Selasa, 29 Januari 2013

Pemeriksaan Kandungan Tahap-5





Selama ini suamiku sibuk bekerja di kantor. Apalagi sejak tanggal 17 Januari 2013 kemarin Jakarta Darurat Banjir. Tak ketinggalan kantorku juga dilanda banjir, beberapa dokumen penting dan buku catatan ngajiku selama setahun lebih pun  lenyap dibawa banjir. PLTU 4&5 serta PLTG blok 2 Muara Karang pun terendam. Karena suamiku menjadi teknisi pemeliharaan PLTU maka dia sibuk dengan segala hal yang berkaitan dengan recovery. Namun tanggal 26 Januari dia izin tidak masuk ke bosnya untuk mengantarkan aku memeriksa kandungan yang hampir berusia enam bulan.

Kami sampai di RS Hermina sekitar pukul 08.45 WIB. Namun ternyata dokter kandunganku sedang menangsani pasien yang melahirkan secara Caesar. Setelah mendaftar di bagian pendaftaran, segera aku cek tekanan darah dan berat badan. Tekanan darahku normal 110/70, dan berat badanku naik hampir dua kilogram yaitu 54.10 kg. setelah menanyakan urutan nomer pasien, aku sangat lega karena aku antrian nomer dua.

Dr Syarifah pun Nampak berjalan menuju ruangan sekitar pukul 09.15 WIB. Pikirku, sebentar saja periksa lalu selesai dan suamiku mau menemaniku ikut seminar “Pentingnya ASI” oleh dr Dian. Tak disangka sampai hampir setengah sebelas namaku belum juga dipanggil. Setelah ada enam pasien yang masuk ke ruangan praktik dokter barulah aku dipanggil. Rasanya kesal dan mau menangis. Suamiku pun menjadi korban cubitan kekesalanku.

Pemeriksaan yang sangat tidak memuaskan. Yang pertama, buku catatan kesehatanku yang disimpan di rumah sakit tersebut hilang, akibatnya aku harus menunggu lama untuk dipanggil ke ruangan dokter. Yang kedua, dokter belum menjawab pertanyaan suamiku mengenai bayi yang aku kandung, apakah laki-laki atau perempuan. Yang ketika, mereka tidak mau mencetak foto bayiku karena gambarnya kurang jelas, padahal sudah dua kali pemeriksaan ini aku tidak mendapatkan foto bayi dalam kandunganku.

Akhirnya kami menuju ruang seminar di lantai empat. Rupanya dokter Dian baru datang. Alhamdulillah, aku tidak telat. Suamiku pun rupanya sangat menikmati materi seminar, sampai akhirnya sekita pukul 12.00 WIB seminar selesai. Kami pun segera mengambil obat dan membayar tagihan obat di kasir. Pukul satu siang kami baru mau pulang ke rumah. Tak disangka mobil yang diparkir suamiku tak bias keluar karena terhalang mobil lain. Akibatnya kami harus menunggu beberapa menit lagi.

Untuk suamiku sayang, maafkan aku yang kerap emosi. Terima kasih telah mendampingiku selama ini. Semoga Allah selalu memberkahi kita dan bayi kita ini. Aamiin…

Kamis, 17 Januari 2013

Terkenang Tentangmu




Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Meskipun tempat kerja kami berdekatan, namun aku jarang berjumpa dengannya. Kali ini aku melihat wanita itu, rupanya dia sedang menunggu seseorang. Tak berapa lama sebuah Toyota Avanza berhenti di depannya. Bergegas dia masuk ke mobil berwarna silver tersebut. Entah mengapa ingatanku kembali ke beberapa tahun yang lalu. Seandainya hati wanita itu benar-benar mencintaiku, mungkin aku sekarang adalah lelaki yang berada di mobil itu. Wanita yang tampak anggun menurutku, dan penilaianku kepadanya tak akan berubah.

Tiga tahun yang lalu, aku mengenal sosok bernama Hasna tersebut. Wanita dengan tinggi badan tak lebih dari 150 cm, berkulit sawo matang dan beberapa bekas jerawat di pipinya. Tampak tutur katanya sopan kepada semua orang. Sikapnya yang tegas membuatku hampir tak bisa melupakannya. Padahal saat itu aku sudah punya kekasih hati. Tampaknya jalinan persahabatan kami mengisahkan kisah lain. Kami pun menjalin hubungan tanpa status. Satu hal yang menjadi prinsipnya, tidak mau jalan berdua dan tidak mau disentuh anggota badannya. Padahal tiap orang pacaran cenderung memegang tangan atau pundak. Dan satu lagi dia menegaskan bahwa hubungan yang agak special itu bukanlah pacaran.

Sampai akhirnya kekasihku tahu perihal keberadaannya. Ketika kekasihku nan jauh di sana menegur Hasna, wanita manis itu hanya berkata “Jodoh itu milik Allah, dan hanya Dia yang berhak memutuskan lelaki ini akan menikah dengan Mbak atau denganku atau dengan wanita lain”. Rupanya kekasih hatiku sangat marah akan perkataannya sehingga aku pun ikut menegur Hasna.

“Kembali padanya dan lupakan aku, lupakan semua kisah diantara kita” kata Hasna yang saat itu sangat marah. Aku berusaha meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi nyatanya semua jadi berantakan, dan hubunganku dengan Hasna karam oleh sang waktu. Sampai akhirnya aku mengabarkan tentang pernikahanku. Aku tidak menikah dengan kekasihku yang dulu, juga bukan dengan Hasna, melainkan dengan wanita lain. Wanita yang mau dan mampu kuajak hidup apa adanya. Wanita yang mau menjadi ibu rumah tangga saja.

Kini, aku telah memiliki seorang putra. Namun saat melihat Hasna, terasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupku. Hasna memang telah menikah, bahkan ia tengah mengandung anak pertamanya. Namun setiap kali aku melihat suami Hasna, terasa cemburu memuncak di dalam hatiku. Wanita yang pernah kupuja, wanita yang mandiri, wanita yang cerdas.

Kumenangis melepaskan kepergianmu dari sisi hidupku, harus selalu kau tahu akulah hati yang pernah kau sakiti …. (Hati yang Tersakiti oleh Rossa)

Hujan mulai mengguyur ketika aku mengendarai motorku menuju kontrakan. Masih  teringat aku tentang Hasna, tentunya wanita itu sekarang sudah tinggal di rumah suaminya. Semoga dia selalu bahagia. Wajah manisnya sungguh sangat indah dilihat ketika dia tersenyum. Hasna, satu kenangan yang sulit untuk kulupakan.


Selasa, 08 Januari 2013

Wanita itu…




Seperti apa rasanya cemburu??? Suatu malam usai gerimis, suamiku tersenyum memandangi handphone-nya. “Ada sms” katanya kepadaku. “O… dari siapa?” tanyaku. Dia pun menunjukkan tulisan sms di HP-nya. Kubaca nama Evi 03 di layar HP-nya. Suamiku menjelaskan secara singkat bahwa Evi adalah wanita yang pernah dikenalkan kepadanya.

‘Assalamualaikum. Mas Arif apa kabar?’
Sempat suamiku bertanya, apa sms itu perlu dibalas. “Dijawab aja” jawabku.
‘Waalaikumslm, Alhamdulillah baik. Dik evi pa kbr?’ jawab suamiku.
‘Masih nyimpen nomerku toh mas?’
‘Iya, masih’ tulisku di HP suamiku. Suamiku sempat protes karena khawatir sms-nya akan terus berlangsung.
‘Masih tinggal di Jakarta, Mas?’
‘Iya, aq tinggal di tangerang, masih di Jakarta. Dik Evi sendiri?’
‘Aq dah pindah ke Pancoran, Mas. Oh ya, afwan, waktu itu aq mau kenalin mas sama temenku, tapi mas arif waktu itu masih berduka. Gmn mas, apa sekarang sudah ada calon?’
‘Oh itu, ndak apa2 dek. Alhamdulillah aq dah nikah Mei 2012 kmrn’ tulisku membalas sms dari Evi. Sempat suamiku takut aku akan berkata kasar kepada wanita itu. Namun akhirnya dia menyetujui apa yang aku tulis di HP-nya.
‘Alhamdulillah kalau begitu. Barakallah mas…Gmn, apa sudah ada momongan?’
‘Makasih atas doanya dek. Jazakumullah khoiron katsiro…Alhamdulillah, istriku baru hamil 5 bulan’ jawabku juga.

Bagaimana rasanya ada wanita lain yang perhatian pada suamiku. Ternyata ada rasa sakit menelusup hatiku. Berharap aku mengerti apa yang tengah mereka bicarakan. Alhamdulillah, aku dikaruniai suami yang begitu pengertian. Dia menyerahkan urusan itu kepadaku. Dan Alhamdulillah sms dari Evi berhenti sampai di situ.
“Evi nol tiga berarti kuliahnya angkatan dua ribu tiga dong mas?” tanyaku pada suamiku.
“Iya. Kenapa dek?” tanya balik suamiku.
“Berarti masih muda aku dong. Aku kan angkatan dua ribu empat” jawabku.
Suamiku mencubit tanganku seraya tersenyum.

Evi adalah wanita yang pernah diantar suamiku pergi ke Roxy untuk membeli HP. Saat itu wanita ini menolak suamiku karena suamiku tidak mau diajak mengaji. Who khows, sekarang malah suamiku aktif mengikuti mengaji hari Rabu dan Jumat di kantor kami. Awalnya memang untuk menemaniku, tapi akhirnya malah dia tidak mau absen kecuali jika ada keperluan urgent seputar kelangsungan Unit Pembangkit.

Yaa Allah, lindungilah suamiku, mudahkanlah urusannya, lapangkanlah rezekinya, berkahilah dia. Aamiin.


Jumat, 04 Januari 2013

Pemeriksaan Kandungan Tahap-4




Kali ini aku tak bisa menyembunyikan rasa kekecewaanku. Hingga suamiku tahu apa yang sedang aku pikirkan. Ketakutan yang ada di dalam  pikiranku, ketakutan akan apa yang ada di hadapanku. Padahal siapa aku??? Aku sama sekali tidak berhak untuk menghakimi apa yang akan terjadi esok hari.

Sabtu, 29 Desember 2012
Periksa kandunganku yang usianya hampir  lima bulan. Suatu pernyataan dari dokter yang membuat raut mukaku langsung berubah. Seketika juga ruangan terasa pengap bagiku. Senyum yang memudar dari bibirku. Aku takut jika tiba-tiba aku menangis. Hal yang tak bisa aku kendalikan ketika pikiranku sedang kacau. Rupanya suamiku menangkap kekhawatiranku.

Usai pemeriksaan suamiku membawa aku untuk berkunjung ke rumah adiknya di Bekasi. Ingin mengunjungi keponakan kami yang selama ini tinggal di Rembang. Bayi mungil bernama Nabila Azyan Firdausi. Dalam perjalanan suamiku menegur mengapa aku lebih pendiam, dan aku hanya menjawab “Tidak apa-apa”. Berulangkali suamiku bertanya dan aku menjawab dengan jawaban yang sama.

Hasil pemeriksaan di RS Hermina Daan Mogot berat badanku naik sekitar 3 kg. sekarang berat badanku 52,6 kg, tekanan darah masih rendah 100/60, dan bayi dalam kandunganku sudah tidak kekurangan air ketuban. Dokter juga sudah memeriksa jari-jari tangan dan kaki bayi mungil dalam kandunganku. Alhamdulillah semuanya masih dalam batas normal. 

“Kecewa karena dokter mengatakan kemungkinan merupakan bayi perempuan???” tanya suamiku retoris. Meledaklah tangis yang selama ini aku sembunyikan.

Tangisku tidak hanya sekali, melainkan tiga kali dalam sehari. Hingga suamiku memintaku untuk menceritakan kekhawatiran yang menaungi pikiranku. Aku memang kerap berpikir terlalu panjang, bahkan hal yang sangat jauh dari masa depanku.

Alhamdulillah, Allah memberi suami yang sangat sabar bagiku. Bahkan dikala aku tidak ingin makan, dia berusaha menuruti semua keinginanku, walaupun akhirnya dia yang menyuapiku. Kekhawatiranku yang selama ini membelenggu belum juga hilang, namun suamiku berusaha mengurangi beban yang ada di pikiranku. Semoga Allah selalu melindungi kami semua. Aamiin…

Satu hal yang aku masih tak mengerti. Banyak yang berpikir aku adalah wanita yang tangguh dengan segala keimanan yang aku miliki. Padahal jauh di dalam hatiku, aku sebenarnya takut. Hanya saja aku yakin Allah selalu bersamaku.

Kini, aku harus menepis semua kekhawatiran ini. Kuyakinkan diri hanya Allah yang mampu melindungi hamba-Nya. Hanya Allah yang bisa memberi pertolongan setiap hamba-Nya. Hanya Allah yang bisa memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang bertaqwa.

Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (QS. Luqman : 34)