Kamis, 22 Mei 2014

Say NO PACARAN




“Maaf ya sayang, aku mesti merantau di kota yang jauh” ucap Amran.
Tanpa engkau meminta maaf pun aku sudah terlanjur sangat terluka. Hampir setahun aku menjalin asmara denganmu dan kini engkau harus pergi.
“Aku rasa hubungan ini tidak perlu diteruskan lagi. Aku takut mengganggu konsentrasiku di awal masuk kerja”
Ucapan Amran serasa halilintar yang menyambarku. Membangunkanku dari mimpi selama ini. Lalu, apa artinya perhatianku padanya selama ini.
“Maksudnya apa Mas?” tanyaku pelan.
“Kita putus saja. Maaf kalo telah membuat Pipit terluka”
“Lha kok bisa putus gitu Mas?”
“Biar Pipit lebih bebas menentukan pendamping hidup, karena aku belum tentu bisa selalu bersama Pipit”
===

Setahun kemudian

Called : Amran
Aneh juga kenapa Amran menelponku kembali setelah setahun tak ada kabar darinya. Kuangkat smartphone-ku
“Halo….” sapaku
“Assalamualaikum Pipit, gimana kabarmu?”
“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah kabarku baik. Ada apa Mas, tumben nelpon?”
“Hem, aku sekarang sudah diangkat jadi pegawai tetap di perusahaan”
“Selamat ya”
“Makasih. Eh kamu masih kerja di Kediri”
“Masih”
“Sudah punya pacar ya sekarang. Kemaren aku iseng buka twitter-mu, ada foto pacarmu disana”
“Yup, Mas Amran sendiri gimana. Pacarnya Mas anak mana?”
“Aku sudah insyaf sejak putus denganmu. Sekarang aku mau langsung nikah aja. Ta’aruf sebentar, kalo cocok ya lansung nikah”
“Ooo gitu”
“Ternyata bener kata Mbakku, buat apa pacaran, justru nambah dosa, nambah pikiran”
“Oooo…”
“Pipit kapan menikah?”
“Masih belum kepikiran”
“Mendingan jangan kelamaan pacaran”
“Hemm”
Aku malas sekali menanggapi ocehan  Amran.
“Oh ya aku kirimin ke alamat Pipit buku berjudul “Ayo muslim muslimah, say NO PACARAN”
“Buku apa itu?”
“Itu buku bagus banget, ada larangan mendekati zina baik dari AlQuran maupun AlHadist”
“Oooo”
“Pipit, maaf ya setahun lalu aku mutusin kamu begitu saja”
“Gak papa, aku sudah baikan kok”
“Okay, aku off dulu ya, masih banyak kerjaan. Semoga langgeng dengan pacarmu yang sekarang sampai kalian menikah nanti”
Aku menangis mendengar omongan dari Amran, semalam aku habis menangis. Karena kemarin kekasihku menerima tawaran perjodohan yang telah lama direncanakan kedua orangtuanya. Mungkin benar kata Amran, pacaran itu tak ada gunanya.
“Mas Amran…”
“Lho suaranya Pipit kok jadi aneh. Kenapa Pit?”
“Aku sudah putus dengan pacarku”
“Lhah…ya udah yang tegar. Banyak-banyak doa supaya Allah mendekatkanmu dengan jodohmu”
“Aamiin. Kalo seandainya kita balikan lagi gimana?”
“Heemmm, aku ndak bisa jawab sekarang”
“Oke deh” jawabku lesu.
“Oh ya kemungkinan bukunya datengnya besok. Dibaca ya”
“Ya”
“Assalamualaikum Pipit”
“Waalaikumsalam”

Ting tong…
Bel rumahku berbunyi. Kubuka pintu.
“Buat mbak Pipit, ada paket” kata  seorang berseragam JNE
“Terima kasih Pak” jawabku seraya mengambil paket yang diberikan orang tersebut.

Paket berwarna coklat itu ternyata dari Amran. Kubuka paket tersebut pelan-pelan.
Kok ada undangan nikah
Mohon doa restu atas pernikahan

Amran Hadi Wijaya, ST
Putra kedua Bpk Aryo Husodo & Ibu Laksmi
Dan
Putri Tyas Utami, ST
Putri pertama Bpk Tri Lesmana & Ibu Dewita Larasati

Hatiku kecewa melihat ada undangan dalam kiriman paket buku dari Amran. Ya Rabb, ampunilah dosaku selama ini dan dekatkanlah jodohku, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar