Selasa, 18 Oktober 2011

KEPERGIANMU, CINTA


Sejak ia pergi dari hidupku
ku merasa sepi
dia tinggalkan ku sendiri
tanpa satu yang pasti



aku tak tahu harus bagaimana
aku merasa tiada berkawan
selain dirimu
selain cintamu

Kirim aku malaikatmu
biar jadi kawan hidupku
dan tunjukan jalan yang memang
kau pilihkan untukku

Kirim aku malaikatmu
karena ku sepi berada di sini
dan di dunia ini
aku tak mau sendiri

tanpa terasa aku
teteskan air mata ini
yang tiada berhenti
mengiringi kisah di hati


Lagu "Aku tak Mau Sendiri" yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari terdengar jelas saat Kirana dan Arif melewati salah satu toko di Mega Mall.


Kesal di hati Kirana belum juga hilang. Segala peristiwa yang terjadi beberapa bulan ini bergulir membuat harinya kerap diisi dengan tangis. Mengapa juga ada orang yang tega menyakitinya. Bukankah hatinya terlalu rapuh untuk disakiti. Bukankah hatinya terlalu lemah untuk cobaan sebesar itu.

“Rana” tegur Arif seraya menatap gadis yang ada dihadapannya.
Rana menatap lelaki yang kini menatapnya. Pipinya bersemu merah, sementara terlihat airmata di ujung matanya.
“Halo, dimana Rana yang dulu selalu ceria?” Arif menatap paras wanita yang dicintainya.
“Maafkan Rana, Mas”
“Itu memang menyakitkan. Tapi akan lebih menyakitkan jika Rana terus menerus mengingatnya”
“Rana tahu Mas … “
“Rana terlalu baik untuk lelaki seperti ia”
“Setiap aku melihat wanita, aku selalu merasa berjumpa dengan kekasihnya. Rasanya benar-benar sakit Mas, dihempaskan begitu saja. Apalagi kata-katanya kasar, membuat hatiku merasa semakin sakit. Ini semua terjadi begitu cepat. Otakku tak mampu menerimanya Mas. Aku bingung menghadapi semua ini. Hatiku terlalu kesal.”
“Rana kan wanita yang baik, seharusnya bisa memaafkan dan mengikhlaskan”
“Seandainya saja ia tidak menyakiti hati kedua orangtuaku, tentu akan mudah bagiku melupakannya. Tapi ia telah membuat kedua orangtuaku menangis. Bagaimana aku tidak marah atas sikapnya itu. Kalau memang ia mengenalku secara baik-baik seharusnya ia juga melepaskanku secara baik pula. Bukan dihempaskan seperti aku ini wanita yang tak punya izzah. Aku benar-benar kehilangan arah. Aku terlalu terluka Mas”
“Andai kau izinkan aku menghapus tangismu, Rana”
Wanita itu menatap polos, “Apa Mas serius?”
“Insya Allah”
Wanita itu menunduk.
“Rana belum siap ya?” tegur Arif.
“Beri Rana waktu ya Mas…”
“Berapa lama lagi Rana?”
“Rana ingin menenangkan hati dulu”
Arif menghela napas panjang. Rasanya sudah berkali-kali dia menawarkan diri untuk menjadi pendamping hidup Kirana, namun jawaban wanita itu belum juga berubah. Matanya yang biasanya bersorot tegas kini terlihat lemah. Apakah yang tengah terjadi dalam kehidupan Kirana, sepertinya telah mengoyakkan perjalanannya.


===
Cahaya itu terlampau terang hingga akhirnya tubuh Kirana melemah. Harus berapa langkah lagi dia berjalan di gua segelap ini. Hanya cahaya di ujung gua yang membuatnya terus melangkah. Heran, mengapa demikian sepi. Tak ada satu orangpun di sekitarnya. Peluh dan lelah tampak membuatnya semakin sedih. Kesunyian membuat hatinya perih.
Kirana terus berjalan dengan langkahnya yang melemah. Tak hentinya hatinya beristigfar pada Sang Kuasa.

Ya Rabb, kumohon jangan lepaskan aku dari kasih-Mu karena hanya itu yang membuatku bertahan hingga kini.
Ya Rabb, kumohon naungi aku dengan cinta-Mu karena hanya itu yang mampu membangun kekuatanku selama ini.
Ya Rabb, kumohon beri aku petunjuk-Mu, terlampau lemah diri menjalani kehidupan yang fana ini.
Sungguh, kuinginkan bahagia dalam rahmat dan ridha-Mu.
Jangan pernah lepaskan aku, pilihkanlah yang terbaik untukku.
Illahi syafarat yadayya fatrubhuma
Amin Yaa Rabbal Alamin


Airmata berjatuhan tanpa bisa dikendalikan. Seraya seluruh alam hening.
Kirana terbangun dari mimpinya. Bergegas mengambil wudhu. Semoga istikharah dan tahajud bisa menenangkan jiwa yang tengah terbawa arus dunia.

Jakarta, Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar