ini dan dekatkanlah jodohku,
aamiin.