Senin, 27 November 2017

Aku Tak Mau Hamil (lagi)



Pagi yang aneh karena Risa merasa tubuhnya seakan sakit semua dan mungkin karena semalam dia bermimpi melahirkan bayi laki-laki yang bukan dari suaminya. Sebenarnya Risa telah memiliki dua anak perempuan dan dia tidak berharap akan memiliki anak lagi sebelum usianya memasuki 35 tahun.


Siang itu ketika miss v nya terasa nyeri dan panas, Risa memeriksakan diri ke dokter kandungan. Padahal tiga hari sebelumnya dia telah memeriksakan diri ke dokter kandungan namun hasilnya hanya infeksi kandung kemih.

“Lah Bu, ini ada dedek bayinya” ucap sang dokter seraya menunjukkan hasil USG nya, membuat Risa melongo. Terus terang Risa tidak siap memiliki anak ketiga. Dan lebih tidak siap lagi jika anak ketiganya adalah perempuan.

“Aku akan berusaha menggugurkan kandunganku” pikir Risa. Bukankah sebelumnya dia juga pernah keguguran. Sejak pemeriksaannya ke dokter siang itu, hatinya tak tenang.

“Apa aku makan nanas muda saja, atau kiranti, atau aku minum teh dan kopi yang banyak, atau makan durian, atau minum larutan asam jawa, atau langsung minta dokter kandungan supaya dikuret.”Ahhhh…semuanya campur aduk di kepala Risa. Suaminya tampak tidak mau membahas ini dan berkata ”Ya sudah, mau bagaimana lagi”

AKU TIDAK MAU HAMIL LAGI, teriak hati Risa. Sekuat tenaga dia menghapus airmata yang terkadang meleleh melihat kedua buah hatinya yang masih haus perhatian.  “Aku akan menggugurkan kandungan ini, semoga Allah memaafkan kesalahanku dan semoga Allah meridhoi janin ini keluar dari tubuhku”

Malam setelah pemeriksaan tetiba Risa bermimpi bertemu dengan Juki. Juki adalah teman kuliahnya yang dulu pernah menaruh rasa pada Risa. Risa menangis di hadapan Juki dan menceritakan perihal ingin menggugurkan kandungannya. Tapi Juki dengan santainya menjawab “Risa itu adalah rejeki, banyak wanita yang mendambakan kehamilan dan kamu diberi Tuhan kehamilan mengapa kamu malah ingin menggugurkannya?”


Risa terbangun, terkesiap, hatinya hancur, masih dengan harapan bisa menggugurkan janin yang kini berusia 4 minggu an. “Ya Allah hamba mohon gugurkanlah bayi ini, hamba benar-benar tidak siap kabulkanlah doa hamba ini. aamiin” doa Risa.


 "Mungkin aku akan menanggung dosa karena telah menghapus satu kehidupan. ah, janin ini kan belum punya nyawa, semoga engkau tidak betah di rahimku, maafkan ibumu ini" kata Risa seraya mengelus rahimnya yang dindingnya mulai menebal.

Selasa, 31 Oktober 2017

Menanti Bayangmu





Sepuluh tahun sudah. Kini wanita itu muncul kembali di hadapanku. Mengenakan gamis dan jilbab dengan warna senada. Senyum yang merekah dari bibirnya masih sama dengan senyum yang dulu pernah kukenal.

Aku heran, mengapa dirinya tidak menyapaku. Padahal dulu aku akrab dengannya, aku selalu memperhatikannya. Tunggu…jangan berpikir bahwa aku mencintai dirinya. Aku hanya menganggapnya sebagai adik sendiri. Walaupun faktanya dia memang adik kelasku. Kami bersekolah di SMP, SMA bahkan di tempat kuliah yang sama. Namun usia kami terpaut cukup jauh yaitu lima tahunan.

Kartika, wanita yang merupakan wanita pertama yang dijodohkan oleh orangtuaku. Papa dan Mamaku sangat menyayanginya. Asal kau tahu saat pertama kali dikenalkan dengan Kartika aku sudah duduk di bangku kuliah sedangkan Kartika masih menginjak kelas tujuh atau kelas satu SMP. Aku pikir konyol sekali jika aku menerima perjodohan itu. Mengikat hubungan dengan anak kelas satu SMP, byuhhh….

