Senin, 24 Januari 2011

Rasa dalam Asa


Aku bukanlah wanita cantik yang bisa menjadi cinta bagi para Adam. Hatiku terlalu rapuh, terlalu takut untuk terjatuh. Aku terlalu lemah untuk berjalan di atas terjal jalan kehidupan. Namun aku mesti bertahan, dan mesti mencoba untuk mengarungi bahtera kehidupan dengan melakukan yang terbaik. Bagiku kehidupan ini begitu berat.

Aku bukanlah sosok sempurna idaman para Adam. Aku tak mengerti arti senyum yang terkembang di bibirku tiap pagi hari. Aku hanya berharap bisa menjadi cahaya bagi sekitarku. Aku selalu berharap bisa memberi kebahagiaan bagi semua makhluk-Nya. Aku memang sangat tak sempurna tapi aku punya ketulusan kasih yang tak berhingga.

Aku bukanlah orang yang bisa mengagungkan kekayaan dan jabatan. Karenanya mungkin aku tak berarti di hadapan mereka. Namun aku hanya ingin melihat kebahagiaan dari tawa mereka. Aku bahagia jika orang sekitarku bahagia. Aku…hanyalah seorang yang penuh dengan kekurangan. Bahkan airmata kerap menjadi teman dalam malamku. Aku hampir tak mengerti arti kehidupan ini. Terjalnya kehidupan ini tentunya bisa membuatku tangguh untuk bertahan.

Aku bukanlah pujaan setiap insan. Karena kutahu begitu lemahnya diriku. Meskipun terkadang ada pujian untukku. Namun tetap saja aku tak bisa menjadi sang juara. Aku hanya ingin sedikit berarti, bukanlah terasingkan dalam kehidupan ini. Aku benar-benar takut terluka. Aku benar-benar takut terjatuh. Jika saja mampu kuteriakkan ketakutanku dan kekecewaanku.

Aku bukanlah wanita cantik yang menjadi pujaan hati sang Adam. Aku bukanlah sosok idaman yang dirindukan mereka. Aku bukanlah sosok yang penuh kesempurnaan. Aku bukanlah sang juara yang selalu dinantikan. Aku terlalu rapuh dalam kesendirianku. Airmata dibalik setiap senyuman. Aku mesti berjalan tanpa merasakan langkahku. Aku mesti bernapas tanpa merasakan napasku. Aku mesti bertahan atas apa yang ada di hadapanku.

Semua hal telah tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Terkadang apa yang kita perkirakan baik belum tentu baik di hadapan-Nya. Allah-lah pemilik segala hati. Hanya pada-Nya aku berteduh. Hanya pada-Nya hingga saat ini aku mampu bertahan. Bukanlah karena hal yang fana. Aku hanya ingin mensucikan hatiku untuk terus mencintai-Nya karena aku percaya janji-Nya.

Dalam sujud aku selalu meminta ketulusan hati untuk bisa terus bersama-Nya. Mengarungi hari dengan rahmat dan ridha-Nya. Sekalipun kepedihan kerap membayangi hariku. Dan segala mimpiku telah hancur berkeping-keping. Aku tahu masih ada harapan di sana. Aku tahu Allah akan datang padaku, menghapuskan tiap aliran airmata. Sungguh aku takut sendiri. Aku takut hidup dalam sepi. Aku takut terluka. Aku takut kukecewa. Aku takut dan terlalu takut. Aku takut berharap. Aku takut akan airmata ini. Aku takut kerap berdiri di tengah sendiriku. Aku takut, benar-benar takut.

Dalam hening malam, ingin sekali kulukiskan betapa agung cinta-Nya padaku. Memberiku waktu untuk bisa lebih berarti bagi sesama. Mestinya kuhapus segala keraguan dan kesedihan ini. Aku tak ingin menangis kembali. Aku ingin tersenyum layaknya mentari menyinari dunia. Aku ingin menjadi lilin kecil di tengah pekat malam tanpa cahaya bulan. Aku ingin menjadi bintang yang member kedamaian di hati. Aku hanya ingin sedikit lebih berarti.

Ya Rabb, mengapa hatiku kian menangis pedih. Mengapa hatiku kian hampa. Mangapa ada rasa kesal atas apa yang ada. Mengapa rasa bahagia ini lenyap. Mengapa aku merasakan begitu terluka. Apakah aku benar-benar telah jatuh. Apa aku benar-benar telah terluka. Aku hampir tak bisa mengaerti apa yang terjadi. Setiap senyum adalah untaian airmata di hatiku. Aku terlalu takut.

Ya Rabb, apa yang mestinya aku lakukan. Mengapa tangis selalu menemani malamku. Tak bisakah aku tersenyum dengan penuh puji bagi-Mu. Aku hanya bisa berharap pada-Mu. Bagaimana semua hal fana ini bisa membuatku sakit. Bagaimana bisa airmata ini tak berhenti mengalir. Mengapa aku terlalu berduka. Mengapa aku tersenyum dan hatiku terluka.

Ya Rabb, setiap kali ada rasa iri pada mereka. Aku juga ingin kebahagiaan. Aku juga tak ingin sendirian. Aku takut. Aku takut dan aku terluka. Aku takut dan aku berduka. Aku tak bisa berkata apapun. Aku tak mampu berteriak sekalipun ingin kulakukan.

Ya Rabb, tangkap aku dalam terang-Mu. Ya Rabb, jangan tinggalkan diriku.
Ya Rabb, izinkan aku mencintai-Mu….selalu


Jakarta, 23 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar