Sabtu, 20 November 2010

Dalam Takbir Cinta


Novan baru saja ke luar dari musholla Baitul Ihsan. Lelaki berbusana batik merah itu terlihat segar dan tampak bersinar. Baru saja ia mendirikan sholat dhuha. Ia lanjutkan dengan dzikir dalam hatinya.
“Ya Rabb, jika dirinya memang jodohku maka berilah petunjuk-Mu” pikir Novan.

Listi menatap matahari yang baru saja terbit dari ufuk timur. Parasnya tampak pucat. Tidurnya semalam tak bisa nyenyak, ada hal yang dia pikirkan.
“Ya Rabb, jika memang dirinya bukan untukku maka jangan Kau buat hatiku mencintainya”
=====
Burung-burung beterbangan indah di langit. Menyiratkan kedamaian tak berhingga. Sementara semburat sinar sang surya diantara birunya langit. Semua tampak mengagungkan keindahannya. Pohon-pohon bergoyang pelan mengikuti lantunan sang angin. Suasana yang begitu sempurna untuk pagi hari nan indah.

Ini bukan pertama kalinya seluruh alam memuji-Nya. Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya melainkan Dia. Semua alam tunduk mengikuti titah-Nya. Matahari, bulan, bintang semua mengikuti orbit yang telah ada. Semua aturan tertulis dalam kitab suci-Nya, Al Qur’anul Kariim. Dan hati-hati tiap insan tiada yang dapat mengetahui melainkan Dia.

Apabila Allah telah mencintai seorang hamba maka Dia menyerukan kepada Malaikat Jibril bahwa Allah mencintai fulan maka cintalah dia. Maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghuni langit, bahwa sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian dijadikan sambuta bagi orang itu di bumi (HR Bukhari)

Dan cinta-Nya tak bisa melebihi cinta yang lain. Seandainya saja tiap manusia mengetahui seberapa besar cinta dan rahmat Allah mungkin tak tak terbesit sedikitpun bagi mereka untuk meninggalkan-Nya. Bahkan untuk melakukan hal-hal yang dibenci oleh-Nya pun takkan bisa. Karena hati dan pikiran telah tertuju pada cinta suci tak berhingga pada-Nya.

“Izinkan aku selalu mencintai-Mu ya Rabb…” bisik Listi dalam hatinya. Entah mengapa kesunyian kerap menerkam jiwanya. Terus membelenggu dalam setiap kepingan kisahnya.
Listi menatap tegak kearah langit. Berusaha menahan air mata yang telah membasahi kornea matanya. Pikirannya masih tertuju pada sang langit yang terhampar luas. Mengisyaratkan kelapangan sang Pencipta. Sungguh luas tak berhingga segala cinta yang Dia miliki. Namun mengapa mesti ada airmata dan rasa sakit di dalam hatinya. Apa karena kehadiran seorang Novan.

Masih terbayang di ingatan Listi dan penolakannya atas lamaran seorang kawannya. Tentu saja bukan karena kehadiran seorang Novan. Bahkan saat itu belum ada seorang Novan hadir ke dalam kehidupannya.

Aku menuliskan ini untukmu, Abi…
Aku tak ingin mencintai lelaki selain dirimu.
Aku tak bisa melukai hati dengan menduakanmu.
Aku mempersembahkan hati ini untukmu, Abi…
Yang selama ini kujaga hanya untukmu.
Dan semoga Sang Illahi mengertikan kita.

=====


Novan menatap dirinya di cermin. Ada banyak tanya di hatinya yang harusnya dia sudah tahu apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Dengan memakai busana batik warna merah dia menatap tajam kearah cermin.

Apakah alasan wanita tersebut memberi perhatian lebih kepada Novan. Tak tahukah wanita itu bahwa hatinya masih menyimpan luka cinta di masalalunya. Tak bisakah wanita ini berhenti sejenak untuk member perhatian.

Apakah sebenarnya makna cinta. Jika ini diteruskan apakah tidak memungkinkan timbul fitnah?

Ada rasa nyeri di kaki sebelah kanannya. Membuat ia berhenti sejenak untuk memikirkan maksud kehadiran wanita tersebut dalam kehidupannya. Bukankah segala sesuatu di dunia ini telah diatur oleh Allah SWT. Kehidupan, kematian, rezeki bahkan jodoh semua telah diatur oleh-Nya. Mengapa kekhawatiran ini masih menyelimuti hati.
Bukankah selama ini hanya lantunan Al Qur’an yang menemani kesepian di malam-malamnya. Dan tahajud sebagai penolak sepi hatinya. Ingin hatinya menunaikan istikharah atas ta’aruf yang akan dia jalani. Tapi entah mengapa ketakutan hatinya menyurutkan nyalinya.

Lalu bagaimana jika wanita ini mencintainya? Sementara hati Novan masih begitu rapuh. Mengapa kehadirannya memberi percikan bahagia atas perhatian-perhatian kecilnya. Ketika Novan terkena DB bahkan ketika Novan mengalami kecelakaan saat akan berangkat kerja. Wanita itu tahu….
“Ya Rabb, tunjukkanlah jalan untukku. Jalan yang terbaik yang harus kutempuh…jangan biarkan hamba menyakiti hati siapapun. Amiiin”
Dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (An Najm : 43)
=====

Winata berjalan menuju meja tempat Listi bekerja.
“Insya Allah besok Lis…..”ucap Winata serya tersenyum.
Listi meringis
“Enggak usah grogi, biasa saja. Insya Allah, Ahmad ini cocok buat kamu”
“Insya Allah ya Mas”
“Semoga proses ta’aruf antara kamu dan Ahmad berjalan lancar. Tapi kamu tetep mesti istikharah loh Lis, minta petunjuk yang terbaik dari Allah”
“Insya Allah Mas…”
“Semangat ya Lis….jangan lesu gitu dunk”
“Hehe…”
“Satu lagi Lis, aku sebenarnya ragu buat menyampaikan ini. Tapi enggak enak juga kalau aku tidak ngomong sama kamu”
Listi tampak serius menatap Winata.
“Tentang Novan”
“Kenapa Mas Novan? Bukannya dia sudah sembuh dari sakitnya waktu kecelakaan seminggu lalu”
“Dia sempat tanya ke aku tentang kamu”
“Tanya apa Mas?”
“Apa aku dekat dengan kamu”
“Terus?”
“Aku jawab lumayan deket. Setahuku Listi cewek yang baik.”
“Terus?”
“Sudah. Itu saja. Aku seh sebenarnya heran kok tiba-tiba dia tanya kamu”
Listi tersenyum, “Ya, kan cuma nanya begituan ajah Mas”
“Boleh aku Tanya balik ke kamu?”
“Tanya apa Mas?”
“Seberapa dekat kamu sama Novan. Karena aku dengar dia sudah ta’aruf loh…. Atau jangan-jangan kamu bersedia ta’aruf dengan Ahmad karena tahu bahwa Novan sudah ta’aruf?”
“Tidak ada hubungannya dengan Novan. Selama ini aku jarang berhungan dengan Novan”
“Alhamdulillah kalau begitu.
“Insya Allah diniatkan karena ibadah. Memenuhi sunah Rasulullah”
“Hmmm… aku suka itu…boleh tanya lagi?”
“Waduh belum apa-apa sudah ditanya banyak sekali nih sama murobbinya Mas Ahmad”
“Hehe… pertanyaan sederhana sih. Waktu beberapa hari lalu aku sempat buka facebook, dan aku lihat ada fotomu berdua dengan cowok”
“Maksudnya Mas Indra?”
“Yup….”
“Dia teman On Job Training”
“Lain kali hati-hati ya Lis…nanti menimbulkan banyak fitnah”
“Iya Mas….”
“Oke. Disiapin ya buat besok….Hehe”
“Insya Allah Mas”
Listi menatap layar monitor computer di hadapannya. Hatinya bergolak tak menentu.
“Semoga Allah memberikan kemudahan untuk hamba-Nya yang selalu berusaha untuk berjalan di jalan-Nya. Amiiin….”

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama-Nya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa (Al Hajj : 40)
=====

“Bismillahir rahmanir rahiim, Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Rabb, mudahkanlah urusanku ini” gumam Listi.
“Afwan… assalamualaikum Ukhti” sapa Ahmad santun.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” sahut Listi.
“Alhamdulillah kita dipertemukan di sini dalam keadaan sehat wal’afiyat. Jazakumullah untuk Mas Winata dan Rahma yang telah membantu saya dan Listi dalam persiapan proses ta’aruf ini. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap langkah kita yang diniatkan untuk beribadah kepada-Nya.” Lanjut Ahmad.
“Amiin….” Sahut Listi
Ruangan berukuran 2 m x 3 m tampak begitu tenang.
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan kerunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui, An Nuur ayat tiga puluh dua. ” kata Winata, “Saya beserta Rahma di sini hanyalah fasilitator dalam forum perkenalan antara Listi dan Ahmad. Unuk kelanjutan dari proses ta’aruf ini sangat tergantung pada masing-masing pihak. Dan istikharah akan menjawab segala keraguan yang ada”
“Jazakumullah untuk Mas Winata dan Rahma, semoga amal kebaikan kalian mendapat balasan dari Allah.” Kata Listi.

Tut…tut…ponsel Listi berdering.
Message from : Nandia Maharani
Lis, info baru…. Novan kecelakaan, dia jatuh dari motor. Dan hampir tertabrak bus. Tidak tahu gimana kondisinya sekarang”
“Afwan…boleh izin sebentar” ucap Listi.
=====


Listi menatap bayangannya di cermin. Parasnya tampak bahagia. Dua hari yang lalu sejak terjadi kecelakaan yang menimpa Novan membuat dirinya makin mantap untuk membuat keputusan.

“Hmm…yang mau jadi pengantin. Suka senyum-senyum sendiri sekarang” goda Rahma.
“Iya dunk Rahma. Kan biar cepet nyusul kamu”
“Selamat ya Lis…”
“Alhamdulillah. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya”
“Yup…aku juga tidak pernah mengira”
“Semoga ini jalan yang terbaik untuk aku ya…”
“Amiiin. Nanti kamu masih jenguk Mas Novan?”
“Insya Allah jenguk…”
“Cieh…cieh….”
“Hehe….”
“Lis…”
“Yup…”
“Semoga acaranya nanti berjalan lancar. Jadi bulan depan kan akadnya?”
“Iya…”
“Aw…aw…aw… this is called under control”
“Manusia hanya bisa merencanakan. Allah-lah yang memutuskan apa yang kelak terjadi”
“Kehidupan, kematian, rezeki dan jodoh semua menjadi hak prerogative Allah”
“Kita hanya bisa berikhtiar lalu bertawakal pada-Nya”
“Wah makin bijak saja kita ini”
“Hmm…bisa dikatakan telah terlatih oleh berjalannya waktu”
=====


Listi tersenyum malu saat menatap sang suami. Sementara para tamu undangan tidak kunjung berhenti member ucapan selamat kepada mereka berdua.

“Masih berasa aneh ya Lis?”
“Iya Mas…”
Novan menatap kedua mempelai, “Wah parah kamu Ndra…nyusul aku”
“Hehe…habisnya Mas Novan kelamaan ngasih undangan”
“Selamat ya Lis….”
“Makasih ya Mas Novan telah bersedia datang ke Surabaya. Saya pikir Mas Novan masih sibuk ngurusi unit blok dua yang rencana start minggu ini”
“Sudah aku wakilkan Dek”
“Ya baguslah…jangan lembur terus, entar sakit lagi”
“Makasih atas perhatiannya Dek”
“Sama-sama Mas”

Di belakang Novan, Winata tampak datang bersama Ahmad. Lelaki bernama Ahmad tampak anggun dengan busana batiknya.
“Selamat ya Lis…semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah” ucap Winata
“Terimakasih Mas Winata. Mohon maaf karena tidak sesuai dengan keinginan Mas Win” jawab Listi
“Loh…jodoh sudah ada yang atur…ya kan Ahmad?” sahut Winata
“Hehe….” Listi meringis.
“Loh…ini yang bernama Indra. Padahal satu wilayah kerja, tapi kok aku gak pernah ketemu ya. Aku tahunya malah dari foto kalian berdua di facebook” sahut Winata.
“Itu foto iseng jepretan teman-teman kontrakan” sahut Indra.
“Tapi bisa jadi kenyataan” sahut Winata.
Indra dan Listi tersenyum simpul.
Indra menatap paras isterinya, “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa….” (Al Furqon : 74)“ Amiiinnn” sahut Listi.

Jakarta, November 2010
Penulis : Eka S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar