Selama ini suamiku sibuk bekerja di kantor. Apalagi sejak
tanggal 17 Januari 2013 kemarin Jakarta Darurat Banjir. Tak ketinggalan
kantorku juga dilanda banjir, beberapa dokumen penting dan buku catatan ngajiku
selama setahun lebih pun lenyap dibawa
banjir. PLTU 4&5 serta PLTG blok 2 Muara Karang pun terendam. Karena suamiku
menjadi teknisi pemeliharaan PLTU maka dia sibuk dengan segala hal yang
berkaitan dengan recovery. Namun tanggal 26 Januari dia izin tidak masuk ke
bosnya untuk mengantarkan aku memeriksa kandungan yang hampir berusia enam
bulan.
Kami sampai di RS Hermina sekitar pukul 08.45 WIB. Namun
ternyata dokter kandunganku sedang menangsani pasien yang melahirkan secara Caesar.
Setelah mendaftar di bagian pendaftaran, segera aku cek tekanan darah dan berat
badan. Tekanan darahku normal 110/70, dan berat badanku naik hampir dua
kilogram yaitu 54.10 kg. setelah menanyakan urutan nomer pasien, aku sangat
lega karena aku antrian nomer dua.
Dr Syarifah pun Nampak berjalan menuju ruangan sekitar pukul
09.15 WIB. Pikirku, sebentar saja periksa lalu selesai dan suamiku mau
menemaniku ikut seminar “Pentingnya ASI” oleh dr Dian. Tak disangka sampai
hampir setengah sebelas namaku belum juga dipanggil. Setelah ada enam pasien
yang masuk ke ruangan praktik dokter barulah aku dipanggil. Rasanya kesal dan
mau menangis. Suamiku pun menjadi korban cubitan kekesalanku.
Pemeriksaan yang sangat tidak memuaskan. Yang pertama, buku
catatan kesehatanku yang disimpan di rumah sakit tersebut hilang, akibatnya aku
harus menunggu lama untuk dipanggil ke ruangan dokter. Yang kedua, dokter belum
menjawab pertanyaan suamiku mengenai bayi yang aku kandung, apakah laki-laki
atau perempuan. Yang ketika, mereka tidak mau mencetak foto bayiku karena
gambarnya kurang jelas, padahal sudah dua kali pemeriksaan ini aku tidak
mendapatkan foto bayi dalam kandunganku.
Akhirnya kami menuju ruang seminar di lantai empat. Rupanya dokter
Dian baru datang. Alhamdulillah, aku tidak telat. Suamiku pun rupanya sangat
menikmati materi seminar, sampai akhirnya sekita pukul 12.00 WIB seminar selesai.
Kami pun segera mengambil obat dan membayar tagihan obat di kasir. Pukul satu
siang kami baru mau pulang ke rumah. Tak disangka mobil yang diparkir suamiku
tak bias keluar karena terhalang mobil lain. Akibatnya kami harus menunggu
beberapa menit lagi.
Untuk suamiku sayang, maafkan aku yang kerap emosi. Terima kasih
telah mendampingiku selama ini. Semoga Allah selalu memberkahi kita dan bayi
kita ini. Aamiin…