Selasa, 17 Mei 2016

Belajar Bersyukur dari Kupu-Kupu


“Ia, kupu-kupu cantik, betapa iri saya padanya. Dalam usianya yang hanya seminggu, ia sanggup berbuat banyak. Ia menebarkan kebahagiaan di hati orang-orang yang memandangnya, membantu bunga-bunga mekar dan menghiasi dunia ini dengan warna warni sayapnya. Sementara saya, sang manusia ini, kadang masih bingung mencari kuas dan kanvas, menentukan gambar dan warna apa yang hendak saya torehkan untuk mewarnai dan menghiasi dunia seperti yang dilakukan kupu-kupu cantik” (status facebookku enam tahun yang lalu)

Beberapa bulan ini wajah muram melingkupiku. Aku marah, ya aku sangat marah. Karena aku merasa tidak lagi diperhatikan. Ucapanku bagaikan angin berhembus yang dengan mudahnya menghilang. Padahal aku sudah mengerahkan sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ya, memang ada sesuatu yang sangat aku inginkan. Sesuatu yang sudah sangat lama aku nantikan. Ketika kesempatan untuk mendapatkan sesuatu itu datang bahagialah hatiku, aku berusaha dan berdoa tak henti-hentinya. Namun kali ini aku merasakan kekecewaan se[erti tiga tahun yang lalu. Aku menangis, aku sedih, aku berduka. Ya Allah, inikah yang Kau harapkan dariku? Perasaan ikhlas yang tertanam di lubuk hatiku. Aku bahkan tidak sanggup menutupi rasa kecewaku.

Kini, aku mulai sadar. Segalanya telah terjadi.  Yang harus aku lakukan adalah menerima dengan ikhlas hati. Seperti kupu-kupu yang menerima ketetapan Allah untuk hidup hanya tujuh hari. Kupu-kupu itu tak pernah mengeluh, tak pernah menangis, tak pernah berduka. Dengan sayapnya yang indah dia kerap menari-nari riang. Kehidupannya yang sangat singkat itu harus membawa kebahagiaan pada semua orang.aku harusnya juga begitu , bukan?

Walaupun keinginanku hanyalah menjadi harapan dalam hati, aku harus tetap bahagia. Aku harus membahagiakan dan berguna bagi semuanya. Tak ada gunanya amarah tanpa henti. Toh semua akan indah tepat pada waktunya.

Ya Allah, cerahkanlah hatiku.
Sertakanlah kebahagiaan dalam keluarga kecilku.
Lindungilah anak-anakku dari kekejaman dan kerasnya dunia.
Karena hanya pada-Mu aku memohon.
Jadikanlah kedua bidadari kecilku wanita yang sholehah.
Yang akan membawa ayah bundanya menuju surga-Mu.
Ya Allah ampunilah kesalahanku.
Maafkanlah keputus asaanku.
Semoga ridho-Mu selalu dalam langkahku.
Aamiin…

“Betapa indahnya sayap warna warni itu, dipadu dengan warna jingga saat senja. Lihatlah keindahan yang telah diciptakan Tuhan. Hidup ini terlalu indah untuk sebuah tangis.  Tak ada satupun hal yang sia-sia dari penciptaan-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar