Kamis, 21 April 2011

Hati yang Merasa


Tidak ada sesuatu yang kebetulan terjadi di dunia ini. Allah telah menulis scenario dalam kehidupan kita. Termasuk pertemuan antara aku dan dirimu. Sekian lama aku meninggalkanmu. Sekian lama aku tidak bertemu denganmu. Namun ternyata kita dipertemukan kembali.

Aku merasakan bahagia saat bertemu kembali denganmu. Meski belum juga saling bertatap mata. Aku merasakan nyaman saat kau hadir. Aku selalu menantikan malam untuk bisa merasakan kehadiranmu. Entah mengapa, aku merasa sangat membutuhkanmu.

Aku terlalu takut untuk kehilanganmu, terlalu takut membuatmu terluka. Apa aku benar-benar telah jatuh hati padamu. Mungkin kau juga kerap bertanya dalam hatimu, mengapa kau juga merasakan nyaman. Apakah ini alasan Allah mempertemukan kita, apakah Allah telah menuliskan kisah tentang pertemuan kita ini.

Mengapa hatimu meragu. Dan mengapa kau malah bertanya padaku atas perhatianku ini. Bukankah kau yang memperhatikanku selama ini. Membuatku merasa seperti ratu yang kerap dimanjakan oleh perhatianmu. Apakah terselip rasa rindu di hatimu yang sama dengan rasa rinduku padamu. Terkadang aku meragu atas rasa ini, namun hatiku kerap tenang saat kau ada.

Tahukah dirimu, membuatku tersenyum saat aku menangis. Tahukah kehadiranmu sangat berarti bagiku. Tahukah dirimu aku takut kehilanganmu. Tahukah dirimu tiap hari selalu kunantikan kehadiranmu.

Mungkin kita mestinya bertanya pada hati. Mengapa rasa nyaman dan rindu kerap menghantui. Membuatku tak bisa melepaskan diri darimu. Membuatmu takut aku marah. Membuatku takut kau terluka. Membuat kita saling bermanja. Karena hanya hati yang bisa merasakannya. Ketika bibir tak sanggup mengungkapkan perasaan aneh ini, mungkin hanya hati yang bisa mengerti.

Yaa Muqallibal Qulub….
Jika memang ini jalan yang Kau tuliskan untukku
Jika memang dia pemilik tulang rusuk ini
Mudahkanlah jalan bagi kami untuk bersatu atas rahmat-Mu
Mudahkanlah kami menikah atas ridho-Mu
Mudahkanlah jalan bagi kami menuju cinta dan kasih-Mu

Yaa Rabb, illahi syafarat yadayya fatrubhuma
Sungguh hamba membutuhkan seorang imam dalam kehidupanku
Seorang imam yang menemaniku di dunia dan akhirat
Seorang imam yang mampu membawa kami dan keturunan kami menjadi mujahid-Mu

Yaa Rabb, hanya pada-Mu aku memohon
Hanya kepada-Mu segala harapan bertumpu
Kabulkanlah doa hamba ini
Amin ya rabbal alamin

Rabu, 20 April 2011

Bahagiaku karenamu


Bagaimana bisa kulupakan dirimu
Padahal hati ini tak berani banyak berharap
Atas kehadiranmu kembali dalam kehidupanku
Yang telah lama kutinggalkan dalam bingkai kenangan

Setiap detik aku menantikanmu
Setiap nafas seolah untaian bahagia tak terhingga
Sungguh aku takut terluka
Sungguh aku takut untuk berduka

Bahkan saat ini aku takut kehilanganmu
Aku takut kau menjauh dariku
Kunantikan hadirmu di tiap denyut jantungku
Kurindukan dirimu di setiap detik yang kumiliki

Apa rasa ini sama dengan yang kau rasakan?
Serasa nyaman berada dalam manjamu
Serasa indah berada dalam perhatianmu
Serasa bahagia atas dirimu

Berbagai tanya yang tak mampu kuucapkan
Rasa yang tak pernah hadir dalam kehidupanku
Kini membelenggu aku dalam pengharapan
Aku membutuhkanmu

Ya Rabb, pemilik segala hati
Kuserahkan segenap hatiku pada-Mu
Karena aku tak mampu menahan perasaan ini
Karena aku terlalu takut untuk melangkah

Ya Rabb, apa yang mesti aku lakukan
Jika …
Setiap kehadirannya membiusku dalam kebhagiaan
Setiap hari menjadi kerinduan hati
Setiap kehadirannya adalah bahagiaku

Aku percaya rezeki dan jodoh telah Kau tentukan
Namun aku sungguh tak ingin tersakiti
Aku tak ingin menangis

Ya Rabb, jika dirinya yang Kau tentukan untukku
Ridhoilah langkah kami menuju pernikahan
Menuju ikatan abadi dunia akhirat
Meraih rahmat dan karunia-Mu

Ya Rabb, aku percaya
Tulang rusuk takkan tertukar

Ya Rabb, genggamlah hatiku dalam naungan cinta-Mu
Ya Rabb, tunjukkan jalan menuju ridha-Mu
Ya Rabb, illahi syafarat yadayya fatrubhuma
Di tanganku tengah butuh pendamping, maka pertemukan jodohku
Amin Ya Rabbal Alamin

Jakarta, 20 April 2011

Senin, 04 April 2011

Jika Ini Cinta



Masih teringat jelas saat pertama kita bertemu. Tatapan mata yang begitu teduh telah membiusku. Bagaimana aku mampu membohongi diriku sendiri atas keberadaan rasa ini. Antara aku dan dirimu. Saling melengkapi dalam setiap keadaan. Dan bagiku kehadiranmu sangat berarti. Seakan membangunkan mimpiku yang telah lama terkubur. Seakan membuatku berani untuk membangun mimpi-mimpi baru. Seakan memberiku harapan atas sebuah kenyataan.

Setelah bertahun lamanya aku meninggalkanmu. Apakah tatapan itu masih seperti yang dulu. Apakah rasa itu masih bertahan. Sementara sang waktu mulai mendewasakanmu. Sementara mimpi kita telah berbeda jauh. Apakah aku terlalu berharap semua kembali sama seperti dulu. Saat keberadaan kita merupakan cerita tak terlupakan.

Kenyataannya aku masih tak bisa membendung rasa ini. Bahagiaku saat kau ada. Bahagiaku kau ada di sini. Bahagiaku kau mengingatkanku pada masa lalu. Mesti enggan, akhirnya aku terjatuh pula dalam rasa yang tak menentu. Pantaskah seorang sepertiku terus hadir dalam kehidupanmu. Pantaskah wanita sepertiku mendampingi lelaki tangguh sepertimu. Sungguh hatiku meragu, karena hati ini tak ingin tersakiti. Namun kehadiranmu tetap menjadi harapan bagiku.

Jika ini cinta, kuberharap Tuhan menyatukan kita berdua.
Jika ini cinta, aku berdoa semoga kita berjodoh di dunia dan di akhirat.
Jika ini cinta, kuberharap kasih ini tulus untuk mendapat ridho-Nya.

Entah mengapa aku merasa begitu mengenalmu meskipun sebenarnya tak ada yang aku tahu tentangmu. Entah mengapa hatiku tenang saat kutahu kau telah berada di sini, di tempat yang tak jauh dariku. Entah mengapa bisa kunikmati keberadaanmu meski belum juga kita bertemu. Aku merasa kau ada di sisiku, tersenyum dan selalu mengiringi hariku.

Airmata kerap mengiringi hariku. Hingga terkadang yang kuharap saat itu adalah kehadiranmu. Apakah aku telah mencitaimu?
Jika ini cinta….



Jakarta, 2 April 2011

dengan-Mu


Senja mulai menampakkan jingganya
Suara adzan magrib terdengar syahdu
Namun hatiku masih juga berkelut dengan anganku
Tidaklah aku beranjak menuju rumah-Mu
Bukankah dulu setiap kesibukan yang ada selalu kusempatkan mengunjungi-Mu
Di mana kerinduan pada-Mu
Kerinduan akan mendengar ayat-ayat-Mu


Melodi kehidupan ini bukanlah suatu hal yang panjang
Hidup hanyalah sebentar saja
Mengapa begitu mudah hati ini lalai
Godaan syetan ataukah nafsu yang kini membelengguku
Ya Rabb, jangan biarkan aku menjauh
Rangkul aku dalam buaian kasih-Mu


Ya Rabb, hati ini terlalu rapuh untuk Kau lepaskan
Jangan pernah Kau izinkan aku mencintai yang lain lebih dari cintaku pada-Mu
Segala hidupku ini hanyalah milik-Mu
Dan hanya pada-Mu aku bersimpuh
Hanya pada-Mu akau bersujud
Hanya pada-Mu kuserahkan hidup dan matiku


Fatamorgana cinta ini hadir begitu nyata dalam hidupku
Membuatku melayang dengan sentuhan semunya
Membuatku tersenyum dan menangis dalam waktu bersamaan
Membuatku punya semangat dan putus asa secara bersamaan pula
Membuatku yakin dan ragu dalam waktu yang sama
Ini terlalu rumit bagiku


Bukankah Kau tahu isi hatiku
Bukankah Kau tahu apa yang terbaik untukku
Jangan biarkan aku terjatuh
Jangan biarkan aku menangis
Jangan biarkan aku terluka
Ya Rabb, hanya pada-Mu aku meminta pertolongan


Perlahan suara Al Qur’an terdengar di telingaku
Suara itu bukan dari hati
Dan tak ada airmata
Di mana hatiku saat itu
Masihkah berada di tengah gemerlap dunia
Masihkah pikiran ini memayungi mimpi
Ya Rabb, di mana ketulusan hati itu


Masih kurasakan denyut jantungku
Masih normal memompakan darah ke seluruh tubuh
Lalu, di mana ucapan syukur itu
Apakah terhanyut oleh fatamorgana?
Astaghfirullahal adzim wa ‘atuubuu ilaih


Masih kurasakan udara keluar masuk dari lubang hidungku
Paru-paru ini masih bernapas
Di mana ucapan hamdalah itu tersimpan
Dan ayat-Mu kemudian menegurku
Fabiayyi alaa irabbikuma tukadziban
Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?


Malam ini begitu hening
Perlahan paras kedua orangtuaku muncul
Airmataku jatuh begitu saja
Hatiku bergeming


Ya Rabb, tiadalah yang indah selain rencana-Mu
Sungguh diri ini begitu kecil dan lemah
Tunjukkanlah jalan bagiku
Tak ingin tersesat
Tak ingin berpaling dari-Mu


Malam ini sangat sunyi
Bahkan suara cicakpun terdengar begitu keras
Ya Rabb, sampaikan salam rinduku pada Rasulullah
Telah lama diri melupakan shalawat
Ya Rabb, sampaikan salam rinduku pada kedua orang tuaku
Sesungguhnya ridha-Mu terletak pada ridha mereka
Ya Rabb, sampaikan salam rinduku pada imamku
Telah lama aku menunggu kedatangannya
Ya Rabb, aku mencintai-Mu


Malam ini begitu sepi
Fatamorgana cinta ini akan aku simpan
Dan kunantikan keputusan-Mu
Hidup, mati, jodoh dan rezeki telah Engkau tentukan
Dan Engkau bersama dengan orang-orang yang sabar serta bertawakal
Ya Rabb, rangkul aku kembali dalam cinta-Mu
Dan biarkan aku bertemu dengan-Mu di keheningan malam nanti
Hanya dengan-Mu, cinta ini menjadi hakiki
Hanya dengan-Mu, kasih ini menjadi abadi
Hanya dengan-Mu, mampu kuarungi bahtera kehidupan
Hanya pada-Mu segala ini dikembalikan


Ya Rabb, kabulkanlah permohonanku
Amin…


Jakarta, 27 Maret 2011

Untuk Abi


Aku merindukan kehadiranmu Abi….
Tahukah engkau aku berlari mencarimu.
Aku terdiam menunggumu.
Ingin sekali kudengar suaramu.
Ingin sekali kuraih manjamu.
Seandainya mampu kutulis kisah ini.
Hingga engkau bisa bahagia bersamaku.


Aku menantimu Abi…
Sekalipun angin dingin menerjangku.
Aku akan tetap berdiri menanti hadirmu.
Begitu berartinya dirimu bagiku.
Kuberharap takkan ada airmata lagi.
Meski lelah diri menanti.


Aku mencintaimu Abi…
Seputih awan yang memberi lukisan indah pada langit.
Segemerlap bintang menghiasi langit malam.
Secerah mentari pagi yang bersinar lembut.
Aku mencintaimu karena engkau pun mencintai-Nya.


Terkadang diri ini meragu.
Akankah masa bahagia itu akan datang.
Sementara aku hanya terdiam dan membisu.
Tak ada kata lagi yang mampu kuucap.
Hanya suara hati yang merindukanmu, sangat merindukanmu.


Kuhela napas.
Kurasakan denyut jantungku kian melambat.
Aku tak ingin terluka.
Aku tak ingin berduka.
Abi… di mana engkau kini berada.
Apakah engkau rasakan sepi seperti yang kurasa.
Ataukah engkau terlalu sibuk memperjuangkan syariah agama.
Aku benar-benar telah mencintaimu.
Bahkan sebelum aku tahu siapa dirimu.


Aku merindukanmu Abi.
Airmata ini takkan mengingkari.
Senyum di tengah kegalauan hati.
Aku mencintaimu Abi.
Mujahid Allah yang tak kenal lelah membela-Nya.
Senandung rindu ini terangkai menyambut hadirmu.


Aku merindukanmu.
Aku mencintaimu.
Aku menunggumu.
Abiku sayang.


Jakarta, 6 Februari 2011