Kutaksir wanita itu saat ini berusia 30 tahun. Aku dengar kalau saat ini dia sudah memiliki dua putra. Ah, siapa lelaki beruntung yang meminangnya? Aku jadi penasaran. Sejujurnya selama sepuluh tahun ini aku sering mencari jejaknya. Berusaha bertanya ke teman-teman seangkatannya, apakah mereka tahu dimana keberadaannya. Namun bagai ditelan bumi, wanita yang kucari menghilang tanpa kabar.

Aku hanya ingin memastikan wanita itu bahagia. Karena wanita sebaik dia berhak hidup bahagia. Bukan bersanding dengan lelaki brengsek sepertiku. Bukan lelaki yang suka memainkan perasaan wanita. Bukan lelaki yang pecandu rokok. Bukan lelaki yang…. Seperti aku.

Ingin sekali aku menyapanya. Namun hatiku masih ragu untuk berhadapan langsung dengannya, menatap matanya yang teduh dan keibuan.

Langkahku mundur sejenak. Kulihat sekilas wanita itu menatapku lalu …
“Mas Fahmi…” ucapnya
Aku tersipu.
Ya, aku memang pernah menaruh rasa padanya. Namun egoku selalu menyingkirkan perasaan itu. Aku yakin, sangat yakin, dia telah bahagia bersama suami dan anak-anaknya. Begitu juga diriku. Aku juga bahagia dengan keluarga kecilku.

Kartika… Kaulah Bintang di Hatiku

Senin, 09 Oktober 2017

Mengapa susah sekali bersikap sabar





Sebagai orangtua dari dua anak yang berusia balita tentunya harus memiliki banyak stok sabar. Karena tiap hari, tiap jam tiap menit bahkan tiap detik selalu saja ada yang heboh dari mereka berdua. Muali mengacak acak rumah, memberantakkan mainan, sampai tidak mau tidur siang. Terkadang muncul harapan andaikata anakku sama seperti diriku yang dulu yang penurut dan mudah diatur. Waktunya makan ya makan, waktunya tidur ya tidur, waktunya belajar ya belajar.

Ada banyak keinginan mengajari anak mengaji bahkan menulis. Tapi lagi-lagi terpental karena si anak malah sibuk bermain dengan adiknya. Berlarian kesana kemari, cekikikan, aduh rasanya ingin sekali memutar video tentang diriku di masa yang lalu, betapa rajinnya dan betapa penurutnya. Tapi dimana ada video semacam itu.

Apakah tingkah laku anakku seperti itu dikarenakan diriku juga, yang tidak bisa sepenuh hari bersama mereka? Apakah aku selama ini telah durhaka pada ibuku yang kini mengasuh mereka. Sudah lama kusampaikan pada ibuku jika ibu sudah tidak sanggup, biarlah aku resign lalu merintis usaha kecil-kecilan untuk mengurangi waktu-waktu yang membosankan. Tapi ibuku belum mengijinkan.

Seringkali aku teriak jika anak-anakku bersikap yang tidak sesuai dengan keinginanku. Padahal setelah itu aku selalu menyesal telah memarahi mereka, apalagi saat melihat anakku yang kedua matanya sedikit memar karena terbentur tembok. Kemarin memang badanku masih drop dikarenakan fluba yang belum sembuh, jadi sekalinya aku tiduran di kasur, rasanya mataku enggan untuk dibuka. Sabtu minggu kemarin hanya aku gunakan istirahat di rumah saja.

Ya Allah, ampunilah dosaku.
Ibu…ampunilah anakmu ini.
Anak-anakku aku menyayangi kalian….
Suamiku, maaf jika terlalu banyak kata yang tak baik terucap dari mulutku….

Peluk untuk anakku Hasna dan Hasya, kelak Allah akan menjadikanmu ratu bidadari surga, aamiin…selalu jadi anak sholehah ya…aamiin ya Rabb

Kamis, 05 Oktober 2017

SETA




Aku…aku dan aku…selalu saja itu yang kau katakan. Aku maunya ini aku maunya begitu. Jangan seperti ini, jangan seperti itu. Harus begini, harus begitu. Entah sampai kapan ucapan-ucapan itu pergi dari hidupku. Aku juga ingin kau beri pujian. Bukan makian, apalagi cercaan kesalahan. Memang kesalahan terbesarku adalah satu, yaitu menikahimu. Menikahi wanita sepertimu sepertinya tidak cukup hanya kesabaran, tapi juga kewarasan. Karena hampir tiap jam, tiap menit, tiap detik dirimu mencaciku. Memukul telak diriku dengan cemohan-cemohanmu.

Dua tahun yang lalu.
Seta, nama gadis ayu itu. Siapa yang tak tergoda dengan wanita cantik dari keluarga berada itu. Bahkan kedua orangtuanya sering kali menjodohkannya dengan pria mapan dan kaya raya. Namun entah mengapa Seta tetap setia kepadaku. Awalnya aku bimbang, karena ibuku tidak merestui hubungan kami. Menurut ibuku, Seta bukanlah calon istri yang baik untukku. Tapi semakin ibu melarang, semakin besar juga keinginanku untuk mendapatkan Seta, apapun konsekuensinya. Dan akhirnya aku benar-benar membawa Seta hadir dalam kehidupanku. Aku menikahinya tanpa persetujuan ibuku dan juga kedua orangtuanya. Seta kucuri, kuasingkan dari kehidupannya yang dulu serba mewah.

Kami bahagia. Ya, awalnya memang begitu bahagia. Layaknya anak kecil yang disuruh mamanya tidur siang, tapi berhasil melarikan diri untuk main laying-layang. Hatiku sangat bahagia, melayang-layang di udara, aku memiliki istri yang cantik, aku memiliki wanita pujaan banyak pria.

Namun ada satu peristiwa yang membuat segala mimpi ini harus berakhir. Ketika Seta menyadari dirinya terlalu banyak berubah. Gaunnya yang dulu begitu mahal digantikan oleh daster yang mudah kusut serta robek. Istana yang dulu ditinggalinya berubah menjadi gubuk yang hampir rubuh. Tangannya yang halus kini berubah warna menjadi kehitaman karena menajdi buruh tani di sebuah pedesaan. Belum lagi parfum wanginya yang mahal kini berubah menjadi kucuran keringat yang mengalir deras tiap siang hari. Ah, apalah dayaku, diriku yang belum lulus kuliah yang mencoba untuk hidup berumah tangga. Kini kuliahku terhenti, akupun menjadi kuli panggul di pasar. Apapun kulakukan agar bisa bertahan hidup. Sejujurnya aku ingin memanjakan bidadariku, namun apalah daya. Aku hanya salah langkah. Aku tak bisa sedikit lebih bersabar untuk melanjutkan kuliahku, bekerja di kantoran, lalu melamar Seta. Terlepas dari kedua orangtuanya menerima atau menolak lamaranku, harusnya aku tak peduli.

Sekarang aku menyesal. Benar-benar menyesal. Ternyata kehidupan pernikahan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ujian demi ujian kami hadapi dengan teguh. Tapi akhirnya bidadariku terbangun dari  mimpi buruknya. Memberontak dengan sekuat tenaga. Melepaskan semua amarahnya kepadaku. Ya, kemana lagi kalau tidak kepadaku. Hanya akulah penyebab semua mimpi buruknya ini. Hanya akulah yang mengubah seorang bidadari menjadi upik abu. Hanya akulah yang salah seperti semua ucapannya selama ini.
“Semua ini salahmu” ucapnya sesenggukan.
Aku ingin sekali memeluknya, menenangkannya, menghaus airmatanya. Bidadariku yang tercantik. Bahkan tanpa berdandan pun menurutku dia sangat cantik. Bahkan ketika kulitnya tak lagi putih seperti dulu menurutku masih cantik.

Aku masih ingin bersamanya. Aku ingin bahagia bersamanya. Bersama bidadariku tercinta. Tak peduli berapa makian dari mulutnya terucap. Aku masih mencintainya, cinta yang sama saat pertama kali bertemu dengannya.

Tangannya mengayunkan sesuatu ke dadaku. Aku tahu, karena aku waras. Tapi aku tak ingin menghindarinya. Aku tak ingin membuatnya bersedih lagi. Aku tak ingin melihatnya menangis. Membiarkan semua ini terjadi karena ternyata kesabaranku sudah mencapai puncaknya. Aku benar-benar bersabar atas semua tindakannya. Dan kali ini mungkin terakhir kalinya.

“Seta, aku selalu mencintaimu, sampai kapanpun” ucapku lalu menutup mata.

Entah Seta sudah sadar atau belum bahwa akulah sosok yang terkena tusukan pisau darinya. Akulah suami yang selalu mencintainya. Akulah yang dua tahun ini menjaga kesabaran dan kewarasan saat hidup dengannya. Akulah cinta pertamanya.

Kudengar suara teriakan Seta, tapi akupun sudah lemah. Tak bisa lagi membuka kedua mataku. Tak bisa lagi merangkul meredakan kesakitan yang dideritanya. Mungkin Seta mau menyusulku. Ah, aku tahu, sebenarnya Seta juga masih mencintaiku.

End….

Rabu, 04 Oktober 2017

Tentang Dua Anak Perempuan





Aku tidak pernah melihat lelaki setampan itu. Parasnya bersinar bercahaya, tatapannya teduh dan suaranya begitu lembut.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Aku tergagap disapa olehnya. Disebelahku ada suamiku yang masih setia menemani sampai sejauh ini. Tapi aku tak tahu siapa lelaki di hadapanku ini.

“Waalaikumsalam warahmatullah” jawabku.

Suamiku menoleh ke arahku, “Tidakkah kau ingat Dinda, perdebatan kita berpuluh puluh tahun yang lalu”
Perdebatan yang mana, dan sekarang aku berada di mana, siapa lelaki tampan dan mempesona di hadapanku ini.

“Ahlan wasahlan” ucap lelaki tampan itu.
Ah, semakin salting aku disapanya. Tapi mengapa suamiku sama sekali tidak cemburu padanya.

“Siapa dia Kakanda?” tanyaku
“Benarkah dinda tidak tahu?” suamiku malah membuatku semakin bingung.

Aku tidak pernah bertemu dengan lelaki tampan itu, apakah suamiku mengenalnya?
“Coba dinda ingat-ingat kembali, saat dinda menangis pada kakanda perihal anak-anak kita”
Jadi lelaki itu ada hubungannya dengan anak-anakku. Tapi siapa?
Aku menggeleng pelan.

“Masih ingatkah dinda akan  satu hadist yang pernah kita baca sewaktu di dunia”
Ya Allah, suamiku ini makin mengada-ada saja. Bukankah sekarang kita juga masih hidup di dunia.
Tunggu…aku juga tidak mengenali tempat seindah ini. Walaupun tidak pernah berwisata kemanapun, aku yakin tempat ini tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sungai yang mengalir di bawahnya, buah-buahan yang berwarna warni. Lalu dimana ini, siapa lelaki itu.

“Dinda, karena dinda telah berhasil mendidik dua anak perempuan menjadi anak yang sholehah maka Allah menganugerahkan semua ini kepada kita”
“Subhanallah” aku berseru.

"Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku." (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)

===

Aku terbangun dari mimpiku. Harusnya aku sedang membaca ayat-ayat suci Al Qur’an. Tapi malah tertidur.
“Subhanallah mimpi yang sangat indah, dan baru aku sadari bahwa lelaki tampan itu adalah Rasulullah SAW” gumamku pelan seraya menatap kedua putri kecilku yang terlelap dalam tidurnya.

Diriwayatkan juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, 

جَاءَتْنِى مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا فَأَطْعَمْتُهَا ثَلاَثَ تَمَرَاتٍ فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ الَّتِى كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا فَأَعْجَبَنِى شَأْنُهَا فَذَكَرْتُ الَّذِى صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ » 

“Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya, lalu aku memberinya tiga biji kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya masing-masing sebiji buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri.
Namun kedua anaknya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua-dua anaknya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, : Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya syurga dan membebaskannya dari neraka” (H.R Muslim 2630) 

Hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, 

جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ » 

“Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali sebiji buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka”
(H.R Muslim 2629)