Jumat, 22 September 2017

Antara Putri dan Bunda




Hening malam dalam syahdunya.
Gugusan bintang berkelip manja.
Wajah sang bulan di sapu oleh lembutnya awan hitam.
Angin sepoi membuat dedaunan dan ranting bergoyang.
Sungguh begitu indah dan nyamannya.

“Engkau lihat putriku, begitu indahnya malam ini” ucap sang ibu pada anak semata wayangnya.
Sang putri tersenyum manis. Wajah yang teduh tampak dari raut mukanya. Berdua berada di balkon lantai dua rumah mereka, sedang menikmati malam tanpa hujan.
“Ibunda, terimakasih atas segala kasih sayang dan pengorbanannya selama ini”
“Kau tetap menjadi anak Bunda sayang, Bunda tak akan pernah berhenti berdoa untukmu”
“Jika kelak aku menikah nanti dan ikut suami untuk keluar kota, apakah Bunda tidak bersedih?”
“Tentu saja Bunda bahagia, selama dirimu juga bahagia.”
“Putri sayang Bunda”
“Bunda juga sayang putri. Pesan Bunda pada putri selalu mainkan tokoh yang baik dalam setiap episode kehidupan. Kita tak pernah tahu sampai kapan Tuhan memberi kita kesempatan untuk hidup”
“Iya Bunda”

Putri benar-benar tidak tahu. Dan tidak pernah menyangka. Seminggu setelah pernikahannya berlangsung, ibundanya jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Satu pesan Bunda yang masih terngiang dalam benak putri.
Selalu mainkan tokoh yang baik dalam setiap episode kehidupan. Kita tak pernah tahu sampai kapan Tuhan memberi kita kesempatan untuk hidup

Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan, dan tidak ada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering , melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz) . (Qs Al An’am  :59)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar