Senin, 29 November 2010

Airmata sang Tangguh


Semua jadi terbalik … aku bahkan tak mengerti harus bersikap seperti apa lagi. Serasa airmata telah mengakrabi tiap malamku. Mana seorang Eka yang tangguh, mana seorang Eka yang hebat. Seakan semua menghanyutkanku dalam ketiadaan. Aku pernah merasa tak berdaya tapi aku tak pernah merasa terluka seperti ini. Terasa berat dalam hatiku. Ada sepercik amarah, namun aku tak tahu harus menujukan ke siapa. Bukankah tak ada yang bersalah padaku.

Ini bukan kisah yang aku tulis. Yang aku bayangkan dengan begitu indahnya. Meski aku tahu itu hanyalah sebuah mimpi bagiku. Aku bahkan tak ingin terbangun. Aku benar-benar letih dalam ketidak beradayaanku. Aku merindukan-Mu. Aku ingin berjumpa dengan-Mu. Untuk malam ini dan malam-malam di mana hatiku masih merasakan galau. Aku benar-benar telah menyiksa hatiku sendiri. Sungguh bodoh…..

Kini aku hanya mampu tertunduk dalam kebisuan. Buat apa aku meminta lagi. Tak ada yang bisa mendengarku. Tak ada yang peduli hadirku. Lalu mengapa aku mesti bertahan. Lelah diri dan hati tak mampu lagi kututupi. Benar-benar percuma segala pengorbanan selama ini. Cuma Allah yang mampu mengerti, Cuma Dia yang bisa melihatku. Bahkan kedua orangtuaku pun tak bisa menatapku. Aku hanya ada dibalik ketiadaan. Aku hanya tersisa dalam ketiadaan. Aku hanya berpikir dalam kekosongan. Aku hanyalah mimpi yang tak pernah nyata. Aku hanyalah setitik noda kecil dari langit-Nya. Bahkan aku tak mampu berteriak untuk menyisakan kesalku.

Mungkin hanya sekian kisah ini kutulis. Dalam teriakku amarah membelenggu. Setiap helaan napas bagaikan denyut jantung yang melambat. Lalu takkan ada lagi yang dibanggakan. Ayat-ayat suci-Nya masih menemaniku, namun masih terasa kehampaan itu. Pantaskah aku percaya kembali apa yang telah mereka ucapkan. Bahkan tawaku pun telah lenyap atas dusta yang ada.

Hari ini, esok adalah rahasia-Nya. Meski aku mecoba meminta, meski aku mencoba bicara namun semua tampak kaku tak bergerak. Aku tak lagi tangguh. Aku tak lagi wanita hebat yang bisa memberikan senyum pada setiap orang. Aku tak lagi wanita cerdas yang mampu memberi kebahagiaan. Aku tak lagi ada dalam pandangan.

Sungguh ingin rasanya aku akhiri segala airmata ini. Airmata yang kerap menemani kisah kehidupanku. Mengapa hanya aku yang berbeda dari mereka. Yang mencoba bertahan untuk orang lain. Yang mencoba berjuang demi kebahagiaan orang lain. Namun tiada orang lain pedulikanku.

Bahkan hanya senyuman semu yang mereka berikan. Akankah ketulusan hati ini tetap ada. Jika semuanya telah tertindas oleh ketiadaan. Ya, aku ada dalam ketiadaan. Aku ada dalam kekosongan. Percuma ada tangis. Percuma ada airmata kembali. Sungguh takkan ada yang peduli.

Pantaskah senyum itu kembali lagi dalam kehidupanku. Pantaskah tawa itu kembali menerpaku. Aku sungguh-sungguh telah menyerah. Aku tak berdaya untuk memperjuangkan jalanku sendiri. Aku menyerah….aku mengaku kalah …di mana Eka yang dulu selalu bisa. Di mana Eka yang dulu selalu tersenyum bahagia. Mengapa kerap air mata yang ada. Apakah karena hatiku terlalu tulus untuk mencintai.

Ya Rabb, pemilikku…seandainya mampu kuminta untuk selalu bersama-Mu. Aku telah lelah untuk menjalani sendiri kehidupanku. Aku telah lelah untuk berjuang. Aku menyerah. Aku mengaku kalah. Benar-benar aku tak ada daya upaya untuk kembali bangkit.

Ya Rabb, pemilik alam… izinkan aku selalu bernaung dalam cinta-Mu. Aku tak sanggup sendirian lagi. Suatu kebohongan mereka bilang akan menemaniku. Suatu dusta ketika mereka mencoba menghiburku. Aku cukup rentan kali ini. Aku telah katakan aku kalah. Dan saat ini aku tak mau lagi berusaha bangkit. Percuma….

Ibu selalu bilang kalau semakin tinggi iman seseorang akan makin banyak cobaan yang datang. Tapi aku tidaklah setangguh dia. Sekalipun Ibu selalu bangga padaku. Ya, paling tidak aku bisa membuatnya tersenyum. Tapi Ibu, maaf kali ini aku tak bisa… izinkan aku menyerah.

Dulu, aku sering melihat bintang untuk menegarkan hatiku. Kisahku memang berbeda dengan yang lain. Lebih berwarna dan sering meruntuhkan airmata.

Tapi saat ini aku tak mau lagi melihat bintang seolah menaruh harapan di sana. Senyum bahagia tak lagi terlihat diantara senyuman para malaikat. Aku lelah…….

Ya Rabb, masukkan cahaya-Mu dalam hatiku hingga ketenangan merasuk di jiwaku. Tenangkanlah diriku dalam setiap langkah hidupku. Sabarkanlah aku dalam setiap tutur dan sapaku. Basuhlah diriku dengan kasih sayang-Mu. Jadikan aku prajurit yang senantiasa berjihad di jalan-Mu. Jadikanlah aku hamba yang selalu menegakkan agama-Mu. Tegarkanlah aku di setiap ujian yang Kau beri. Wafatkanlah aku dalam keadaan syahid dan khusnul khatimah. Izinkanlah aku bahagiakan kedua orang tuaku, menghajikan mereka, mengasihi mereka, menyayangi mereka. Bagiku mereka sangat berarti…..

Ya Rabb, lindungilah calon suamiku dari segala zina dan fitnah. Sucikanlah hatinya agar bisa melihat cahaya iman dari hatiku. Berilah cahaya cinta-Mu dalam setiap hela napasnya. Aku sangat menyayanginya. Berilah keteguhan hatinya untuk menegakkan agama-Mu. Dan mudahkanlah dia menemukanku. Meski dunia bukanlah tempat terindah, namun jadikan indah apa yang ada di dekatnya. Izinkan aku selalu menemaninya, menyayanginya, mencintainya, dan selalu ada untuknya di dunia dan di akhirat nanti.

Ya Rabb, hapuslah kesedihan dan kegundahan dalam hatiku karena aku tahu itu hanya bisikan syetan yang Kau kutuk. Hapuslah airmataku karena hanya Engkau yang mampu menghapusnya. Aku akan selalu mencintai-Mu. Dan hanya pada-Mu aku meminta dan berharap. Hanya pada-Mu segala pengabdian ini tertuju. Jangan jauhkan aku dari rahmat dan kasih-Mu. Aku mencintai-Mu.

Dan malam ini akan kunikmati cahaya bintang hingga muncul kedamaian dalam hatiku. Bukankah tak ada sesuatu yang tersia di dunia ini. Aku percaya….yang terbaik akan segera menghampiri. Inna ma’al usri yusro….sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan, itu kan janji-Mu.

Ya Rabb, Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah Kau berikan padaku dan pada orang-orang yang mencintaiku………

Jakarta, 29 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar